Connect with us

HEADLINE

Kabupaten Banjar Pasok 17,6 Juta Kg Karet Kalsel Selama 2017

Diterbitkan

pada

Produksi karet di Kabupaten Banjar mensuplai 35 persen karet Kalsel. Foto :

MARTAPURA, Di tengah lesunya ekonomi, produksi karet di Kabupaten Banjar masih menjanjikan harapan. Selama tahun 2017 lalu, terbukti Banjar mampu memproduksi karet rakyat sebesar 17.661.000 kg dengan penghitungan rata-rata 884 kg per hektare. Dengan jumlah produksi tersebut, Kabupaten Banjar mampu berkontribusi sebanyak 35% dari hasil perkebunan karet di Kalimantan Selatan.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perternakan dan Perkebunan Kabupaten Banjar, Husaini Sp, M.Si  mengatakan, berdasarkan angka tetap sementara rekapitulasi luas area dan produksi perkebunan rakyat tanaman tahunan Kabupaten Banjar tahun 2017, karet menjadi komoditas utama dari 17 komoditas yang ada.

“Saat ini ada seluas 25.242 ha kebun karet rakyat yang tersebar di seluruh Kabupaten Banjar yang terdiri dari 994 kelompok tani. Komoditas karet menjadi komoditas utama di susul dengan kalapa dalam, kelapa sawit, dan kopi,” terangnya.

Tahun 2017, hasil produksi karet rakyat di Banjar berhasil mencapa angka 17.661.000 kg dengan rata rata 884 kg per hektare. “Dari jumlah tujuh kecamatan penghasil karet dengan luas di atas 1.000 ha yang berada di Kabupaten Banjar, Kecamatan Karang Intan merupakan penyumbang terbesar hasil produksi karet rakyat dengan luasan wilayah 6.684 hektare dan mampu memproduksi sebanyak 4.586.955 kg di tahun 2017. Disusul Kacamatan Mataraman dengan luas 3.,843 ha yang memproduksi sebanyak 3.375.346 kg, dan Kecamatan Simpang Empat dengan luasan 3.667 ha mampu memproduksi sebanyak  2.935.454 kg,” jelas Husaini.

Di disi lain, Kabid Sumberdaya dan Penyuluhan Edie Rossnandi Noor didampingi Kasi Pengembangan dan Perwilayahan Perkebunan, Hidwar Kartikasari, potensi perkebunan karet di Banjar memang sangat menjanjikan. Karena mempunyai wilayah yang Agroklimat yang mendukung untuk perkebunan karet.

Menurutnya, akhir-akhir ini harga karet di pasaran sudah mulai mengalami peningkatan. “Seperti karet murni dengan harga Rp 8 ribu per kg dan walaupun karet campuran dengan kadar kadar tertentu masih di angka Rp 4-5 ribu per kg,” ujarnya.


Edie menjelaskan, karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting. Baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, serta pendorong pertumbuhan ekonomi. “Sadap karet 1 ha biasanya akan mampu menghasilkan karet atau lateks sebanyak 1,5 ton setiap tahunnya, hasil ini merupakan hasil yang biasanya diperoleh dalam sebuah perkebunan karet,  biasanya hasil sadapan tersebut bisa lebih dari itu dan mencapai angka hingga  2 ton per tahunnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, hasil sadap pohon karet bisa dipengaruhi oleh banyak hal. Namun, para petani juga memiliki peran yang cukup penting dalam menghasilkan hasil sadapan berkualitas dan banyak. Beberapa faktor yang menyebabkan sedikit banyaknya hasil sadapan karet adalah jenis pohon karet, kematangan tanam, tekhnik penyadapan, waktu penyadapan, dan pemupukan pohon karet itu sendiri.

Di tahun 2017 Hidwar mengatakan ada 22 kelompok tani perkebunan karet rakyat yang mendapat bantuan berupa bibit unggul karet, dari 22 kelompok tani tersebut di bagi 2 kewenangan bantuan. “Seperti 17 kelompok tani mendapat bantuan karet yang berasal dari APBN yang berasal dari  Pusat degan luasan 400 ha dan 5 kelompok tani penerima bantuan dari APBN Murni seluas 100 ha. “ di antaranya ada kelompok tani Sumber Rezeki yang mendapat bantuan bibit unggulan dengan lahan terluas dengan wilayah 34 ha,” jelas Hidwar.

Kenaikan Ekspor Karet

Berdasarkan data yang dihimpun Kanalkalimantan.com, ternyata nilai ekspor karet Kalimantan Selatan juga kembali mengalami kenaikan secara signifikan hingga 79,99 %. Padahal sebelumnya ditahun 2016 hanya 129,5 juta dolar AS menjadi 233 juta dolas AS di tahun.

Menurut data yang dilangsir dari berbagai sumber, kenaikan nilai ekspor tersebut didorong oleh kenaikan harga karet dari berbagai negara tujuan ekspor dan membaiknya kualitas karet petani yang ada di Kalimantan selatan.

Menurut Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan Riaharti Zulfahani mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, harga karet relatif baik, kendati masih sering terjadi gejolak harga. “Kenaikan nilai ekspor tersebut, relatif cukup signifikan, bila dibandingkan dengan kenaikan ekspor produksi karet yang hanya mencapai 34 persen,” ujarnya.

Dia menambahkan produksi karet alam pada 2016 mencapai 99,5 ribu ton dan pada 2017 menjadi 133,7 ribu ton. Selain karet alam, ekspor produk kelapa sawit juga mengalami kenaikan dari 1,5 juta ton lebih, naik menjadi 1,8 juta ton lebih atau naik sekitar 15,32 persen, begitu juga dengan nilai ekspor salah satu produk unggulan Kalimantan Selatan ini, naik dari 968,4 juta dolar AS lebih menjadi, 1,1 miliar dolar AS lebih.”Kenaikan nilai produk sawit Kalsel, juga lumayan tinggi mencapai 21,87 persen,” sebut Riaharti.

Kenaikan ekspor juga terjadi pada produk kayu olahan, walaupun tidak signifikan, yaitu mencapai 290,9 ribu ton naik dibanding 2016, sebesar 277,5 ribu ton atau hanya naik sekitar 4,81 persen, sedangkan untuk nilai ekspornya, naik sekitar 4,44 persen, dari 293 juta dolar AS pada 2016 menjadi 249,7 juta dolar AS.

Menurutnya saat ini, Pemprov Kalsel juga terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor nontambang. “pemerintah akan terus berupaya mendorong pertumbuhan nontambang seperti sektor pariwisata, perikanan, pertanian dan perkebunan,” ujarnya.

Data Bank Indonesia juga menyebutkan, kenaikan nilai ekspor didukung oleh kenaikan harga komoditas utama yang meliputi batubara dan karet, yang kembali menguat pada triwulan I-2018.(rendy)

Reporter : Rendy
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->