Connect with us

OBITUARI

Selamat Jalan Didi Gunawan

Diterbitkan

pada

Didi Gunawan -paling kanan- pakai topi pet, Yanda Ramadhan, Syahminan Alfarisi, Rendy Tisna dan Dony Muslim paling ujung sebelah kanan. Foto: AJI Balikpapan Biro Banjarmasin

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Didi Gunawan menderita serangan jantung, ginjal, dan stroke berat. Fisiknya terbaring lemah di kamar 211, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin. Sepasang matanya sayup memandang kosong ke arah langit-langit, dia tidak lagi dapat diajak bicara.

“Didi.. Didi.. itu kawan kamu datang. Pinandulah (Apakah kenal) itu siapa,” ucap saudara-saudarinya menyadarkan, sambil menepuk tangan kanan Didi yang kian membengkak karena terlalu lama dipasangi selang infus.

Didi mengencangkan lehernya, memandang sebentar ke arah saya yang berdiri di ujung tempat tidurnya. Kami bertatapan sebentar, saling mengangguk, nafasnya berat. Dia kemudian menegakkan kepala, kembali menerawang ke atas.

Lepas Maghrib pada 30 Maret 2024 lalu, saya ditemani istri menjenguk Didi di luar jadwal. Meskipun sebenarnya, pada awal April 2024, saya dan kawan-kawan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Balikpapan Biro Banjarmasin, sepakat untuk berkunjung bersama saat kali kedua dia dirawat di rumah sakit.

Pertama kali kami mendengar kabar Didi menderita penyakit jantung pada 20 Februari 2024, para kolega dari rombongan anggota AJI di Banjarmasin intens berkomunikasi di grup, kemudian menjenguk Didi secara bergantian dan bersamaan di RSUD Ansari Saleh Banjarmasin. Saat itu, dia masih bisa diajak bicara, meskipun suaranya mulai tersendat-sendat.

Baca juga: Mayat Dalam Tong Air Kaki di Atas, RFS Diduga Alami Kecelakaan di WC

“Bagaimana aromanya, bang, saat dipasangi selang oksigen di hidung?” tanya saya.

“Seperti aroma obat itu,” sahut lelaki yang masih membujang itu.

Sebelum rombongan pamit pulang, Anjar Wulandari, Redaktur Banjarmasin Post, sempat mengingatkan Didi untuk hidup sehat. “Kami tahu, dia seorang pekerja keras. Dia hanya mengangguk-angguk, mengiyakan pesan Anjar, lalu berkata, “Terima kasih.”

Tidak lama setelah kepulangan para rombongan, saya, Dony, dan Rahim Arza, bertahan sebentar di kamar tempat Didi dirawat inap. Hingga sore menjelang Maghrib, kami lebih banyak diam dan saling memandang saja, berusaha merapatkan kesunyian agar Koordinator AJI Balikpapan Biro Banjarmasin itu bisa tidur nyaman.

Belum juga 30 menit Didi terlelap. Seorang perawat laki-laki mengetuk pintu dari luar, lalu bergegas masuk ke dalam ruang kamar dengan nada yang terkesan digawat-gawatkan. “Kita ke Ruang ICU (Intensive Care Unit) satu menit, tolong berkemas,” perintahnya. Ruang ICU adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat.

Baca juga: Miring Tak Layak Huni, Rumah Siti Asmiah di Sungai Tiung Dibongkar Warga

Secepat kilat kami berkemas, ranjang Didi didorong oleh dua orang perawat laki-laki menuju lorong. Kami, tiga sekawan, dan empat anggota keluarga Didi menunggu di pintu terakhir ruang ICU.

“Tidak boleh masuk, tunggu di situ saja,” instruksi sang perawat lelaki itu sambil berlalu menutup pintu ruang ICU. Kabarnya Didi dirawat satu-dua malam, di ICU. Kondisinya kian membaik, lalu kembali ke ruang perawatan umum.

Tidak berselang lama, dia diperbolehkan pulang ke rumah. Sempat beberapa hari di rumah, untuk yang kali kedua, dia kembali dirawat inap di RSUD Ulin Banjarmasin.

Pada 30 Maret, saya bersama istri menjenguk Didi sekaligus berniat mewawancarainya untuk kata pengantar dan peluncuran buku digital yang kami buat bersama teman-teman dari AJI Balikpapan Biro Banjarmasin. Namun gagal. Buku digital tersebut adalah hasil kolaborasi liputan beberapa orang wartawan di Desa Kambiyain, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan pada Desember 2023 lalu.

Pimpinan redaksi Jejak Rekam ini adalah salah satu orang yang melakukan peliputan di Desa Kambiyain. Dia menginap semalam bersama kami di sana. Saat itu, dia memang terlihat sakit-sakitan dan meminum obat yang dibelinya di Amuntai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara. “Masuk angin. Biasanya kalau kambuh dan kecapean, sering seperti ini,” ujarnya saat itu.

Pada 26 Januari, Didi mengirimkan hasil liputannya kepada saya dengan judul “Bukan Hindu Kaharingan, Masyarakat Desa Kambiyain Sebut Penghayat Balian” yang diterbitkan di jejakrekam.com. Pada 1 Februari dia sempat menelephone, namun tidak sempat terangkat.

Baca juga: Temuan Lelaki Tak Bernyawa di Loktabat Utara Diduga Idap Asma

Usai saya besuk di RSUD Ulin Banjarmasin, Didi sempat diperbolehkan pulang ke rumah sekitar waktu lebaran. Hingga akhirnya dia dikabarkan dirawat inap kembali untuk kali ketiga. Dan, pada 19 April 2024 sekitar pukul 18.30 Wita, Didi Gunawan dikabarkan meninggal dunia di usia 48 tahun.

Didi Gunawan orang baik, pemikirannya kritis, tulisannya dahsyat, pengetahuannya luas dan saya belajar banyak darinya, selamat jalan Didi Gunawan. (Kanalkalimantan.com/rendy tisna)

Reporter : rendy tisna
Editor : bie


iklan

Komentar

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->