Connect with us

INTERNASIONAL

Jaringan Internet Lebanon Terancam Mati, Ekspatriat Marah ke Pemerintah

Diterbitkan

pada

Ilustrasi sebuah kendaraan pertanian melaju di jalan tanah kota Israel Metula di sepanjang pagar perbatasan antara kedua negara, di Marjayoun, Lebanon, pada (6/8/2021). Foto : Mahmoud ZAYYAT / AFP

KANALKALIMANTAN.COM – Ekspatriat Lebanon semakin marah kepada pemerintah karena Internet terancam mati, di tengah krisis ekonomi dan energi yang melanda negara tersebut.

Menyadur Arab News Kamis (11/11/2021), ancaman tersebut disampaikan oleh Direktur jenderal perusahaan telekomunikasi Ogero, Imad Kreidieh.

Imad Kreidieh memperingatkan bahwa layanan Internet Lebanon terancam mati dalam waktu 10 hari, karena kekurangan biaya untuk menjaga stasiun siaran dan generator.

Electricite du Liban hanya mampu menyediakan pasokan listrik selama beberapa jam sehari untuk institusi dan rumah tangga sejak Juni.

 

Baca juga : Sawit Bukan Hanya Perusahaan, Ada Banyak Petani Terlibat

Krisis listrik semakin parah setelah pemerintah Lebanon mencabut subsidi untuk solar, dan harga bahan bakar terus meningkat.

Bahan bakar hanya tersedia dalam dolar dan dengan harga pasar gelap. Imad Kreidieh mengatakan bahwa anggaran Ogero dalam pound Lebanon, yang telah mendevaluasi terhadap dolar, membuat perusahaan tidak dapat memperoleh mata uang yang dibutuhkan untuk membeli diesel yang dibutuhkan.

Situasi krisis tersebut menyebabkan banyak ekspatriat Lebanon di Teluk dan Eropa mengecam Beirut.

Rana Arbid, seorang bankir yang berada di UEA, mengatakan bahwa jika Internet di Lebanon mati, maka dia akan sangat kecewa.

 

Baca juga : Didampingi Prabowo Kunjungi Pindad, PM Malaysia Bakal Kerja Sama Pertahanan

Rana menuduh Beirut tidak bertanggung jawab dan tidak berguna dan menyalahkan elit penguasa karena membahayakan kehidupan masyarakat dan sarana komunikasi.

“Tidak ada Internet berarti tidak ada saluran yang menghubungkan orang, terutama bagi kami orang Lebanon yang tinggal di luar negeri,” katanya kepada Arab News.

“Internet dan aplikasi seluler adalah alat dan sarana kami untuk berkomunikasi dengan kerabat dan teman kami,” sambungnya.

Najib Youssef, seorang manajer penjualan yang berbasis di Jerman, menyalahkan pemerintah dan administrasi yang tidak produktif.

 

Baca juga : MGPA Klarifikasi Soal Pembukaan Boks Kargo Motor Peserta WSBK

“Pemerintahan ini sama seperti sebelumnya, kabinet tidak subur. Sejauh ini, ia telah gagal dalam mengelola negara. Ini berpartisipasi dalam membunuh semua sektor jasa termasuk telekomunikasi. Jika ini terjadi, dan saya kira itu akan terjadi, itu berarti membunuh kami (ekspatriat) secara emosional dan mental karena Internet adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan keluarga,” jelas Youssef.

Bassam Al-Deek, seorang profesor bisnis senior yang kini tinggal di Arab Saudi, mengatakan runtuhnya Internet akan mengisolasi Lebanon dari sekitarnya.

“Seolah-olah apa yang terjadi tidak cukup, sekarang muncul masalah kekurangan bahan bakar dan dolar ini menghambat sistem telekomunikasi dan menghalangi kami untuk berkomunikasi dengan keluarga kami di rumah,” tambahnya.

Menteri Komunikasi Johnny Korm mengatakan kepada MTV news bahwa, ia sedang memperbaiki krisis dan mencari dana yang cukup untuk membeli solar.

 

Baca juga : Mitigasi Banjir, Bidang SDA Dinas PUPR Terus Lakukan Normalisasi Sungai

Johnny Korm berjanji bahwa Internet di Lebanon tidak akan mati, tetapi memperingatkan mungkin ada gangguan di beberapa bagian negara itu. Dia mengatakan jumlah solar yang diamankan cukup untuk 20 hari ke depan. (Suara.com)
Editor : Suara


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->