HEADLINE
Merasakan Sensasi di Puncak Tahura Mandiangin Era Hindia Belanda
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Kawasan Tahura (Taman Hutan Raya) Sultan Adam Mandiangin di Kabupaten Banjar menjadi salah satu destinasi wisata pegunungan yang saat ini populer di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Jaraknya hanya sekitar 27 kilometer dari pusat Kota Banjarbaru dan sekitar 80 kilometer dari Kota Bajarmasin. Perjalanan menuju puncak Tahura Sultan Adam Mandiangin dapat diakses menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dengan jalan kontruksi aspal.
Untuk tiket masuk ke Tahura Sultan Adam Mandiangin, pengunjung hanya perlu membayar Rp10 ribu untuk dewasa, sementara anak-anak dipatok Rp8 ribu.
Harga karcis masuk tersebut lebih murah lagi jika masuk secara rombongan, setiap pengunjung akan dikurangi Rp2 ribu dari biaya normal.
Bagi pengunjung yang masuk membawa kendaraan roda dua, diharuskan membayar karcis masuk kendaraan sebesar Rp10 ribu. Sementara roda empat sedikit lebih mahal yaitu Rp25 ribu, dan roda delapan atau lebih Rp40 ribu.
Biaya masuk atau tarif retribusi BLUD Tahura Sultan Adam tersebut telah tertuang dalam Peraturan Gubernur Kalsel Nomor 57 Tahun 2022 yang diterbitkan 5 Agustus 2022.
Baca juga: Ancaman ‘Pemangsa Anak’ dalam Ponpes di Banjarbaru, Santri 14 Tahun Diduga Alami Pelecehan Seksual
Bagi pengunjung yang menginginkan sensasi bermalam di puncak Tahura Sultan Adam Mandiangin, dapat memilih dua opsi yaitu menyewa villa atau membangun tenda.
Villa yang disediakan dapat disewa dengan harga mulai Rp500 ribu untuk kamar standar. Pengunjung akan mendapatkan fasilitas bak menginap di hotel. Disuguhi pemandangan mata yang menyejukkan sekitar villa, langsung melihat hijaunya bentang pegunungan.
Kemudian bagi pengunjung yang ingin camping, namun tak membawa tenda, dapat menyewanya di lokasi dengan harga Rp25 ribu untuk tenda kecil, Rp35 ribu tenda sedang, dan Rp50 ribu untuk tenda besar.
Baca juga: Pemkab Banjar Laksanakan Penandatanganan Perjanjian Komitmen Inovasi
Di Tahura Mandiangin juga terdapat Taman Konservasi Anggrek, Agrowisata, Camping Ground, Permainan Anak-Anak, Taman Kelinci, Studio Geoprak, dan Kandang Habitat Rusa. Bagi pengunjung yang suka adrenalin juga dapat menjajal paralayang yang disewakan dengan instruktur berpengalaman.
Selain dapat melihat pemandangan alam dan kota Banjarbaru dari puncak Tahura, pengunjung juga dapat menikmati pesona alam serta peninggalan sejarah yang ada disana.
Tidak jauh dari pintu gerbang Tahura Mandiangin, terdapat kolam renang peninggalan Belanda yang airnya mengalir langsung dari mata air pegunungan.
Kolam berukuran sekitar 30×50 meter tersebut dikenal sebagai Kolam Belanda dan sampai sekarang masih dapat digunakan untuk mandi atau berenang.
Seturut informasi yang dihimpun Kanalkalimantan.com, kolam tersebut diresmikan pada tanggal 26 Februari 1939 oleh Gouverneur Van Borneo, Dr Bauke Jan (BJ) Haga.
Ketika berada di puncak Mandiangin, terdapat situs peninggalan Belanda yang kini dijadikan villa dengan arsitektur bangunan bergaya Eropa. Di sanalah pengunjung dapat menginap.
Dalam sejarahnya, bangunan itu dulunya dijadikan sebagai Pesanggrahan atau tempat peristirahatan yang sering dikunjungi Ambtenar (pejabat pemerintah) Hindia Belanda kala itu.
Di sekitar villa terdapat garasi mobil yang dibangun se zaman dengan Pesanggrahan yaitu sekitar tahun 1939. Garasi bermaterial beton tersebut menurut sejarahnya digunakan Ambtenar Hindia Belanda untuk meletakan mobil saat ke Puncak Mandiangin.
Salah seorang warga yang belum lama tadi berkunjung dan menginap di villa Tahura Mandiangin, Wanda mengaku sangat terkesan saat berada di salah satu kawasan yang kini masuk Geopark Pegunungan Meratus itu.
“Suasananya benar-benar beda dengan di kota, sangat merefreshing mata dan pikiran, ditambah dengan pemandangan alam yang mengelilingi villa,” ujarnya.
Selain menikmati keindahan alam, jurnalis wanita ini juga mengaku menjadi banyak belajar sejarah ketika berada di sana.
Oleh karena itu menurut Wanda, Tahura Mandiangin cocok menjadi pilihan bagi kalangan apa saja yang ingin menikmati wisata pegunungan sekaligus wisata sejarah.
“Ornamen yang bernuansa Belanda tentu jarang didapatkan di kota-kota, apalagi bagi anak muda yang membutuhkan tempat estetik gak perlu pergi ke luar daerah lagi untuk menikmati vibe sejarah cukup ke sana saja,” pungkasnya. (Kanalkalimantan.com/rizki)
Reporter : rizki
Editor : bie
-
PLN UIP3B KALIMANTAN3 hari yang lalu
Sukses Gelaran PLN Electric Run 2024, Ajak Masyarakat Kurangi Emisi Karbon
-
Bisnis2 hari yang lalu
Minta Masukan, Angkasa Pura Indonesia Bandara Syamsudin Noor ke YLKI Kalsel
-
HEADLINE3 hari yang lalu
KPK Soroti E-Katalog Pasca OTT di Kalsel
-
Infografis Kanalkalimantan3 hari yang lalu
10 Oktober: Hari Kesehatan Mental Sedunia, Mengapa Diperlukan?
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Tiga Kali Diberi Surat Peringatan, Pemko Banjarbaru Bongkar 21 Kandang Babi
-
Kota Banjarbaru3 hari yang lalu
Eksekusi Kandang Babi di Guntung Manggis, Hewan Ternak Tersisa Dilokalisir