Connect with us

HEADLINE

Lahir dari Film Kelas B, ‘Mafia Banjar 2’ Kini Meloncat Naik Kelas!

Diterbitkan

pada

Risky Ariandy ditemui di sela pekerjaannya sebagai pegawai Blue Atlantic Hotel.

BANJARMASIN, Siapa yang menyangka film pendek ‘Mafia Banjar’ yang diunggah lima tahun lalu di kanal YouTube bisa banyak menuai ragam respon. Film yang dari sisi teknik perfilman dapat dikatakan seadanya, kini mempunyai sekuel, Mafia Banjar 2, yang siap ditayangkan perdana Sabtu (2/10) mendatang di ballroom Blue Atlantic Hotel.

Mafia Banjar merupakan film produksi Karya Anak Banua (KAB). Film ini bahkan bisa dikatakan memasuki ranah semua kelas penonton. Namun di deretan kalangan yang mengenal seluk beluk film, Mafia Banjar dapat dikategorikan menjadi film cult.

Biasanya film cult banyak berasal dari film kelas B. Namun tak semua film kelas B masuk dalam film cult. Film kelas B adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menyebut film dengan bujet pas-pasan dan penggarapan yang juga seadanya. Namun banyak yang menanggap film kelas B sebagai derajat tinggi penciptaan dan kecerdasan estetik.

Film cult sendiri memiliki beragam interpretasi di kalangan masyarakat luas. Film yang dikategorikan cult memiliki fanbase setia yang pada umumnya secara berkala menonton karya tersebut berulang-ulang dan bahkan mendiskusikan elemen-elemen film hingga yang paling mendetail. Di sisi lain, sejak dicetuskannya istilah film cult telah terjadi perdebatan yang masih berlangsung di kalangan pecinta film mengenai hal apa yang sebetulnya harus dimiliki dan tidak boleh dimiliki oleh sebuah film agar bisa dikategorikan sebagai film cult.

Terlepas dari standarisasi kesuksesan materiil, satu hal yang tidak bisa dipungkiri ialah tidak ada batas dari segi penilaian kritis bagi sebuah karya untuk masuk dalam kategori cult. Beberapa contoh film kelas cult yang dikenal banyak kalangan adalah film Jerman yang berjudul Nosferatu (1922) atau jika di Indonesia ada Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Wanita (2013). Jauh mundur ke bawah tahun 2000 ada lebih banyak film cult di Indonesia seperti, Golok Setan (1984), Mistik/Mystic in Bali (1981), hingga Ratu Ilmu Hitam (1979).

Menelisik kolom komentar film Mafia Banjar di akun Youtube KAB Pro Manajemen dapat terlihat ragam respon. Ada yang memuji dengan dalih ‘karya anak banua’, mengomentari nalar dalam penceritaan, hingga jauh lebih mendalam mengomentari hingga ke teknik-teknik perfilman. Komentar-komentar tersebut sudah berumur tiga hingga empat tahun lalu. Film Mafia Banjar diunggah pada 4 Mei 2014 dan sampai sekarang sudah 259.787 kali ditonton.

Ditemui di lobi Blue Atlantic Hotel, M Risky Ariandy, pimpinan produksi Mafia Banjar 2 membagikan sedikit cerita ihwal film yang katanya sudah naik kelas ini. Melanjutkan kisah film sebelumnya, Mafia Banjar 2 dikatakan oleh Risky akan lebih banyak perubahan yang signifikan dari sisi teknik film hingga koreografi pertarungan.

Hal ini sangat didukung oleh para pemeran yang mempunyai latar belakang ilmu karate, wing chun, hingga silat terang pria yang mendapat peran Raymond di film Mafia Banjar. Pun selama beberapa tahun terakhir, pengalaman Fin Lee (Finly Rikani), si sutradara, sudah bertambah berkat melalang buana di ibukota untuk terjun mejadi pemeran figuran di beberapa FTV hingga menjadi crew film.

Mafia Banjar 2 sama sekali tidak pernah terpikir akan menjadi sebuah film sekuel oleh lima sekawan M Risky Ariandy, Fin Lee, Gusti Hendra, Faisajl, dan Ariel Jati. Berangkat dari hobi akting terbesitlah untuk mereka membuat film Mafia Banjar. Tanpa punya latar belakang dunia film, mereka pun menggarap Mafia Banjar.

“Berawal dari hobi dan tanpa ekspetasi. Waktu itu yang penting kita bikin saja dulu, tidak kebanyakan memikirkan hal teknis dan lain-lain. Nanti kalau kebanyakan mikir, film tidak selesai-selesai,” ujar Risky dengan santai.

