Connect with us

HEADLINE

Melawan dari ‘Jantung’ Meratus, Kisah Kampung Kiyu Menolak Kungkungan Tambang (3-Habis)

Diterbitkan

pada

Suasana pemandangan di Kampung Kiyu. Foto : mario

Kampung Kiyu, Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) mungkin tenggelam di tengah berbagai berita pembangunan. Tapi, suara dari sekitar 300 jiwa (jika digabung dengan jumlah penduduk Desa Hinas Kiri mencapai 700 jiwa, red), terus menggema terkait keberanian dalam melakukan penolakan kungkungan pengusaha tambang. Sebuah keberanian dan konsistensi, yang justru tenggelam di daerah-daerah lain.

Selama beberapa hari, jurnalis Kanalkalimantan.com, Mario Christian Sumampow, mengunjungi beberapa titik desa yang berada di kaki Meratus tersebut. Mulai Kampung Kiyu yang merupakan bagian dari Desa Hinas Kiri dan Desa Nateh. Berikut hasil liputan yang dituliskan secara berseri:

————————-

Tinggal jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang bising tidak membuat warga Dayak Meratus kampung Kiyu, Desa Hinas Kiri, Hulu Sungai Tengah (HST) tertinggal. Masyarakat di kampung Kiyu paham betul tentang konsep keadilan lintas generasi dan semangat perjuangan para penerus ke depan. Penolakan atas izin tambang adalah salah satu bentuk perlawanan sekaligus perjuangan dari warga Dayak Meratus atas bangsa sendiri. Ketidakseimbangan infrastuktur, punya ceritanya sendiri.

Di sela menikmati keramahan alam di desa yang berada di kaki pegunungan Meratus, kami juga berkesempatan untuk bertemu dengan Kepala Adat Balai Kiyu, Julak Makurban namanya. Hampir sama dengan Julak Maribut yang senang bercerita, tapi bedanya Jula Makurban sering membanyol di sela-sela obrolan seriusnya. Salah satu banyolan yang ia lontarkan adalah ketika kami menanyai usianya, ia menjawab dengan santai “masih seumur jagung lah.”

Julak Maribut tentu adalah orang yang juga menolak keras perizinan tambang. Namun ia juga merupakan orang yang menuntut perbaikan infrastruktur. Bagaimana tidak, sejak memasuki kawasan Desa Hinas Kiri, kendaraan yang kami tumpangi terpaksa harus memperlambat lajunya sebab jalan yang sempit dan masih berbatu. Jalan menuju kampung Kiyu hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Jika datang mobil lain dari arah beralawan, tentu akan menjadi malapetak. Apalagi di salah satu sisi jalan merupakan kawasan yang curam.

Kepala Adat Balai Kiyu, Julak Makurban. Foto : mario

Sepanjang kampung Kiyu pun, tak beralaskan aspal. Hanya tanah berteman bebatuan. Padahal jika terus menelurusi kampung Kiyu, masih ada lagi satu buah kampung yang sangat jauh, namanya Kampung Juhu. Jarak menuju Kiyu ke Juhu dan sebaliknya memakan waktu satu hari berjalan kaki dan tidak bisa ditempuh menggunakan kendaraan apa pun. Jarak satu hari itu pun merupakan jangka waktu yang ditempuh oleh masyarakat Juhu yang sudah terbiasa bolak-balik setiap minggunya.

Namun sayang kami tidak bertemu warga Juhu kala itu. Menurut cerita salah satu warga Kiyu, warga Juhu biasanya datang seminggu sekali dengan membawa bahan-bahan yang akan mereka barter di pasar. Biasanya saat sampai di Kiyu, masyarakat Juhu menyempatkan diri untuk istirahat sejenak.

Hal inilah yang membuat julak Maribut ingin agar pemerintah HST mau memberikan akses jalan aspal bagi mereka pun juga akses untuk warga Juhu agar tidak perlu lagi memakan waktu seharian untuk sekadar melakukan barter di pasar.

Bertepatan dengan hadirnya Kepala Dinas Lingkungan Hidup HST, Muhammad Yamin ketika pelepasan TWKM XXXII, pertanyaan ihwal infrastruktur ini pun kami layangkan kepada M Yamin selaku bagian dari pemerintah kabupaten.

Ia mengatakan bahwa medan menuju sangat sulit jika harus dibuat ifrastruktur. Ia mengaku sudah lima kali ke Junu dan mengatakan bahwa lebih nyaman dinikmati dengan berjalan kaki. M Yamin juga mengatakan bahwa hal ini justru bisa menjadi etalase untuk pariwisata. Apalagi jika mengingat mudahnya akses pariwisata, bisa saja nanti tempat wisata tersebut cepat menjadi tidak bersih.

“Untuk ke Batu Perahu saja (infrastrukturnya) belum selesai. Contoh Loksado, akses mudah, sekarang jadi tempat sampah,” pungkas M Yamin.(*)

Reporter : Mario
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->