Connect with us

NASIONAL

Rektor Unair Tegaskan Vaksin Merah Putih Terus Diteliti Bareng Biofarma

Diterbitkan

pada

Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di salah satu laboratorium PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

KANALKALIMANTAN.COM – Tahun lalu Universitas Air Langga bekerja sama dengan BIN dan TNI AD meneliti obat kombinasi Covid-19 dan Vaksin Merah Putih. Namun obat kombinasi itu menuai kontroversi hingga akhirnya seolah tenggelam.

Waktu itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan hasil penelitian tersebut tidak valid. Unair diminta kembali meneliti kombinasi obat tersebut.

Kabar terbaru, seperti dinyatakan Rektor Unair Mohammad Nasih, ternyata isu obat kombinasi Covid-19 dan vaksin merah putih memang sengaja dikurangi agar tidak gaduh. Namun bukan berarti kombinasi obat tersebut tidak dipakai.

Menurut dia, tanpa teriak-teriak sebenarnya kombinasi obat tersebut sudah tersedia di lebih dari 80 fasilitas kesehatan (faskes) TNI AD. Bahkan obat tersebut diklaim sudah digunakan oleh faskes TNI AD.

“Kombinasi obat juga sudah dipakai di RS Unair. Obat juga sudah disederhanakan. Namanya Yudha Cov 1 dan Yudha Cov 2. Nanti formatnya saya kabari lebih lanjut,” ungkapnya, seperti dikutip dari timesindonesia.co.id, jejaring media suara.com, Senin (15/2/2021).

Prof Nasih juga mengklaim, masyarakat yang selama ini memakainya cukup efektif dalam proses penyembuhan covid-19. Tetapi, Nasih masih belum bisa memberikan data pasti mengenai hal tersebut.

Lanjutnya, Yudha Cov 1 digunakan untuk pasien yang memiliki gejala ringan. Sedangkan Yudha Cov 2 digunakan untuk pasien yang memiliki gejala ringan menuju ke sedang.

Sebelumnya, 5 kombinasi obat Covid-19 sempat dirilis Unair, yakni lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne, lopinavir/ritonavir dengan doxycyline, lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine, hydroxychloroquine dengan azithromicyne, dan hydroxychloroquine dengan doxycycline.

Meski telah digunakan hingga saat ini kombinasi obat tersebut masih belum mendapat izin edar dari BPOM. Meski begitu Prof Nasih mengatakan, tidak masalah.

“Sebab setiap komponen obat yang digunakan sudah memiliki izin dari BPOM,” katanya.

Meski demikian, Prof Nasih mengklaim, bukan berarti penggunaan kombinasi obat itu tidak diawasi. Semuanya dikontrol oleh dokter yang memiliki kewenangan untuk menggunakannya.

Selain itu, kombinasi obat ini tidak dijualbelikan secara umum. Hanya faskes tertentu yang bisa memakainya. Serta pemakaiannya hanya untuk opasien tertentu.

“Karena kebanyakan dipakai faskes TNI AD. Sepenuhnya dalam kontrol dokter penanggung jawab dokter di situ,” terangnya.

Sementara terkait Vaksin Merah Putih, Prof Nasih tidak ingin banyak komentar. Ia hanya mengungkapkan sedikit, mengenai laporan terakhir, yang telah memasuki tahap uji coba pada hewan besar.

Jika sesuai jadwal, hasilnya sudah bisa dilaporkan pada pertengahan tahun nanti. Kemudian penelitian akan dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Vaksin ini berkerja sama dengan PT Biofarma. Rencananya pada 2022 vaksin merah putih sudah ada hasilnya.

Unair memang sengaja tidak merilis hasilnya secara bertahap.

“Agar tidak gaduh. Takutnya ada persepsi yang tidak baik di masyarakat,” tandas Prof Nasih terkait progres vaksin merah putih.(Suara)

Editor : Suara 

 

 

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->