Ibrah
Mengutamakan Kehalalan dalam Menjamu Tamu
Sayyid Usamah bin Zaed BSA menceritakan: Saya mendengar cerita ini dari Al-Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syekh Abibakar bin Salim (Mufti Tarim) dan beliau diceritakan oleh Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab, di zamanya salah seorang penduduk di kota ini (Tarim) kedatangan tamu setelah shalat duha, dan tuan rumah menyambutnya dengan senang hati sehingga menyiapkan ruangan untuk berbincang-bincang, karena tamu tersebut adalah kerabat yang sudah lama tak jumpa.
Tuan rumah pun memerintahkan pembantunya berbelanja ke pasar Tarim untuk berbelanja sayuran tambahan, sehingga tamu makan siang bersamanya. Karena tuan rumah belum sempat keluar setelah duha mencari rezeki seperti hari-hari biasa, maka ia mencari uangnya yang ada di kamar sudah bertahun-tahun tak terpakai dan diberikan kepada pembantunya agar berbelanja.
Setelah sampai di pasar Tarim yang lumayan jauh dengan berjalan kaki sang pembantu mengambil belanjaan yang sekiranya bisa dimasak banyak untuk sang tamu, maka ia membayar belanjaannya kepada penjual, ternyata uang yang diberi tuannya sudah sedikit rusak dan tak laku, sehingga penjual mengembalikan uangnya, dia mencari pedagang lain dan mencoba untuk membayar dengan uang tadi.
Begitu juga pedagang ke 2 menolak uangnya. Sampai 3 pedagang terjadi hal yang sama, seorang pedagang lain dari jauh melihat ia kebingungan sehingga memanggilnya dan mempersilakan berbelanja dengannya. Dia pun menerangkan kejadian dari awal dan kali ini pedagang menerima uangnya, hingga ia membawa sayuran dan belanjaan pulang ke rumah.
Sesampai di rumah tuannya menanyakan kenapa kau lama berbelanja? Ia menceritakan hal yang terjadi di pasar, sang tuan mengatakan antar aku ketempat kau belanja. Dia berdua berjalan ke pasar dan menemui pedagang tadi dan sang tuan mengatakan kembalikan uangku dan ambil barang daganganmu, karena pembantuku sudah mencoba berbelanja dengan uang itu namun 3 pedagang menolak uang itu karena ada sedikit rusak.
Pedagang menjawab sudah tak mengapa ambil saja barang itu aku ikhlas, juga uangnya sudah bercampur di kotak ini susah untuk dicari, karena kewara’an sang tuan rumah tak mau mengambil barang tersebut dan mengembalikannya serta uangnya dihadiahkan kepada sang pedagang.
Sesampai kembali dirumah sang tuan memerintahkan pembantunya untuk menyiapkan makan siang seadanya untuk sang tamu, dan mengatakan aku tak mau menjamu tamuku dengan barang yang syubhat, jamu mereka dengan yang halal sehingga ia akan menjadi tamuku hingga di surga nanti.
Ya Allah dekatkanlah kami dengan orang-orang yang kau pilih menjadi penghuni surgamu Amin. (Ibnu Syaifuddin/syusamahbsa.wordpress.com)
-
Bisnis3 hari yang lalu
Syamsudin Noor Jadi Bandara Domestik, Begini Respon Wali Kota Banjarbaru
-
HEADLINE16 jam yang lalu
Mengulang Pertarungan di Pilgub Kalsel, Denny Indrayana Lamar Nasdem
-
HEADLINE2 hari yang lalu
H Muhidin Siap Lamar Semua Parpol, Incar Cagub Kalsel Gandeng Hasnur
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Proyek Trotoar Jalan Kemuning Langsung Drainase, Begini Respon Warga yang Pagarnya Kena Bongkar
-
Kota Banjarbaru3 hari yang lalu
Warga Muhammadiyah Banjarbaru Berhalalbihalal di Masjid At Taqwa
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Dua Hari Hilang di Tengah Rawa, Kakek Syahdan Ditemukan Selamat