Connect with us

NASIONAL

Survei KIC: Imbauan Pemerintah, Tak Surutkan Hasrat Jutaan Orang untuk Mudik

Diterbitkan

pada

Imbauan pemerintah tak efektif redam mudik masyarakat jelang Idul Fitri Foto : antara

KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA– Pandemi Corona tidak menyurutkan niat mudik saat Lebaran nanti untuk kalangan tertentu. Ini tergambar dari hasil survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 2437 responden di 34 provinsi.

Meskipun sebagian besar responden (63%) menyatakan tidak akan mudik pada Lebaran tahun ini, masih terdapat 12% yang menyatakan keinginan untuk mudik. Sementara itu, 21% belum mengambil keputusan dan 4% lainnya sudah pulang kampung duluan. Proporsi yang menyatakan akan mudik (12%) terkesan kecil.

Tapi mengingat jumlah pemudik sebesar 18,3 juta orang di tahun 2019, maka pada tahun 2020 jumlah pemudik diperkirakan bisa mencapai 3 juta orang. Ini adalah jumlah yang sangat besar mengingat sedang berlangsungnya pandemi Corona. Demikian rilis yang diterima Kanalkalimantan.com, Kamis (16/4/2020).

Survei perilaku mudik ini dilakukan secara online pada 29-30 Maret 2020, sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan di Jakarta dan sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan larangan mudik bagi pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/Polri pada 9 April 2020. Sedangkan, terhadap masyarakat lainnya, pemerintah hanya memberikan imbauan agar mereka tidak mudik.

Mengingat larangan hanya diberlakukan kepada PNS, serta anggota Polri dan TNI, Direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri, Ph.D. menekankan penting untuk memperhatikan mereka yang menyatakan bakal tetap mudik serta mereka yang belum mengambil keputusan.

Dari mereka yang sudah mudik lebih dulu, mahasiswa/pelajar adalah kelompok dominan (39,4%), diikuti karyawan swasta (23,1%). Mereka yang sudah mudik lebih dulu ini mulai meninggalkan domisilinya pada periode 1-5 Maret 2020 dan mencapai puncaknya pada periode 16-20 Maret 2020 saat Presiden mengeluarkan seruan untuk belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Selain mahasiswa dan karyawan swasta, cukup banyak pedagang kecil /kaki lima, karyawan toko, warung makan, dan buruh pabrik yang sudah mudik lebih awal.

Sementara itu, dari yang tetap ingin mudik pada masa Lebaran nanti, kelompok terbanyak adalah pegawai swasta (35,6%), PNS/ASN (23,4%) dan pelajar/mahasiswa (11,0%). Hampir semua (96,1%) dari responden yang akan mudik menyatakan akan menemui kerabat di kampung halaman yang berusia di atas 45 tahun, usia yang disebut Institut Eikjman sebagai kelompok rentan di Indonesia jika tertular Corona.

Lewat survei ini juga diketahui tujuan para calon pemudik. Pemudik asal Jakarta terbanyak akan ke Jawa Tengah (35,0%), Jawa Barat (18,3%) dan Jawa Timur (11,7%). Sementara itu, pemudik asal Jawa Barat terbanyak menuju ke Jawa Tengah dan kota/kabupaten lain di Jawa Barat. Sedangkan pemudik dari Jawa Tengah cenderung mudik antar kabupaten/kota di propinsi tersebut. Para calon pemudik ini cenderung menggunakan kendaraan pribadi (47,3%) diikuti dengan pesawat terbang.

“Pemerintah pusat dan daerah perlu memberi perhatian pada daerah-daerah tujuan mudik ini,” kata Mulya. Menurut Indeks kerentanan provinsi terhadap COVID-19 yang diluncurkan Katadata tanggal 3 April 2020, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur termasuk provinsi yang sangat rentan Corona, namun memiliki kapasitas layanan kesehatan yang terbatas.

Dari responden yang menyatakan tidak mudik, 54,6% menyatakan keputusan itu diambil karena mengikuti himbauan pemerintah untuk tidak mudik demi mencegah penyebaran Corona serta takut jika kepulangan mereka akan ikut membawa virus (30,2%). “Ini menunjukkan bahwa seruan pemerintah cukup efektif didengar masyarakat, sehingga pesan ini perlu terus disampaikan dengan cara-cara yang tepat,” kata Mulya.

Dari analisis lanjutan terhadap hasil survei, diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan mudik adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, dan persepsi relijiusitas. Mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berusia muda, berpenghasilan menengah-rendah (SES C, D, E) dan mempersepsikan diri sebagai relijius cenderung memilih untuk tetap mudik, sudah mudik duluan, atau belum memutuskan. Menurut Mulya, kelompok muda dan berpenghasilan rendah juga rentan mengalami penurunan pendapatan dan bahkan PHK di masa krisis ini, apalagi kalau bekerja di sektor-sektor yang memerlukan interaksi tatap muka dengan pelanggan.

“Meskipun himbauan dari pemerintah untuk tidak mudik cukup efektif bagi sebagian orang, namun tidak ada artinya bagi mereka yang kehilangan pendapatan akibat Corona,” kata Mulya. “Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk segera merealisasikan berbagai program jaring pengaman sosial, seperti Bansos, Kartu Prakerja, dan lain-lain, untuk mengurangi kemungkinan orang mudik karena kehilangan penghasilan di kota besar.”

Survei mengenai mudik ini dilakukan secara online oleh Katadata Insight Center dan berhasil menjaring 2347 responden pengguna internet di tanah air, dari kelompok usia 17-29 tahun (37,8%), 30-40 tahun (30,3%), 41-50 tahun (24,0%), 51-60 tahun (6,7%) dan diatas 60 tahun (1,2%). Perbandingan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dalam survei ini 53:47. Dari segi status sosial ekonomi (SES), responden terbanyak memiliki status C, D, E (42,6%), disusul A (33,0%), dan B (24,4%). (Kanalkalimantan.com/andi)

Reporter : Andi
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->