Connect with us

HEADLINE

Anggaran Dikurangi, Lahan Rawa Lebak di Banjar Tak Optimal

Diterbitkan

pada

Sektor pertanian padi masih menjadi andalan Kabupaten Banjar untuk menopang ketersedian pangan di Kalsel. Foto : istimewa

MARTAPURA, Program optimalisasi lahan rawa lebak yang digadang-gadang Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Banjar, sebagai program unggulan untuk meningkatkan swasembada pangan masih belum bisa terealisasi. Menyusul adanya revisi anggaran dan Sistem Informasi Debiur (SID) dari pemerintah pusat yang masih belum jelas.

Kepala Dinas TPH Kabupaten Banjar H Muhammad Fachry menjelaskan, pengerjaan optimalisasi lahan rawa lebak di folder Desa Pasayangan masih belum bisa terealisasi karena beberapa factor, diantaranya adalah akibat dampak dari pengurangan dana anggaran dari pemerintah pusat.

“Dana dari pemerintah pusat sekarang masih proses revisi dan ada pengurangan anggaran dari Rp 13 juta per hektare yang diusulkan, dikurangi menjadi Rp 4 juta perhektare,” sebutnya.

Berdasarkan intruksi dari pusat tentang revisi dana yang dikurangi tersebut, pihak Dinas TPH Banjar diminta bisa masuk untuk pengerjaan optimalisasi di lahan rawa lebak dangkal, dan sudah ada pertanaman sebelumnya. Tidak hanya sampai disitu menurutnya SIDnya pun masih belum ada kejelasan hingga sekarang.

Sembari menunggu hasil revisi anggaran dan SID tersebut, pihaknya hanya bisa melakukan sosialisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi ulang, daerah mana yang akan diprioritaskan untuk dioptimasikan dari di 7 desa dari 3 kecamatan yang mempunya lahan lebak.

“Hingga dari hasil identifikasi tersebut, dapat disimpulkan nantinya apakah masih 7 atau 5 desa saja yang dapat dioptimalisasi, mengingat berdasarkan intruksi dari pusat pertimbangannya hanya rawa lebak dangkal saja,” jelasnya.

Perlu diketahui berdasarkan data, sebelumnya Kabupaten Banjar sendiri mempunyai lima tipe lahan, diantaranya lahan kering, lahan pasang surut, lahan sawah tadah hujan, irigasi, dan lahan rawa atau lebak. Untuk lahan rawa lebak terbagi lagi menjadi tiga, seperti lawan rawa lebak dangkal, rawa lebak tengahan dan rawa lebak dalam.

Diantara lima lahan yang berpotensi ditanami padi untuk dapat meningkatkan lumbung padi terbesar merupakan lahan rawa atau lebak dengan luas lahan total sebesar 8.538 hektare.

Lahan rawa lebak yang merupakan daerah yang selalu tergenang air pada periode yang cukup lama dimana air berasal dari air hujan, air tanah atau air permukaan lainnya dan tidak dipengaruhi pasang surut air laut dapat dioptimalkan dengan melakukan beberapa cara, Diantaranya harus ada tanggul di sekitar lokasi sawah, ada saluran air, ada petakan sawah, dan ada jalan tani yang bisa menjadi akses untuk mengangkut hasil tani. Juga disertai dengan pompa air yang bisa mengontrol.

Masih menurut Fachry, dengan mengoptimalkan lahan rawa lebak ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil produktifitas padi di Kabupaten Banjar, dari luas lahan rawa lebak sebesar 8.538 hektare paling tidak minimal separuhnya bisa dikelola, maka akan dapat meningkatkan produktifitas padi sebanyak 15.368 ton per hectare.

“Untuk produksifitas padi di Kabupaten Banjar sekarang kita hanya bisa memproduksi sebesar 3,6 ton/hektare dan itu masih surplus,” terangnya.

Sembari menunggu hasil revisi anggaran dan SID untuk program pengoptimalan lahan wara lebak, mengingat masih merosotnya hasil produktifitas tanaman pangan terutama padi di Kabupaten Banjar, pihaknya masih mempunyai program baru “Banjar Sapa Plus” yaitu program Betanam Banih Jajar Legowo Sekali Mawiwit Dua Kali Panen Plus. Dimana program itu diyakini dapat mengoptimalkan lahan yang memungkinkan air bisa diatur, sehingga yang tanam padi sekali bisa jadi dua kali dalam satu tahun.

“Untuk program baru Banjar Sapa sekarang sudah berjalan, namun mempunyai kelemahan kadang musim hujan yang mengakibatkan banjir sehingga masih terkendala dalam tata kelola air,” pungkas Fachry. (rendy)

Reporter: Rendy
Editor: Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->