Connect with us

Ekonomi

Pasang Surut Bisnis Buku di Pasar Sudimampir Banjarmasin


Buku adalah jendela dunia. Semakin berkembangnya zaman, maka buku-buku semakin mudah untuk didapat. Proses pembuatan buku pun menjadi semakin mudah. Produksi buku semakin cepat. Tapi bagaimana dengan persaingan antar penjual? Melihat kondisi sekarang toko buku yang kian banyak dan beragam.


Diterbitkan

pada

Toko buku di Pasar Sudimampir Banjarmasin. Foto : Mario

BANJARMASIN, Yusri, adalah pemilik Toko Buku Rayyan di Jalan Ahmad Yani, Pasar Sudimampir, Banjarmasin. Sempat tutup, kini ia membuka kembali toko buku miliknya dan sudah berjalan selama 6 bulan.

Yusri sendiri mengakui penjualan sekarang harus mengikuti zaman agar toko bukunya tetap bertahan. Terlebih lagi harus selalu mengikuti kurikulum dan sistem pembelajaran.

Dengan semakin banyaknya saingan, Yusri tidak terlalu mempedulikan. Meskipun masih ada sekolah-sekolah yang langsung membeli buku ke penerbit, sedangkan hal itu tidak diperbolehkan. “Kita gak memikirkan saingan, rezeki sudah ada yang mengatur,” ucapnya penuh keyakinan.

Komsumen buku di toko miliknya kebanyakan dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan pegawai. Toko barunya sendiri lebih sering bekerja sama dengan instansi-instansi dan sekolah. “Biasanya ada pengadaan buku dengan instansi. Mereka sering minta referensi buku untuk perpustakaan. Buku agama yang banyak. Hampir 50 persen, sekali beli, instansi-instansi tersebut biasa mengeluarkan anggaran hingga Rp 5 juta,” ujar Yusri.

Sementara lembaga pendidikan atau sekolah, biasanya mereka memilih buku-buku seperti ensiklopedia, kamus dan alat praktek siswa yang juga disediakan oleh Yusri di tokonya. “Untuk sekolah, biasanya 8-10 juta. Mereka pakai dana BOS,” sebutnya.

Ia mengatakan 80% penerbit yang bekerja sama dengan Toko Buku Rayyan berasal dari Jakarta. Sisanya ada di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

Tak hanya itu, Yusri ternyata mempunyai stok beberapa buku langka di tokonya, biasanya ia dapatkan secara daring. Karena langka, buku itu hanya dijual satuan. Namun, Yusri tidak menaikkan harga, tetap menjualnya dengan harga normal, bahkan malah bisa diberi diskon.

Lain halnya dengan pemilik Toko Buku Ilham, Zirkani, sudah mengelola toko buku miliknya selama 10 tahun. Ia sangat merasa sekali perubahan yang terjadi akibat semakin banyaknya persaingan di bisnis buku ini. “Ya, kalau dari segini ya kurang lah. Turun, hampir 5 tahun lalu turun terus. Padahal dulu kan ada kebijakan kalau penerbit tidak boleh langsung menjual buku ke sekolah, tapi ya sekarang kebablasan lagi,” ungkapnya.

Ia mempunyai dua buah toko buku yang sama-sama berada di Jalan Ahmad Yani, Pasar Sudimampir Banjarmasin. Dakam sebulan ia bisa mendapatkan omzet Rp 30-40 juta. “Biasanya saat tahun ajaran baru yang paling ramai,” kata Zirkani.

Untuk stok buku di toko miliknya, ia biasanya menyiapkan 20 buku per satu judul khusus untuk buku agama, dan 100-200 buku per satu judul untuk buku-buku pelajaran. “Paling sedikit ya 50 buku untuk buku pelajaran,” terangnya.

Stok buku sendiri ia ambil dari Surabaya. “Kalau bukunya kita ambil langsung di Surabaya, tapi untuk penerbit Erlangga dan Intan Pariwara kita ambil di sini saja karena ada cabangnya,” katanya. Ia juga menjadi distributor buku bagi orang-orang di luar Banjarmasin. Ada yang dari Kalteng, Hulu Sungai, Tanah Bumbu dan Pelaihari. (mario sumampow)

Reporter: Mario
Editor: Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->