Connect with us

ACT KALSEL

Bagus dan Rima, Dua Relawan ACT Kalsel yang Memilih Tetap Bertahan di Sulteng!


Perjalanan Tim Jurnalis Kemanusiaan Bersama ACT Kalsel di Sulteng (1)


Diterbitkan

pada

Tim Jurnalis Kemanusiaan bersama ACT Kalsel mendatangi lokasi Dusun Sigarongga untuk memberikan bantuan kebutuhan pokok Foto : rico

Berbeda dengan Bagus yang mudah berbaur saat menjadi relawan di wilayah bencana, Rima mahasiswa Unlam Fakultas Psikologi justru malah harus menempuh jalan yang tidak mudah menjadi relawan. Ia harus merelakan kuliahnya ditunda selama satu semester.

Rima menjelaskan awalnya hanya 2 minggu meminta izin pada dosennya. Namun selama waktu tersebut, ia masih belum menemukan momentnya sebagai seorang relawan, hingga memutuskan untuk menunda kepulangannya. Hal ini juga menyebabkan dosen pembimbingnya memutuskan Rima untuk mengambil cuti.

“Belum puas, feelnya sebagai seorang relawan itu belum saya rasakan. Saya meminta izin lagi sama dosen ternyata tidak diberikan toleransi dan disarankan untuk mengambil cuti karena Ujian juga sudah tidak bisa dikejar. Ya saya putuskan mengambil cuti,” ungkap Rima.

Warga Belitung Selatan, Kota Banjarmasin ini masuk sebagai relawan ACT Kalsel baru 2 bulan terakhir ini. Saat mengajukan untuk berangkat ke Sulawesi Tengah, Rima tidak didukung para kerabatnya. Ayah Rima sendiri, membujuk agar anaknya tersebut tidak pergi.


Namun dukungan dari ibu Rima tidak membuatnya patah arang. Seiring waktu lewat pembicaraan terbuka, akhirnya berhasil meluluhkan hati Ayah Rima untuk mendukung anaknya tersebut.

Setibanya di Kota Palu pada 9 Oktober, Rima langsung ditempatkan di Kecamatan Sinduwe, Kabupaten Donggala dan bertugas sebagai bagian administrasi namun minggu setelahnya merangkap dibagian kesehatan.

“Kerja awalnya gak berat, dibagian adminstrasi hanya mendata barang logistik yang keluar masuk dan jumlah relawan yang ada di Posko Sinduwe ini. Diminggu ke 2 baru kerasa, saya bertugas mendampingi Psikososial dan Pemeriksaan Kesehatan,” ujarnya.

Rima yang hanya relawan wanita seorang waktu itu, mengatakan kondisi di lokasi tersebut tidak sesuai dengan ekspetasinya yang berpikir posko-posko sudah dibangun. Selain itu, 1 minggu dari bencana segala kebutuhan masih serba terbatas. Ditambah lagi aliran listrik dan air saat itu masih terputus.

“Semuanya serba terbatas, makan cuma mie instan bahkan pernah 1 hari hanya minum saja. Situasinya juga masih mencekam, masih ada gempa-gempa kecil dan akhirnya milih tidur di luar,” lanjut mahasiswi semester lima ini.

Di sisi lain, Saraswati pemilik rumah yang kediamannya digunakan sebagai Posko Sindowe Induk oleh relawan MRI memberikan apresiasi terharap kedua relawan utusan ACT Kalsel ini. Ia juga ACT selama ini sangat membantu masyarakat di Donggala. “Mereka berdua luar biasa, bisa dengan cepat untuk menyesuaikan. Mereka mau berkomunikasi langsung meskipun masyarakat di sini sedikit tempramen. ACT sangat dibutuhkan dan saya liat pengabdiannya luar biasa,” bebernya.

Bagus dan Rima menjadi saksi hidup kebangkitan masyarakat di Donggala. Rencananya kedua anak banua Kalsel ini akan dipulangkan pada awal bulan November ini. Terima kasih Atas pengabdianmu Bagus dan Rima! (rico)

Reporter : Rico
Editor : Chell


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->