Connect with us

Politik

‘Prahara Rumah Tangga’ Dua Partai di Pilkada Banjarbaru

Diterbitkan

pada

Pertarungan Pilkada Banjarbaru sarat dengan gejolak psikologis internal partai Foto: net

BANJARBARU, Dinamika Pilkada Banjarbaru cukup unik. Betapa tidak, dua kandidat yang dipastikan bakal sama-sama maju dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota nanti ternyata berasal dari dua partai yang sama. Yakni PPP dan Partai Golkar. Ibarat kasus, prahara rumah tangga ini membuat salah satu pasangan mesti rela angkat kaki mencari tempat baru jika sama-sama ngotot berebut tahta kepemimpinan kota Idaman!

Ya, baik pasangan Aditya Mufti Ariffin-AR Iwansyah dengan duet petahana Nadjmi Adhani- Darmawan Jaya Setiawan sama-sama merupakan kader PPP dan Golkar. Aditya yang mendeklarasikan sebagai penantang petahana, adalah Ketua DPW PPP Kalsel. Sedangkan pasangan dari petahana yakni Darmawan Jaya, merupakan Ketua DPD PPP Banjarbaru.

Di sisi lain, pasangan penantang Iwansyah adalah Ketua DPD II Partai Golkar Banjarbaru. Sang petahana sendiri, Nadjmi Adhani, kader partai beringin. Tak ayal, pertarungan internal ini sungguh dinamika penuh gejolak psikologis.

Tapi, namanya politik memang punya jalannya sendiri. Tiada kawan atau lawan yang abadi, begitu jargon selama ini. Walau pun, ikatan bathin dan persaudaraan masih akan tetap dipelihara dua pasangan yang bersaing itu. Sebab kenyataannya, sama-sama berkhidmat untuk menjadikan kota Banjarbaru lebih baik lagi.

“Bagaimana pun kita tetap berhubungan baik. Karena apa yang kita lakukan adalah untuk memajukan Banjarbaru. Justru karena sesama saudara, maka Pilkada Banjarbaru nantinya akan penuh kesejukan,” begitu kata Aditya, kepada kanalkalimantan.com disela jumpa pers pencalonannya bersama Iwansyah, Rabu (10/7).

Aditya mengakui, pilihannya maju Pilkada Banjarbaru karena terpanggil untuk mengabdi di tanah yang membesarkannya. “Saya ingin kota ini lebih baik lagi. Berbagai potensi bisa dikembangkan secara maksimal sehingga memiliki daya saing dengan kota-kota lainnya secara ekonomi maupun SDMnya,” ungkapnya.

Untuk tujuan itu, putra mantan Gubernur Kalsel Rudy Ariffin ini mau tak mau harus menghadapi gejolak bathin tersendiri. Harus bersaing dengan Darmawan Jaya yang merupakan bawahannya dalam struktur partai. Tapi itu hal yang tak bisa dihindari, sebab aturan main tak membolehkan satu partai mencalon di dua kaki.

Walhasil, Aditya yang posisinya secara struktur di atas Daramawan Jaya, memiliki kans lebih besar untuk mendapatkan restu dari pusat. Ditambah lagi unsur kedekatan dengan kolega pengurus DPP, sebab saat ini Aditya masih tercatat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PPP.

Lalu, bagaimana jika Darmawan Jaya juga nantinya ngotot tetap maju lewat PPP? “Tentunya ada mekanisme partai. DPP nantinya yang akan memberikan rekomendasi siapa kader yang ditunjuk untuk bertarung di Pilkada. Jika tak tunduk dengan keputusan organisasi, tentunya ada mekanisme yang berjalan sebagai aturan partai,” terangnya.

Pun demikian dengan Iwansyah. Meski secara resmi partainya belum menyampaikan rekomendasi karena memang belum dimulai masa penjaringan dan penyaringan, ia yakin DPP Partai Golkar akan menjatuhkan surat rekomendasi kepadanya. Apalagi, Ketua DPD Partai Golkar Kalsel Sahbirin Noor telah memberikan restu. “Sebelum proses deklarasi ini, saya sudah bertemu beliau dan mendapatkan restu untuk maju,” ungkapnya.

Iwansyah mengatakan, dalam Pilkada ini partai tentunya akan memberikan rekomendasi bagi kader yang terbukti berjuang membesarkan organisasi. “Sebagai ketua partai, ibaratnya Pak Aditya ini sudah berdarah-darah membesarkan partai. Nah kalau sekupnya ketua DPD kota seperti saya, ibaratnya sampai keseleo lah membesarkan Partai Golkar,” lontarnya disambut tawa wartawan.

Sementara itu, Sahbirin Noor yang ditemui kanalkalimantan.com saat makan di sebuah warung di kawasan Jl Kasuari, kelurahan Komet, Banjarbaru, secara implisit akan mendukung kader yang maju dalam Pilkada. “Ya tentunya akan mendukung kader terbaik. Karena saat ini proses penjaringan belum dimulai, tapi tentunya pusat akan menilai kader terbaik yang memiliki potensi,” katanya.

Seperti disebutkan sebelumnya, deklarasi pencalonan Aditya-Iwansyah bisa mengerucutkan pertarungan head to head dengan petahana. Memang, masih ada Partai Gerindra Banjarbaru yang masih memungkinkan untuk mengajukan calon sendiri.

Tapi hitungan di atas kertas, akan berat juga bagi partai bentukan Prabowo Subianto tersebut untuk menang jika tanpa kekuatan cadangan.
Apalagi, Aditya dan Iwansyah menegaskan tak hanya maju berbekal kekuatan PPP dan Golkar saja. Meskipun hitungan di atas kertas, pada pemilu 2019 lalu kedua partai tersebut merupakan kekuatan tiga besar di parleman.

Dimana Partai Golkar dengan 22.143 menempatkan sebagai parpol dengan suara terbanyak dan berhak mendapatkan 5 kursi di parlemen. Sedangkan PPP Banjarbaru menjadi juara 3 dengan meraih 4 kursi di dewan.

Di sisi lain, terampasnya kendaraan Partai Golkar dari petahana Nadjmi Adhani dan perahu PPP dari Darmawan Jaya, membuat duet ini harus memutar ulang strategi. Pasalnya, sebelum kendaraan politik terampas dengan majunya Aditya-Iwansyah, pasangan Nadjmi-Jaya sudah memiliki kartu sakti untuk melanjutkan pemerintahan dua periode.

Kini, gara-gara deklarasi Aditya-Iwansyah yang membawa gerbong besar parpol, maka incumbent harus melirik kemungkinan maju melalui independen. Kecuali, ada deal khusus Nadjmi dengan Gerindra untuk melakukan koalisi tanpa syarat. Artinya, Gerindra menjadi penyokong paket Nadmi-Jaya dalam Pilkada nanti. (cel/rico)

Reporter:Cel/Rico
Editor:Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->