Connect with us

ACT KALSEL

Pabrik Shelter ACT Produksi Ribuan Hunian Pengungsi Lombok

Diterbitkan

pada

ACT membangun Integrated Community Shelter (ICS) dan Family Shelter Foto: ACT

MATARAM, Satu per satu ikhtiar ACT untuk menyediakan hunian yang layak bagi pengungsi Lombok di masa pemulihan ini telah berbuah manfaat. Setelah membangun Integrated Community Shelter (ICS) dan Family Shelter, upaya inovatif dalam penyediaan hunian pengungsi terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan mendirikan Humanity Shelter Manufacturing (HSM), sebuah pabrik yang memproduksi ribuan shelter untuk pengungsi Lombok.

Kamis (20/9), HSM memulai operasi perdananya. Pabrik shelter ini merupakan upaya baru bagi ACT dalam menangani bencana, khususnya di masa pemulihan. Hal ini disampaikan oleh Syuhelmaidi Syukur selaku Senior Vice President ACT saat meresmikan pembukaan HSM yang berlokasi di Jl. TGH. Faesal, Kota Mataram.

Pendirian HSM, menurut Syuhelmaidi, tidak terlepas dari urgensi kebutuhan pengungsi akan hunian. Terlebih lagi memasuki musim penghujan, pabrikasi dan pembangunan shelter yang lebih cepat diperlukan agar para pengungsi bisa berteduh dari hujan.

Oleh karena itu, HSM pun memproduksi knockdown shelter, atau hunian bongkar pasang. Shelter tersebut berbahan dasar besi holo dan lembar seng spandek. Berbeda dengan proses pembangunan hunian di kompleks ICS dan Family Shelter, untuk membangun knockdown shelter hanya membutuhkan waktu 1-2 jam.

“Ke depannya, produksi shelter kami akan lebih banyak ke jenis knockdown shelter ini. Baik pembangunan shelter tunggal di rumah-rumah warga yang sudah hancur, maupun pembangunan shelter secara komunal seperti ICS. Dengan waktu pembangunan yang amat cepat, diharapkan makin cepat pula pengungsi bisa tinggal di hunian yang layak,” jelas Syuhelmaidi.

Di hari pertama operasinya, HSM mampu memproduksi 25 unit knockdown shelter setiap harinya. Hingga akhir September nanti, HSM menargetkan untuk memproduksi 500 unit shelter. Jumlah produksi ini akan terus bertambah, seiring dengan penambahan pekerja konstruksi bangunan.

“Insya Allah, secara bertahap (HSM) akan produksi 50 shelter per hari. Oktober nanti bisa mencapai 100 unit per hari. Jadi, sebulan bisa produksi 3.000 shelter yang nantinya akan didistribusikan ke pengungsi-pengungsi di Lombok,” imbuh Syuhelmaidi.

Ruang pabrikasi HSM terdiri dari gudang stok material shelter, area pemotongan besi holo dan lembar spandek, area pembentukan dan pengelasan rangka shelter, dan area finishing rangka shelter. Area-area tersebut mempermudah proses perakitan kerangka shelter.

Humanity Shelter Manufacturing, diakui Syuhelmaidi, merupakan proses awal pabrikasi shelter yang diupayakan oleh ACT. Pabrik shelter ini masih akan disempurnakan lagi. “Bulan depan akan datang mesin tambahan untuk mempermudah produksi sehingga bisa membuat 100 unit shelter per hari,” kata Syuhelmaidi.

Sementara mengenai knockdown shelter, hunian ini memang didesain agar mudah dibangun dalam waktu singkat dan tahan gempa. Arifin selaku Penanggung Jawab HSM mengatakan, warga awam pun dapat membangun knockdown shelter dengan mudah. Hal ini mengingat pabrik HSM sudah merangkai rangka besi holo dan memotong-motong lembar seng spandek sesuai ukuran standar knockdown shelter.

“Nah, pas kerangka sudah jadi, itu siap dipasang menjadi shelter. Masyarakat cukup menggunakan baut untuk menempelkan dinding dengan rangka. Jadi, kalo ada gempa, bangunan tidak mudah patah,” jelas Arifin. Knockdown shelter memiliki ukuran 3×6 meter. Shelter ini terdiri dari dua ruang, jendela, dan pintu.

September ini, ACT akan mendistribusikan 500 unit knockdown shelter di titik-titik pengungsian yang ada di seluruh Lombok. “Kami akan pasang di rumah-rumah warga dekat posko kemanusiaan ACT. Penerima manfaat tentunya sudah didata oleh tim asesmen kami. Tahap pertama 500 unit, tapi target kita adalah 3.000 unit. Semoga ini bisa mempercepat proses pemulihan di Lombok,” pungkas Syuhelmaidi. (tim/act)

Reporter: Tim/act
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->