Mafia Banjar 2 mulai digarap sebelum memasuki bulan puasa tahun 2019. Proses pembuatan film pun tidak terburu-buru dan tanpa mengejar tenggat waktu. Hal ini disebabkan tim mereka terdiri dari orang-orang yang berbeda profesi pekerjaan, sehingga pertemuan untuk proses pembuatan pun biasanya dilakukan seminggu sekali. Kadang mereka memanfaatkan tanggal merah pun hari libur kerja untuk syuting.

Sebagai kelompok swadaya, KAB tentu harus berpikir keras guna memangkas biaya produksi. Untuk melakukan pengambilan gambar di sebuah cafe misalnya, mereka mencoba menyampaikan tujuan mereka dulu kepada si pemilik cafe. Menariknya, mereka selalu mendapat respon positif sehingga proses syuting film Mafia Banjar 2 di tempat-tempat nongkrong ini tidak dipungut sewa apapun oleh si pemilik. Bahkan untuk para pemain yang ikut bergabung dalam proses film Mafia Banjar 2 sudah sama-sama berkomitmen bahwa mereka yang terjun dalam produksi film bukan bertujuan mencari pemasukan, tapi menjadi saranan untuk menghasilkan karya yang dalat memotivasi anak-anak muda lainnya semangat berkreasi.

“Sebelum mereka mau gabung, kami sudah ingatkan bahwa semua tidak dibayar. Kita sebutnya perjanjian produksi. Kita di sini sama-sama susah. Kalau untuk biaya saat di lapangan, kita kumpul uang, beli nasi padang,” tutur Risky.

Film Mafia Banjar 2

Risky dengan percaya diri mengatakan optimismenya bahwa film Mafia Banjar 2 akan sangat bisa dinikmati oleh masyarakat. Hal ini tentu karena film Mafia Banjar 2 terasa sangat dengan dengan masyarakat banua dengan elemen filmnya yang menampilkan lanskap sisi-sisi kota Banjarmasin, film bergenre aksi berbahasa Banjar, dan tentunya embel-embel film karya anak banua.

Film karya anak banua. Kata-kata ini jugalah yang akhirnya memikat Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina. Di akun Youtube KAB Pro Manajemen, ada sebuah video berdurasi 0:59 detik yang menampilkan sosok Ibnu Sina, Diaz Erlangga (aktor), dan H Sukhrowardi (anggota DPRD Banjarmasin) yang mengajak masyarakat untuk ikut bergabung dalam agenda nonton bareng film Mafia Banjar 2 mendatang. Kabarnya orang nomor satu di kota Banjarmasin yang juga dengan rela hati membuatkan poster promosi Mafia Banjar 2 ini akan turut berhadir pada saat pemutaran film.

“Mafia Banjar 2 di (acara) nonton bareng. Segera. Jangan sampai ketinggalan,” ucap Ibnu Sina dalam video yang diunggah 26 Oktober lalu.

Seorang penggiat film asal Banjarmasin, Munir Shadikin, mengatakan respon yang diberikan oleh banyak masyarakat merupakan sebuah fenomena sosial yang cukup menarik. Ia merasa ada kedekatan yang dirasakan oleh masyarakat Banjarmasin ketika menonton film Mafia Banjar sehingga tidak sedikit kalangan yang merasa film Mafia Banjar membekas di ingatan. Ditambah lagi lokasi film dan bahasa Banjar yang tidak asing membuat para penonton merasa lebih intim karena merasa mengenal dekat dengan elemen yang ada di film.

Uniknya, tambah pria yang pernah menyutradari video grup musik Penembak Jitu ini adalah bahwa film Mafia Banjar tidak hanya dikenal oleh kalangan tertentu yng telah mafhum ihwal film dan teknologi.Namun  menjurus hingga ke kalangan masyarakat kelas bawah. Bahkan salah seorang pedagang bawang Pasar Lima asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah memborong 100 lembar tiket pre sale Mafia Banjar 2 yang dihargai 20 ribu rupiah per tiketnya.

Kemudahan akses jangkauan film Mafia Banjar di kanal YouTube merupakan salah saty alasan kenapa film ini mampu menjangkau banyak ranah penonton. Fenomena ini pernah terjadi di Medan, tutur Munir, yaitu sebuah rumah produksi kecil yang mendistribusikan film-film buatanya melalui DVD bajakan yang kelak membuat banyak film mereka dikenal oleh masyarakat.

Film Mafia Banjar 2 berfokus pada kisah Ipunk, si pemeran utama, 7 tahun setelahnya dari film pertama. Setelah di film Mafia Banjar Ipunk harus berurusan dengan kelompok mafia batubara, kini ia harus menghadapi tantangan baru yang di mana tetap tidak lepas kaitannya dengan mafia. Berbeda, kini dunia narkotika menjadi tema utama.(mario)

Reporter : Mario
Editor : Chell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->