Connect with us

Infografis Kanalkalimantan

15 Mei, Sejarah Hari Keluarga Internasional

Diterbitkan

pada

Ilustrasi Hari Keluarga Internasional. Grafis: rideka/kk

KANALKALIMANTAN.COM – Hari Keluarga Internasional tidak bisa lepas dari Peran PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Pada 1980-an, PBB mulai memfokuskan perhatiannya pada isu yang berkaitan dengan keluarga.

Hal itu kemudian diwujudkan dalam resolusi PBB A/RES/47/237.

Dalam resolusinya, majelis umum PBB menetapkan 15 Mei sebagai Hari Keluarga Internasional.

Baca juga: Tak Bernyawa Dililit Piton 3,5 Meter, Disebut Warga Sering Berburu Ular

Walaupun sudah sejak tahun 1980-an, namun peringatan Hari Keluarga Internasional ini baru dirayakan pada tahun 1993.

Tujuan perayaan Hari Keluarga Internasional ini adalah supaya setiap orang memiliki kesadaran untuk membangun hubungan yang baik dengan keluarga.

Pada 2022 ini, PBB mengangkat tema “Keluarga dan Urbanisasi” sebagai tema Hari Keluarga Internasional.

Tema ini bertujuan untuk menyebarkan pentingnya kebijakan perkotaan yang ramah terhadap masyarakat dan keluarga.

 

Tema Hari Keluarga Internasional 2023

Hari Keluarga Internasional 2023 mengambil tema “Keluarga dan Perubahan Demografi”. Tema ini bertujuan untuk meningkatkan rasa awareness mengenai perubahan demografi serta dampak yang dirasakan oleh keluarga.

Dikutip dari lama PBB, populasi manusia telah mencapai 8 miliar orang pada akhir tahun 2022 dan diklaim sebagai ‘tonggak pembangunan manusia’. Pertambahan penduduk yang akan terus berlanjut ini diperkirakan akan mencapai 9,8 miliar orang pada tahun 2050 dan 11,2 miliar orang pada 2100. Hal tersebut memicu kekhawatiran tentang urbanisasi berkelanjutan serta perubahan iklim.

Perubahan demografi sendiri dapat dilihat dari pola fertilitas dan mortalitas yang mempengaruhi kehidupan serta kesejahteraan para keluarga di seluruh dunia.

Baca juga: Mengincar 6 Kursi DPRD Banjarbaru, 4 Petahana PPP Kembali Dijagokan

Dengan menurunnya tingkat fertilitas akan menghasilkan keluarga kecil yang dapat berfokus dalam kesehatan dan pendidikan. Selain itu, hal ini dapat membantu menurunkan kemiskinan dan pembangunan yang lebih baik.

Akan tetapi dengan menurunnya tingkat fertilitas juga dapat merusak tenaga kerja dan struktur sosial yang ada. Akibatnya adalah muncul berbagai masalah, seperti timpangnya jaminan sosial hingga hilangnya kesetaraan gender.

Oleh sebab itu, tema tersebut diangkat sebagai antisipasi dan wadah pengetahuan untuk para keluarga, seperti isu penuaan dan solidaritas antar generasi, memfasilitasi analisis dampak terhadap kehidupan keluarga dan rekomendasi kebijakan responsif yang berorientasi pada keluarga. (Kanalkalimantan.com/kk)

Editor : kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->