HEADLINE
Mengulik Lapak Penjual Uang Antik di Pasar Loak Banjarmasin
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Berbagai jenis macam uang sejak dulu dipergunakan di Indonesia, bahkan sebelum Republik ini hadir mata uang sudah dipergunakan di Tanah Air secara resmi.
Hingga Republik Indonesia berdiri, tidak sedikit mata uang pecahan kertas dan koin yang sudah ditarik peredarannya dari masyarakat.
Meskipun sudah tidak dapat digunakan untuk transaksi jual beli, masih banyak orang yang mencari keberadaan mata uang lawas yang tak lagi berlaku untuk dijadikan sebuah koleksi.
Bahkan sampai ada pedagang khusus berjualan uang antik. Seperti salah seorang pedagang uang antik di pasar loak atau biasa disebut Pasar Tungging Banjarmasin.
Selama hampir 10 tahun Jani, warga Teluk Tiram, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melakoni jual beli uang kertas dan koin antik berbagai pecahan.
Lelaki berusia 50 tahun ini membuka lapak dagangan di pasar loak Banjarmasin yang ada di Jalan Pasar Baru setiap hari Minggu dari pagi hingga pasar siang hari.
Berbagai pecahan uang rupiah edisi rilis tahun 90-an tersedia di lapaknya. Seperti ung pecahan kertas Rp 100 bergambar kapal layar, unag kertas Rp 500 bergambar orang utan, bahkan uang Indonesia dengan nominal sen juga tersedia di lapak milik Jani.
Tidak ketinggalan, uang kertas Rp 50.000 bergambar Presiden RI ke-2 HM Soeharto dan uang Rp 25 bergambar Presiden RI pertama Ir Soekarno tahun rilis 1960.
Menariknya, selain mata uang rupiah, Jani juga menjual berbagai mata uang antik dari berbagi negara seperti Cina, Eropa, hingga Amerika.
Baca juga: Pasar Murah di Sungai Miai, Tebus Rp 45 Ribu Bawa Sembako Senilai Rp 150 Ribu
“Uang yang saya jual di sini yang telah ditarik peredaranya dan tidak berlaku lagi,” katanya, dijumpai Kanalkalimantan.com, Minggu (26/3/2023) pagi.
Pecahan uang antik tersebut dibandrol dengan harga bervariasi, dari harga puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Misalnya, uang kertas pecahan Rp 500 dan Rp 100, Jani menjual seharga Rp 20.000.
Sedangkan untuk uang koin produksi Indonesia dijualnya mulai dari harga Rp 10.000.
Menurutnya, semakin lama tahun rilis mata uang dan semakin susah dicari uang tersebut maka harganya jualnya akan semakin tinggi. Misalnya mata uang sebelum Republik Indonesia berdiri dengan seri wayang yang dijualnya tembus jutaan rupiah.
“Kalau yang harganya jutaan yang seri wayang tahun 1930-an. Itu ada mulai 5 golden, 10 golden, 25 golden, sistem golden namanya itu,” beber Jani.
Baca juga: PUPR Kalsel Bangun Jembatan Penghubung Banjar – Batola
Dikatakannya, untuk mendapatkan uang-uang antik tersebut dia juga harus mencarinya ke kolektor-kolektor di berbagai daerah.
“Saya juga menerima kalau ada orang yang mau menjual uang antik,” ungkapnya.
“Tapi melihat dulu keadaannya uangnya, kalau rusak atau cacat tidak menerima,” tambahnya.
Saat berdagang, Jani juga menyediakan katalog kepada pembeli untuk mengetahui berbagai seri mata uang. Di dalamnya dilengkapi dengan penjelasan asal negara, serta tahun produksi rilis mata uang itu.
Tidak sedikit juga pengunjung pasar yang membeli uang antik yang dipajang atau hanya sekadar melihat dan bertanya-tanya terkait uang antik. (Kanalkalimantan.com/rizki)
Reporter : rizki
Editor : bie
-
Bisnis3 hari yang lalu
Minta Masukan, Angkasa Pura Indonesia Bandara Syamsudin Noor ke YLKI Kalsel
-
Kabupaten Banjar3 hari yang lalu
Kunjungi Sungaitabuk Keramat, Warga Doakan Saidi Mansyur
-
PLN UIP3B KALIMANTAN2 hari yang lalu
PLN Electric Run 2024 Diapresiasi, Begini Kata Para Juara
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Dipagar Seng, Proyek Samsat Terpadu Rp22 Miliar OTT KPK di Kalsel
-
kampus3 hari yang lalu
Mahasiswa KKN UIN Antasari Fasilitasi Aspirasi Petani Desa Tembok Bahalang
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Tersangka KPK Paman Birin Ajukan Gugatan Praperadilan