Connect with us

Historia

Kisah Saksi Hidup Pembuat Bendungan IR PM Noor Riam Kanan (2)


Teknik sipil bagian teknik basah digunakan untuk proses pembuatan dumb atau komponen-komponen penting lainnya dalam bendungan Ir Pangeran Muhammad Noor Riam Kanan. Sedangkan teknik kering untuk perencanaan dan proses pembuatan perkantoran beserta bagian-bagian pendukung lainnya.


Diterbitkan

pada

PEKERJA WADUK, Para pekerja bendungan atau waduk Riam Kanan, mulai dikerjakan tahun 1970 dan selesai secara resmi diresmikan pada tahun 1973. Foto : Istimewa

“Kendala dalam pembuatan bendungan itu adalah ketika pembelokan arus sungai. Jadi sebelum bendungan itu dibuat, terlebih dahulu dibuat terowongan untuk membelokkan arus sungainya, karena sungainya itu yang mau dibendung. Pembuatan terowongan itu tidak sejajar dengan air sungai, melainkan di atas permukaan air sungai. Tujuannya agar para pekerja tidak mengalami kebanjiran ketika membuat terowongan itu,” beber Sudja’i Sarmo, saksi hidup sekaligus pekerja pembuatan bendungan Riam Kanan.

Sudja’i melanjutkan ceritanya, setelah terowongan itu selesai dibuat, selanjutnya dibuat dumb cover untuk membelokkan arus sungai ke arah terowongan. Ia mengaku ketika proses pembelokan itu sangat sulit dilakukan, sehingga kala itu ada tenaga kerja dari Jepang yang membuat blok-blok yang terbuat dari campuran batu dan beton untuk membendung sementara.

Kemudian, blok-blok itu diterjunkan dan diletakkan di aliran sungai, dan ternyata kata Sudja’i, blok-blok tersebut tidak kuat menahan derasnya arus sungai.

“Lalu tenaga kerja dari Jepang itu memiliki ide menggunakan 1 unit dozer yang terbesar saat itu, yang lebar blade atau pisaunya 6 meter, selanjutnya dia kemudikan dan membawanya turun untuk menahan blok-blok beton yang ada. Di depan dozer itu kemudian ditimbun dengan tanah, hingga akhirnya aliran sungai bisa dibendung dan dibelokkan ke arah terowongan,” terang pria yang memiliki hobi aero modeling ini.

Desain bendungan Riam Kanan sendiri berasal dari Negeri Matahari Terbit -Jepang-. Tinggi bangunan bendungan ini berkisar elevasi 65 meter dari permukaan air laut, sedangkan tinggi permukaan atau kedalaman air yang telah dibendung mencapai 60 meter.

Kemiringan sisi-sisi dumb di angka 60 derajat, dengan panjang bendungan dari ujung ke ujung mencapai 200 meter. Jika dilihat dari tampak samping kiri dan kanan desain bendungan, akan terlihat bentuk segitiga yang menyerupai sebuah gunung yang dilapisi menjadi 2 bagian. Satu sisi bendungan dengan ukuran lebih kecil dan satu sisi lainnya lebih besar dan melebar ke bawah. Lebar kaki bagian bawah bendungan mencapai 200-400 meter dan mengerucut ke atas dengan menyisakan lebar 6 meter.

Untuk diketahui, pembuatan bendungan ini menggunakan fasilitas alat berat berupa heavy dumb truck sebanyak 22 unit, truck tronton Isuzu 12 unit, eksavator soefl atau alat berat untuk pengerukan 3 hingga 4 unit.

“Bisa dikatakan alat-alat berat yang digunakan dari zaman perang dulu, artinya alat berat keluaran terbaru pada saat itu hanya bulldozer Komatsu. Setiap harinya alat-alat berat itu dioperasikan untuk menimbun tanah dari bawah, diratakan, di roller dan terus dipadatkan tiap kali ditimbun. Semua itu diproses secara bertahap dari bawah hingga ke atas,” lugasnya.

Turbin yang dibuat sebagai generator penghasil tenaga listrik, yang terbuat dari bahan stainless steel ini digerakkan dan diputar oleh air yang berasal dari bendungan. Konstruksinya terdiri dari pipa baja yang dilapisi dengan blok beton.

 

Bendungan atau Waduk Riam Kanan yang selesai dibangun dan masih berfungsi sebagai PLTA hingga saat ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1973.

“Dari segi keamanan tidak terlalu memerlukan perbaikan yang signifikan, hanya saja diperlukan perawatan rutin, karena bendungan itu didesain agar bisa bertahan dan kokoh hingga ratusan tahun. Di sisi bangunan yang terus menerus diterpa arus sungai atau air dilapisi beberapa lapisan batu-batu gunung dan lapisan tanah lainnya. Jadi tanah yang dipadatkan sebelumnya itu tidak mudah tergerus oleh air. Semakin lama lapisan tanah yang dipadatkan itu akan semakin keras, bahkan bisa menjadi seperti batu,” jelasnya.

Masalah yang paling ditakuti dari pembuatan bendungan ini berupa erosi di sekitar kawasan bendungan, maka dari itu orang-orang yang melakukan pendulangan liar akan berdampak pada terjadinya erosi tersebut. (habis/dema)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->