Connect with us

NASIONAL

Hoaks Covid-19 Merajalela, Kemenkes: Masyarakat Perlu Diedukasi

Diterbitkan

pada

Ilustrasi hoaks. (Shutterstock)

KANALKALIMANTAN.COM – Hoaks Covid-19 tidak boleh dianggap sepele. Ini harus menjadi isu yang perlu diperhatikan. Pasalnya, jika tidak dikendalikan, berita hoaks bisa menggagalkan program vaksinasi Covid-19.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Drg. Widyawati, MKM dalam Dialog Produktif Kabar Jumat yang mengangkat topik Protokol Kesehatan Bulan Ramadan, Jumat (16/4/2021).

“Sampai April 2021 ini, Kemenkes dibantu Kominfo telah menemukan 1.562 berita hoaks Covid-19, di antaranya terkait vaksinasi,” ungkapnya.

Baca juga: Tradisi “Bagarakan Sahur” di Kampung Alalak, Berlanjut Hingga Generasi Bocah Milenial

 

Hal ini perlu adanya edukasi masyarakat agar tidak tergiring berita hoaks. Lewat edukasi ini, Kemenkes bekerja sama dengan Kominfo, Satgas COVID-19, dan juga UNICEF.

Kemenkes kerap melakukan media monitoring sebagai proses evaluasi aktivitas media. Dari kegiatan tersebut, Kemenkes bisa memantau isu yang berkembang, baik yang positif maupun yang negatif.

“Isu negatif ini perlu ditindaklanjuti agar tidak berkembang. Untuk itu, kami memantau pemberitaan di media massa dan juga percakapan di media sosial,” terang Drg. Widyawati.

Menurutnya, isu negatif dari media massa perlu direspon secara khusus. Tidak hanya menangkal hoaks saja, melainkan juga mengedukasi masyarakat. “Caranya dengan mengundang narasumber untuk menerangkan hoaks. Lalu klarifikasi informasi yang kurang tepat, juga kita lakukan konferensi pers dan penyebaran informasinya. Baik berupa rilis maupun infografis,” jelasnya.

Baca juga: Satpol PP Banjarmasin Bakal Tertibkan Warung Sakadup dan Manusia Gerobak Selama Ramadhan

Senada dengan itu, dokter spesialis paru FKUI dr. Erlina Burhan M.Sc, Sp. P(K) mengatakan, isu hoaks Covid-19 yang hangat saat ini banyak terkait dengan vaksin AstraZeneca.

“Vaksin AstraZeneca, misalnya, perlu diketahui bahwa pabriknya ada di India, bukan di Korea Selatan. Selain itu, kasus Covid-19 di India saat ini juga meningkat drastis, yakni lebih dari 120.000 dalam sehari,” ungkap dr. Erlina Burhan, yang kemudian melanjutkan bahwa kasus yang tinggi ini mengharuskan vaksin tersebut diperuntukkan bagi kebutuhan domestik terlebih dahulu.

Baca juga: Simpan Sabu dan Ekstasi, Buruh Bangunan di Banjarmasin Dicokok Polisi

Selain itu, isu yang juga beredar yaitu terkait vaksin mRNA, seperti vaksin Pfizer dan juga Moderna. Dikatakan, kedua vaksin tersebut dapat merusak DNA manusia.

“Ini hoaks yang sering beredar di grup-grup WhatsApp. Sebenarnya vaksin mRNA ini tidak merusak DNA manusia. Juga isu vaksin ini mengakibatkan kemandulan. Itu tidak benar,” paparnya.

Hoaks lain yang juga sering terdengar adalah keberadaan microchip di dalam vaksin.

“Kalau bicara hoaks, bisa menyebar ke sepuluh orang dalam tiga menit. Sementara untuk meluruskan hoaks perlu waktu, data, dan narasumber yang terpercaya,” ungkap drg. Widyawati.

Itu sebabnya, Kemenkes mengimbau agar menerapkan 3S saat menerima berita hoaks, yakni Saring Sebelum Sebar. Dengan menerapkan ini, diharapkan masyarakat terhindar dari informasi yang tidak benar. (suara.com)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->