Connect with us

Kota Banjarmasin

Soetji Nurani, Klenteng Tua Etnis China di Kota Banjarmasin

Diterbitkan

pada

Klenteng Soetji Nurani yang kental dengan arsitektur China berdiri megah di Banjarmasin Foto: ammar

BANJARMASIN, Banjarmasin, kota yang dijuluki Seribu Sungai ini merupakan daerah dengan penduduk beraneka latar belakang budaya, suku, dan keyakinan. Namun, mereka bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling toleran.

Banyak sekali dijumpai bangunan kuno hingga kini menghiasi kota. Mulai masjid, gereja, katerdral, pura, hingga klenteng. Terkait klenteng, Banjarmasin memiliki klenteng yang memiliki usia lebih dari 1 abad. Namun tetap berdiri megah, indah, serta dijaga keindetikan dari suatu klenteng kuno di pinggir arus lalu lintas masyarakat perkotaan.

Ya, adalah klenteng Sen Sen Kung atau Soetji Nurani, dan Po An Kiong atau Karta Raharja yang dibangun pada tahun 1989 dan masih terjaga oleh regenerasi pengurusnya hingga saat ini.

Menurut Triono Husain (72), budayawan sekaligus pengurus klenteng Soetji Nurani, sudah menjadi penjaga klenteng ini sejak usia remaja. Menurut kisah turun temurun, sejarah dari kedua klenteng ini dibuat oleh para Jenderal China yang bernama The Sin Yoe dan Ang Lin Thay untuk berdagang melalui jalur laut ke Indonesia.

Selang beberapa bulan penetap di bumi Kayuh Baimbai, para bangsawan China langsung membuat Klenteng di Kota Banjarmasin yang mendatangkan beberapa arsitektur dari china. Pertama Klenteng Po An Kiong yang dibangun yang berlokasi dulunya di  Jl Pasar Baru No.71, Kertak Baru Ilir, Banjarmasin Tengah. Tepat di bantaran sungai Martapura.

Lalu, musibah mengenai klenteng tersebut yang dilalap si jago merah. Kemudian bangunan dipindahkan ke Jl. Niaga Nomor 45, di tengah pusat perbelanjaan grosir di Banjarmasin serta diapit oleh bangunan-bangunan modern.

Beda halnya dengan Klenteng Soetji Nurani, selang beberapa bulan pembangunan klenteng Po An Kiong dibangun lah Klenteng Soetji Nurani yang berada di Jl. Veteran No.10, Gadang, Kec. Banjarmasin Timur. Orang sekitar menyebutnya jalan Pacinaan.

Mengapa klenteng tersebut berada di Jl. Veteran atau Pacinaan? Dulu, kisahnya, Jalan Veteran terkenal dengan pemukiman masyarakat Tionghoa yang berdagang di Banjarmasin. Mereka menjual obat-obatan tradisional, pernak pernik, dan barang-barang pendukung peribadatan.

“Rumah masyarakat Tionghoa hampir mirip dengan rumah Adat Banjar. Namun saat ini etnis Tionghoa sudah membaur dengan masyarakat sekitar, sehingga tidak terlihat lagi identitas Jl Veteran sebagai jalan Pecinan,” ujarnya.

Klenteng Soetji Nurani memiliki barang-barang kuno yang masih terawat. Seperti patung, guci, tempat sembahyang dan cawan-cawan yang terbuat dari kuningan. Beberapa peralatan tersebut, dulu langsung dibawa oleh para pendiri klenteng dari daratan China. Serta ada juga longceng yang biasa ditemukan di gereja serta bedug yang biasa digunakan umat Islam untuk menandakan waktu sholat.

“Itulah indahnya perbedaan, semua orang bisa masuk ke dalam klenteng. Anggapannya, jika ada orang muslim  yang numpang sholat, kami persilahkan dengan senang hati,” ungkapnya.


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->