Connect with us

HEADLINE

2 Warga Positif Covid-19, Kalteng Naikkan Status dari Siaga ke Tanggap Darurat!

Diterbitkan

pada

Gubernur Kalteng menaikkan status siaga menjadi tanggap darurat Foto: merdeka.com

KANALKALIMANTAN.COM, PALANGKARAYA – Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) H Sugianto Sabran menyatakan saat ini di wilayahnya ada 2 orang positif corona atau Covid-19. Menyusul ditemukannya dua kasus positif, Pemprov Kalteng pun menaikkan status siaga darurat menjadi tanggap darurat corona!

Hal tersebut disampaikan Sugianto usai melaksanakan salat Jumat di Masjid Jamil Nurulhuda, Kotawaringin Barat (Kobar), Jumat (20/3/2020). Dalam siaran langsung melalui akun Facebook pribadinya dengan durasi 7,07 menit, Gubernur menyatakan baru saja mendapatkan informasi dari Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Kalteng, bahwa saat ini di Kalteng ada 2 orang positif Covid-19.

“Dengan adanya dua pasien positif Covid-19 ini maka pemerintah akan meningkatkan status dari siaga darurat menjadi tanggap darurat,” ujar Sugianto dalam live facebooknya.

Terkait hal ini, ia mengimbau agar masyarakat tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta mengurangi aktifitas di luar rumah dan menghindari kerumunan bila tidak perlu.

Gubernur juga mengimbau untuk para pekerja yang berasal dari luar Kalteng untuk tidak meninggalkan Kalteng. Begitu juga sebaliknya warga atau pekerja asal Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berada di luar Kalteng diminta untuk tidak kembali dulu ke Kalimantan Tengah.

“Saya juga meminta seluruh Tenaga Kerja Asing (TKA) yang berada di Kalteng untuk tetap bertahan di Kalteng, apabila diperlukan perpanjangan izin maka kami selaku pemerintah akan memberikan perpanjangan,” imbaunya.

Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng menyatakan jumlah pasien dengan pengawasan (PDP) di provinsi ini ada 22 kasus dengan perkembangan, yakni hasil negatif 10 orang, positif 0 orang dan menunggu hasil laboratorium 12 orang. Data tersebut disampaikan, Kamis (19/3/2020).

PDP itu berasal dari kabupaten dan kota di Kalteng, yakni Palangka Raya 11 orang, Katingan 1 orang, Kotawaringin Barat 4 orang, Sukamara 2 orang, Seruyan 1 orang, Barito Selatan 1 orang dan Barito Utara 2 orang.

Dengan ditemukannya kasus ini, maka saat ini ada tiga provinsi di Kalimantan yang menkonvirmasi positif Covid-19. Yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

Sebagaimana diketahui, kasus positif virus corona Covid-19 terus melonjak hari demi hari. Jumlah kasus meningkat menjadi 309 orang hingga Kamis (19/3/2020) siang. Dari jumlah tersebut, 25 orang dinyatakan meninggal dunia yang berarti ada penambahan 6 kasus dari hari sebelumnya. Kenyataan ini kian membuat warga terpukul di tengah upaya memerangi virus corona.

Apalagi, diketahui fakta bahwa angka kematian akibat corona Covid-19 di Indonesia menjadi yang paling tinggi di dunia yakni sekira 8 persen. Rasio tersebut melampaui sejumlah negara lain yang turut terdampak virus corona seperti Italia, Iran dan China.

Menanggapi hal ini, muncul spekulasi mengenai alasan Indonesia menjadi wilayah dengan rasio kematian terparah akibat Covid-19. Spekulasi tersebut diungkap oleh jurnalis asal Selandia Baru, John Mcbeth dalam ulasannya. Di antaranya terkait masalah tranparansi.

Transparansi menjadi faktor utama penyebab tingginya angkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Menurut John, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jangkauan luas masih menutupi temuan kasus corona di sejumlah daerah.

Sementara itu, untuk setiap harinya pemerintah hanya memberikan informasi terkini mengenai peningkatan jumlah kasus yang justru kian memicu kekhawatiran warga, “Kementerian Kesehatan hanya memberikan informasi terbaru setiap hari tentang jumlah pasien dengan perhitungan resmi sekarang 309 kasus dan naik stabil dari hari ke hari,” ungkap John.

Para ahli kesehatan menduga, jumlah korban sejatinya lebih tinggi. Berkaca pada tingkat morbiditas yang tinggi di antara orangtua yang menderita penyakit lain dan tidak melakukan pemeriksaan apapun.

Hal lain adalah seruan sosial distancing belum maksimal. Upaya pencengahan penularan virus corona yang dicetuskan Jokowi melalui social distancing dianggap John belum maksimal. Kampanye tersebut masih dilanggar banyak orang. “Untuk pembicaraannya soal social distancing, pesannya (Jokowi) tidak selalu berhasil,” tukasnya.

Hal ini berkaca pada terjadinya aksi massa yang menuntut RUU Omnibus law pada 15 Maret. Sebanyak 1.000 pekerja turut dalam aksi tersebut, ini menandakan bahwa social distancing belum terlaksana dalam kerumunan.

Selain itu, kegagalan social distancing terlihat saat Ijtima Dunia 2o20 yang diikuti oleh 8.000 umat muslim dari 34 negara di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Meski pada akhirnya acara tersebut ditunda, tampak bahwa warga masih abai dengancial seruan jaga jarak yang dimaksud.

Tak kalah penting, adalah ketersediaan alat medis. Faktor lain yang menyebabkan rasio kematian akibat Covid-19 meningkat yakni ketersediaan alat medis yang masih terbatas. “2.000 fasilitas kritis tersedia di seluruh Indonesia, di mana 40 pesen digunakan untuk penderita penyakit non-virus, termasuk demam berdarah. Beberapa orang berpendapat bawah Covid-19 salah didiagnosa sebagai demam berdarah” kata John.

Begitu pula dengan 360 rumah sakit rujukan virus corona, menurut John fasilitas di sana masih terbatas terutama untuk alat pengujian khusus virus corona.(Kanalkalimantan.com/suara/antara)

 

 

Editor : Cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->