Connect with us

HEADLINE

Fase Baru ‘Perdagangan’ Vaksin Covid-19, Puluhan Triliun Rupiah Harus Dianggarkan!

Diterbitkan

pada


KANALKALIMANTAN.COM, BANJARARU – Saat ini, dunia berpacu untuk menemukan vaksin Covid-19. Berbagai negara mengembangkan formula terbaik untuk mengakhiri pandemi ini. Termasuk Indonesia, yang juga mengembangkan sejumlah vaksin. Bahkan tahap uji coba pun sudah mulai mendapatkan lampu hijau. Era perdagangan vaksin pun akan dimulai pada tahun mendatang?

Di Indonesia, sejumlah perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid-19 di antaranya PT Bio Farma. Perusahaan pelat merah ini, bekerjasama dengan Sinovac (perusahaan asal China) mengembangkan vaksin corona. Bahkan saat ini vaksin buatan Sinovac alam uji klinis tahap terakhir di Tanah Air.

Untuk kerjasama ini, PT Bio Farma dikabarkan merogoh Rp 40,5 miliar yang sudah termasuk biaya pengembangan mulai dari tahap pra klinis, uji klinis hingga tahap pendaftaran. Tetapi belum termasuk biaya untuk fase komersial.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ghufron Mukti selaku Kepala Riset & Inovasi untuk Covid-19 Kemenristek/BRIN dalam press rilisnya sperti dikutip dari CNBCIndonesia.com.

 

Bio Farma saat ini mampu memproduksi 250 juta dosis dengan asumsi uji klinis fase akhir berjalan lancar sehingga vaksin bisa diproduksi pada kuartal I-2020 dan satu orang butuh dua dosis.

Maka akan ada 125 juta orang Indonesia yang dapat divaksinasi dan merogoh kocek sekitar Rp 18,2 – Rp 36,4 triliun.

Apabila mengacu pada keterangan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat ini ada 170 juta masyarakat RI yang membutuhkan vaksinasi, maka secara total butuh 340 juta dosis dengan begitu biaya untuk menanggung vaksinnya saja bisa mencapai Rp 24,8 – Rp 49,5 triliun (selengkapnya lihat grafis, red).

Infografis: kanalkalimantan/yuda

Ngebetnya Indonesia punya vaksin sendiri, sebelumnya disampaikan Presiden Joko Widodo. Bahkan ia meminta riset vaksin diselesaikan dalam jangka waktu tiga bulan. Namun, permintaan itu jelas ditolak oleh Tim Riset Fakultas Kedokteran Unpad.

Mengingat pembuatan vaksin jauh lebih rumit. Contohnya, dari penelitian tentang vaksin virus corona jenis lain, yakni SARS dan MERS. Kira-kira sudah 18 tahun setelah kasus SARS (2002) dan delapan tahun kasus MERS pertama (2012) ditemukan, hingga kini formula vaksin yang sempurna belum dirilis.

Padahal pengembangan vaksin SARS sudah sampai di uji coba manusia pada tahun 2004. Namun kemudian wabah terlanjur bisa dikendalikan. Perusahaan-perusahaan yang mulanya mensponsori studi mundur dan tak lagi tertarik mengembangkan vaksin.

Selain itu, dari kacamata bisnis investasi terhadap penelitian ini jadi tidak menguntungkan. Apalagi penyebaran SARS ketika itu hanya di Asia, sedikit di kawasan Toronto, dan Kanada. Kemudian MERS terbatas di Timur Tengah saja. Akhirnya dana penelitian dialihkan untuk jenis penyakit yang lebih darurat.

Dari catatan-catatan sejaran penemuan vaksin, bisa menarik kesimpulan bahwa butuh waktu lebih dari dua tahun, bahkan hingga berabad-abad bagi ilmuwan untuk menemukan formula vaksin yang benar-benar ampuh dan aman untuk melawan suatu penyakit.

Vaksin cacar air ditemukan empat tahun setelah Inggris dilanda epidemi. Berabad-abad sebelum itu orang hanya bisa berpasrah ketika terkena cacar. Sementara vaksin rubella selesai dirancang setelah lima tahun Amerika Serikat bertarung dengan epidemi.

Vaksin SARS dan MERS, belum juga selesai dibuat hingga sekarang. Peneliti menghabiskan waktu selama dua tahun, dan penelitian SARS baru mencapai tahap uji klinis. Jika saat ini vaksin COVID-19 diminta rampung dalam hitungan bulan, agaknya harapan itu mustahil dikabulkan.

Tahapan

Ada banyak tahapan yang harus dilalui sampai vaksin bisa dinyatakan aman untuk diedarkan. Setidaknya menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) peneliti harus melewati empat tahap pengujian. Jalan panjang pembuatan vaksin dimulai dari uji pra-klinis atau pengembangan awal. Calon vaksin diujikan ke hewan untuk melihat respons kekebalan.

Sebagaimana dilansir dari Tirto.id, setelah melewati uji pra-klinis, vaksin baru bisa naik ke tahap tiga fase uji klinis pada manusia. Pengujian pada manusia hanya disetujui jika vaksin tidak memiliki efek berbahaya pada hewan coba. Uji klinis fase I masih diujikan dalam sampel kecil manusia, bertujuan untuk menentukan toleransi dan keamanan klinis.

Pada fase II sampel akan diambil dalam jumlah lebih besar untuk menentukan dosis yang optimal dan melihat keamanan klinis lebih detail. Kemudian uji klinis fase III di mana vaksin diuji coba dalam populasi besar terbatas memastikan keamanan klinis dan kemanjuran vaksin. Baru kemudian vaksin siap diedarkan dalam populasi umum.

Tiap fase bisa diselesaikan dalam hitungan bulan, hingga tahunan. Ambil contoh vaksin Covid-19 Sinovac Biotech Ltd.–vaksin kerjasama dengan PT Bio Farma Indonesia Indonesia. Mari bandingkan estimasi dan realisasi pengujian vaksin dalam laporan R&D Blueprint berjudul “Draft landscape of Covid-19 candidate vaccines.”

Per 5 Mei 2020 lalu Sinovac mendaftarkan produk mereka masuk pada tahap uji coba 1-2. Saat itu mereka menargetkan uji coba dimulai pada 16 April 2020 pada 744 sampel berusia 18-59. Namun draft terbaru menyatakan mereka baru memulai studi fase 1-2 pada 20 Mei 2020 dengan hanya 422 partisipan.

Pada fase tersebut Sinovac menghabiskan waktu selama dua bulan untuk melakukan uji klinis (dijadwalkan selesai pada 20 Juli 2020 kemarin). Kandidat vaksin dengan tipe platform inactivated + alum ini dijadwalkan masuk tahap uji klinis fase ketiga pada Juli 2020.

Vaksin akan diujikan kepada 8.870 sampel orang berusia 18-59 tahun. Rencananya Indonesia akan menyumbang sampel sebanyak 1.620 orang. Tapi tak bisa dipastikan apakah rencana ini akan berjalan tepat waktu, karena hingga saat ini tak ada tanggal pasti kapan vaksin ini mulai diujikan pada fase ketiga, sementara sekarang sudah memasuki akhir bulan Juli.

Tahap ketiga pengujian vaksin Sinovac diperkirakan rampung pada Oktober tahun depan. Artinya, jika pun sesuai prediksi, fase ketiga uji coba vaksin Sinovac bakal memakan waktu lebih dari satu tahun lamanya.(Kanalkalimantan.com/cel/berbagai sumber)

 

Editor : Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->