Connect with us

Kota Banjarmasin

Belajarlah Arti Kesetiaan pada Penumpang dan Sopir Bajaj di Banjarmasin

Diterbitkan

pada

Dani, sopir bajaj yang masih setia mangkal di Pasar Sudimampir, Banjarmasin Foto : Ammar

BANJARMASIN, Kesetiaan itu sangat langka di zaman ini. Sungguh! Tak percaya, tengok saja berapa kasus perceraian di KUA gara-gara kurangnya rasa itu. Atau kalau mau agak ‘ngompol’ alias ngomong politik dikit, cek saja di KPU berapa banyak caleg yang jadi kutu loncat dengan berganti partai demi sebuah kursi?

Ya, kesetiaan di era ‘Gojek’ ini seolah berubah sebuah satire ketika aneka pilihan bisa diraih dengan mudah. Tapi di sinilah kemudian nilainya! Ketika semua hal menjadi gampang, maka yang sulit menjelma penuh arti. Paling tidak, terselip sepenggal gairah kehidupan di sana.

Lalu, dimana kita bisa menemukan bentuk kesetiaan? Jangan cari di buku, karena kamu akan sulit mencari rumusannya. Carilah sekadar wujudnya pada penumpang dan para sopir bajaj yang biasa mangkal di jalanan Kota Banjarmasin.

Dari kendaraan roda tiga ini, kita bisa belajar. Pada banyaknya rayuan jenis transportasi modern, plus godaan kredit mobil baru, para sopir bajaj bergeming. Terlepas berbagai alasan ekonomi maupun sosial, kenyataannya… mereka masih setia dengan bajaj miliknya. Meskipun ditinggal penumpang, ditinggal gaya, dan ditinggal dari keberpihakan pemerintah.

Dani (65), sopir bajaj yang rambut sepenuhnya telah memutih ini mengatakan, saat ini banyak orang memilih transportasi online. Baik roda 2 maupun 4. Akibatnya, kakek yang biasa memangkalkan bajaj tuanya di kawasan Pasar Sudimampir, Banjarmasin ini, harus ikhlas mendapatkan sedikit penumpang perharinya.

“Ibaratnya, hanya pelanggan lama saja yang memakai bajaj saya untuk mengangkut barang dari pasar. Terkadang seminggu sekali,” ujarnya.

Pun demikian dengan Taufik, penarik bajaj yang sudah lebih dari 20 tahun membisingi kota Banjarmasin. Dia mengatakan, saat ini penumpang hanya bisa dihutung jari. Padahal pada tahun 1990-an, sehari dia bisa mendapat 20 hingga 30 penumpang. “Sekarang sehari rata-rata hanya dapat dua penumpang. Bahkan sering tidak ada,” ungkapnya.

Tentu saja, kondisi ini membuatnya agak sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan pendapatan rata- rata Rp 25 ribu sekali jalan, Taufik hanya mendapatkan Rp 50 ribu dalam sehari. Padahal dia juga harus memenuhi keperluan anak sekolah dan servis bajaj.

Maka tak heran, satu persatu sopir bajaj memilih banting setir. Dulu angkutan bajaj yang ada di Banjarmasin sekitar 300 unit, tapi sekarang hanya sekitar 180 unit. Ada sejumlah titik yang jadi tempat mangkal mereka yakni di depan Jalan Beruntung Jaya, Terminal Induk Km 6, depan RSUD Ulin, RS Suaka Insan, depan Dutamall, Pasar Sudimampir dan Ujung Murung. Di Pasar Sudimampir, bajaj harus sedikit bergeser karena adanya penertiban kawasan tersebut.

Di sisi lain, para sopir bajaj pun masih harus terus dipaksa ‘olahraga’ kejar-kejaran dengan polisi lalulintas. Hal ini karena belum adanya kesepakatan terkait lahan parkir khusus kendaraan antik ini. Padahal, dulu sempat dijanjikan keberadaan lahan parkir bagi mereka sehingga lebih tenang dan aman. Demi rasa nyaman itulah, sejumlah sopir bajaj harus ikhlas menyewa lahan parkir untuk kendaraan mereka.

Pemko Banjarmasin, sebenarnya tidak menutup mata akan keberadaan sopir bajaj. Beberapa waktu lalu, Pemko melakukan peremajaan sejumlah bajaj. Tapi, kendalanya ya itu tadi. Pemasukan yang mereka dapat, tidak cukup banyak untuk mencicil biaya bajaj baru.

Juliansyah (67) juga sopir bajaj, mengatakan adanya armada baru memang menguntungkan. Terutama dari sisi penghematan bahan bakar dan perawatan. Tapi ia terkendala di pembayaran yang harus ditanggung. Dimana harga untuk satu unit bajaj terbaru, sekitar Rp 50 juta.

Itu kalau mau bayar kontan. Tapi kalau mau mencicil, bisa dengan DP sebesar Rp 10 juta dengan angsuran Rp 1.500.000 tiap bulan. Jika ditotalkan, bengkak menjadi Rp 72 juta. “Kami gak bisa menebus unit bajaj untuk harga semahal itu. Untuk makan saja susah apalagi beli bajaj baru” ungkap Juliansyah.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan Banjarmasin menegaskan akan aktif melakukan razia pada bajaj yang tidak memenuhi syarat. Apabila kedapatan, bajaj tersebut akan langsung diamankan. “Kami akan lakukan razia karena namanya peremajaan bajaj, artinya bajaj lama tidak boleh lagi beredar,” kata Kadis Perhubungan beberapa waktu lalu.

Langkah tegas ini dilakukan mengingat bajaj lama sudah tidak lolos KIR, termasuk melalui pemeriksaan mesin, lampu, dan fisik. Padahal menggunakan bajaj baru justru lebih menguntungkan karena selain bakarnya sangat irit ( 1 liter untuk 50 km), juga ramah lingkungan dan lebih besar dibanding ukuran bajaj sebelumnya.

Di tengah duka nestapa itu, untungnya masih ada penumpang setia seperti Sa’adah (38). Ia sendiri kadang merasa prihatin, dengan para supir bajaj yang mangkal pagi sampai senja menunggu penumpang. “Saya kasihan, karena kebanyak para supir bajaj di sini terbilang lanjut usia,” katanya.

Selain alasan itu, Sa’adah mengaku masih menggunakan bajaj karena transportasi ini bisa membawa banyak barang bawaan yang dibelinya di Pasar Sudimampir. “Kalau ojek kan terbatas. Kalau bajaj, walau bising, tapi bisa mengangkut banyak barang. Tarifnya juga relatif murah,” katanya.(ammar)

Reporter : Ammar
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->