Connect with us

HEADLINE

Bermula dari Sebidang Tanah Kosong, Jadilah Kampung Dalam Pagar


Jelang Haul ke-212 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari -Datuk Kalampaian


Diterbitkan

pada

Kampung Dalam Pagar Foto net

Harum nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari hingga kini masih melekat di hati masyarakat Tanah Banjar khususnya Martapura, Kalimantan Selatan, meski putra Banjar kelahiran Desa Lok Gabang, 19 Maret 1710 M, itu telah meninggal sejak 1812 M silam. Ia meninggalkan banyak jejak dalam bentuk karya tulis di bidang keagamaan. Karya-karyanya bak sumur yang tak pernah kering untuk digali hingga generasi kini. Tak mengherankan bila seorang pengkaji naskah ulama Melayu berkebangsaan Malaysia menjulukinya sebagai ‘Matahari Islam Nusantara’. ‘Matahari’ itu terus memberikan pencahayaan bagi kehidupan umat Islam.

Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan, setelah menuntut ilmu-ilmu agama Islam di Makkah.

Kepulangan Syekh Muhammad Arsyad di Martapura disambut dengan upacara penyambutan, karena sangat dinanti-nantikan pada waktu itu. Di keraton kesultanan ramailah sertiap hari karena masyarakat selalu mengunjunginya, untuk meminta nasehat atau mendengar ceramahnya, terkadang juga menanyakan berbagai masalah keagamaan, sebab pada masa itu tidak banyak ulama atau guru di daerah Banjar, apalagi yang mempunyai keilmuan yang sebanding dengan Syekh Muhammad Arsyad.

Dengan melihat kecenderungan masyarakat terhadap pengetahuan, yang kian hari semakin bertambah mereka yang datang. Maka Syekh Muhammad Arsyad mempunyai gagasan untuk mendirikan lembaga pendidikan secara tersendiri agar lebih terkoordinir, sehingga baik masyarakat umum maupun kalangan zuriatnya sendiri yang mengkhususkan untuk belajar dapat dilaksanakan.

Kemudian gagasan tersebut Syekh Muhammad Arsyad sampaikan kepada sultan dan sultan sendiri menyambut baik ide yang disampaikan Syekh Muhammad Arsyad, sebab sultan sendiri yang berkuasa saat itu mengaku murid beliau. Maka tak mengherankan secara langsung menawarkan kepada Syekh Muhammad Arsyad untuk memilih tempat yang sesuai dengan kondisi lembaga yang dikehendaki Syekh Muhammad Arsyad tersebut.

Dengan sebuah tanah kosong yang telah diberikan sultan didirikan sebuah lembaga pendidikan. Tanah yang dipilih Syekh Muhammad Arsyad untuk mendirikan lembaga tersebut berada di sekitar 5 kilometer dari keraton kesultanan (Martapura), yaitu di pinggir Sungai Martapura yang membentang dari Riam Kanan dan Riam Kiri menuju Banjarmasin. Tanah tersebut merupakan hutan belukar yang bisa digunakan adalah jukung (perahu kecil) melalui sungai untuk menuju ke lokasi tersebut. Maka setelah ditebangi pepohonan didirikan beberapa buah bangunan, Syekh Muhammad Arsyad mendirikan lembaga pendidikan dengan menyediakan pondok-pondok bagi penuntut ilmu yang berdatangan dari berbagai daerah. Bangunan tersebut terdiri dari rumah istrinya sebanyak tiga buah, kemudian langgar dan perpustakaan yang sekaligus menjadi balai pengajian dan beberapa asrama santri yang tinggal di sana.

Kemudian di muka dan di samping lingkungan bangunan dibuatkan pagar sebagai perbatasan. Dari perkembangan lembaga tersebut jadilah sekarang ini kampung yang bernama kampung Dalam Pagar. Istilah Dalam Pagar tersebut karena batas pagar yang dibuat Syekh Arsyad untuk menjaga murid-murid agar tidak keluar masuk semaunya, juga setiap orang yang ingin berkunjung ke tempat Syekh Muhammad Arsyad atau datang dari Dalam Pagar. Sekarang kampung Dalam Pagar sudah terbagi dua kampung yaitu Dalam Pagar Hulu inilah yang semula sebagai tempat lembaga pendidikan Syekh Arsyad, dimana sekarang adanya lembaga pendidikan Sullamul Ulum dan Pesantren Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Dengan adanya lembaga pendidikan yang didirikan Syekh Arsyad pada waktu itu, sebenarnya merupakan yang pertama untuk daerah Kerajaan Banjar, karena bagaimana dikatakan sebelumnya tidak ada suatu lembaga yang jelas sebagai tempat pendidikan.


Laman: 1 2 3

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->