Connect with us

DISHUT PROV KALSEL

Agroforestry Dorong Perkembangan Pedesaan dan Keanekaragaman Hayati

Diterbitkan

pada

Tim RPH Pengaron bersama BPHP Wilayah IX saat meninjau kawasan agroforestry di Desa Hakim Makmur. Foto; Dihut Kalsel

BANJARBARU, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan melalui RPH Pengaron bersama BPHP Wilayah IX selaku instansi yang mendukung kegiatan perhutanan sosial dalam hal anggaran, melaksanakan kunjungan ke agroforestri kelompok tani Membangun di Desa Hakim Makmur, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar.

Agroforestri kelompok tani Membangun di Desa Hakim Makmur, memiliki luasan lahan 20 Ha yang terbagi atas petak 129 luas lahan 7 Ha dan petak 135 luas lahan 13 Ha. Sedangkan jenis tanaman yang dikembangkan meliputi padi, jahe, sengon, kemiri, dan jengkol.

Kabid PMPPS Gede Surbakti mengatakan, agroforestry dapat menjadi contoh strategi  bagi pemulihan hutan yang bisa mendukung perkembangan pedesaan. Termasuk juga membangun kembali jalur-jalur keanekaragaman hayati dalam bentang alam pertanian.

“Kita mengapresiasi kegiatan agroforestry Kelompok Tani Membangun di Desa Hakim Makmur ini karena disamping bisa menjadikan nilai tambah masyarakat, juga secara langsung memperkuat kembali keanekaragaman hayati,” jelasnya.

Menurut Surbakti, agroforestri tak lain merupakan bentuk hutan kemasyarakatan yang memanfaatkan lahan secara optimal dalam suatu hamparan yang menggunakan produksi berdaur panjang dan berdaur pendek. Baik secara bersamaan maupun berurutan.

“Dari perspekstif petani, mereka tetap memandang bukan sebagai hutan alam. Tetapi lebih sebagai kebun yang memiliki fungsi dan daya dukung keanekaragaman hayati tersebut,” ujarnya.

Agroforestri terjadi akibat kebutuhan petani itu sendiri untuk memulihkan dan mengendalikan sumber daya hutan. “Saya melihat hal ini secara ekonomi penting untuk dilakukan bagi penduduk pedesaan,” tambahnya.

Program agroforestry ini juga dikembangkan di kawasan hutan lindung Gunung Langkaras seluas 600 ha di Desa Tebing Siring, Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut. Dimana pada tahun 2012, kawasan tersebut merupakan padang alang-alang yang setiap tahunnya terbakar.

Tapi melalui konsep agroforestri, kawasan Padang Alang-Alang itu kini telah berubah. Bahkan dua kelompok tani yang mengelola kawasan seluas 400 hektare tersebut, yakni Kelompok Tani Ingin Maju dan Suka Maju mampu menghasilkan di luar tanaman produktif seperti karet. Yakni persawahan, lebah madu, dan perikanan.

Disamping tumbuhnya ekonomi masyarakat, menurut Surbakti, dampak nyata yang dihasilkan dari agroforestry adalah terkait ekologi. Sudah pasti, lingkungan menjadi tertata lebih baik, terjaga dan lebih hijau. (cel)

Reporter: Cel
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->