Connect with us

Budaya

Teresa Teng, Diva Agung Asia yang Juga Menyanyi Pakai Bahasa Indonesia

Diterbitkan

pada

Teresa Teng merupakan salah satu penyanyi yang memiliki karier musik luar biasa. Foto: Net

PENYANYI pop Teresa Teng lahir hari ini, 29 Januari, pada 1953 silam di Taiwan. Musik dan bakatnya punya kekuatan yang mendominasi dan berpengaruh di Asia pada dekade 1970-1980-an.

Teresa Teng bisa menggetarkan hati pendengarnya baik melalui kelembutan suara maupun kekuatan emosinya yang melankolis. Dia dikenal sebagai salah satu dari “Lima Diva Agung Asia” dan menggiring pendengarnya ke dalam kegembiraan serta kesedihan sepanjang kariernya selama tiga dekade.

Keempat penyanyi lainnya yang berpredikat Diva Agung Asia kala itu adalah Judy Ongg, Agnes Chan, Ouyang Feifei, dan Yu Yar. Popularitas Teresa Teng juga dipengaruhi oleh kemampuannya menyanyikan lagu-lagu romantis dalam beberapa bahasa seperti Mandarin, Canton, Vietnam, Hokkian, Jepang, Indonesia, and Inggris.

Sejumlah lagu yang dibawakannya dalam bahasa Indonesia di antaranya adalah Dayung Sampan, Cinta Suci, Sekuntum Mawar Merah, dan Selamat Jalan Kekasih/Good Bye My Love.

Hal itu tentu saja meninggalkan kenangan manis penuh makna akan masa kecil yang penuh kegembiraan. Warisan itulah yang bertahan hingga saat ini. Google, melalui Google Doodle, memberi penghormatan kepada salah satu lagu Teresa Teng paling terkenal yaitu The Moon Represents My Heart.

Alternatif yang dihadirkan Teresa Teng atas lagu-lagu revolusioner yang umum di Tiongkok ditambah pembawaan emosionalnya saat menyanyi telah memberinya popularitas instan dan bertahan lama sampai saat ini, pada hari ulang tahunnya yang ke 65.

Teresa Teng meninggal pada 8 Mei 1995 di Chiang Mai, Thailand karena serangan asma. Namun, dokter dan rekannya berspekulasi bahwa dia meninggal karena serangan jantung yang dipicu overdosis amphetamine.

Dalam sejumlah literatur, nama Teresa Teng terkadang ditulis Teresa Tang, Teresa Deng, atau Deng Li-jun. Meski kerap tampil di sejumlah negara bahkan hingga ke Prancis, dia tidak pernah tampil di Tiongkok.

Di Tiongkok, lagu-lagunya sempat dilarang pada era 1980-an karena alasan politis. Namun, popularitasnya tak terbendung. Rekaman suaranya tetap beredar di pasar gelap dan sering diputar di tempat-tempat hiburan malam.

Partai Komunis Tiongkok dikabarkan pernah mengundangnya untuk bernyanyi pada era 1990-an, tetapi dia tidak pernah memenuhi undangan itu.(cel/net)

Reporter: Cel/net
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->