Connect with us

Kota Banjarmasin

Workshop Naskah Cerita Bertema Kearifan Lokal

Diterbitkan

pada

Workshop naskah cerita hadirkan penulis Banua Aliansyah Jumbawuya, Sabtu (21/7), di aula Perpustakaan Daerah Kalsel. Foto : ammar

BANJARMASIN, Dinas Pepustakan dan Kearsiapan (Dispersip) Kalsel mengadakan workshop naskah cerita hadirkan penulis Banua Aliansyah Jumbawuya, Sabtu (21/7), di aula Perpustakaan Daerah Kalsel, jalan A Yani Km 6, Kota Banjarmasin.

Sekadar diketahui, Aliansyah Jumbawuya adalah seorang penulis buku bertemakan kearifan lokal, diantaranya Asal Mula Balian Meratus, Parang Maya, Galuh Pasar Terapung.

Didapuk menjadi naras umber, Aliansyah Jumbawuya mengatakan, pada dasarmya manusia itu menyukai cerita, entah sebagai penutur lisan ataupun tulisan, maupun penikmat. Karena itu, kehidupan kita hampir tak bisa dipisahkan dengan cerita.

“Lewat cerita orang ingin berbagi pengalaman, pelajaran hidup atau sekadar sebagai hiburan. Zaman dulu ketika belum ada televisi para orangtua sering menuturkan dongeng kepada anak-anak atau cucunya menjelang tidur,” katanya,

Kesempatan itu acapkali menjadi momen yang sangat berharga dan ditunggu-tunggu, sehingga tak jarang si anak mendesak orangtua atau neneknya untuk segera melanjutkan sambungan dongeng malam sebelumnya atau memulai dengan cerita terbaru.

Kini seiring perkembangan teknologi, keberadaan cerita pun semakin mendapat tempat. Cerita dikemas dan disajikan menggunakan berbagai medium. Ada yang dalam bentuk buku cerita, panggung pertunjukan, sandiwara radio, sinetron, film bioskop, dan lain-lain.

“Banyak penulis maupun perusahaan yang hidup dari menjual cerita, bahkan menjadi industri besar seperti Hollywood, Bollywood, Walt Disney, Marvell, dan sebagainya,” sebutnya.

Begitu pula dengan jenis cerita, sekarang ini sangatlah beragam. Ada dongeng, cerita rakyat, cerpen, cerbung, novel, roman, cerita fantasi, tenleet, cerita misteri, cerita horor, cerita detektif, dan lain-lain.

Alternatif pilihan pun kian variatif, terserah pada selera masing-masing. Dari sekian banyak produk cerita yang beredar di pasaran, tentu saja konsumen (pembaca/penonton) akan lebih memilih cerita yang berbobot, menarik, serta menawarkan hal-hal baru. Bukan cerita yang ‘kering’ dan membosankan.

“Cerita yang bagus biasanya akan meninggalkan kesan yang kuat, tidak mudah dilupakan orang. Misalnya, epos Mahabrata atau Romeo and Juliet, meski sudah berusia ratusan tahun, namun hingga kini masih digemari khalayak,” ungkapnya.

Ditambahkan penulis buku Banua ini, agar cerita menarik dan menggugah minat banyak pembaca, sebagian besar ditentukan oleh bagaimana cara kita mengolah unsur-unsur pembangun cerita seperti mengangkat tema baru, rebut perhatian pembaca sejak bagian pembuka, ciptakan tokoh unik dan punya karakter kuat, menguasai latar belakang cerita, alur mengundang rasa ingin tahu yang antara lain peristiwanya, konflik, klimaks dan penyelesaian.

“Dalam penulisan sebuah naskah cerita, apabila mampu membuat konsep cerita seperti unsur-unsur itu, Insya Allah ada peluang untuk diajukan ke penerbit,” sebutnya.

Cray Sederberg, pria asal Eropa ini pun tampak asik mendengarkan apa yang Aliansyah Jumbawuya sampaikan. Ia mengatakan selama lebih dari 5 tahun sering menghadiri kegiatan yang bernuansa sastra, baru kali ini ada konsep kearifan lokal. “Ini bagus, bisa menambah referensi dan gaya dalam menulis,” ucapnya.

Ditambahkan pria yang pernah menjadi dosen salah satu kampus di Banjarmasin ini, dalam penulisan tentulah perlu kesabaran. Dan Aliansyah Jumbawuya telah membuktikannya bahwa dengan kesabaran ia bisa menerbitkan beberapa bukti berkonsepkan kearifan lokal.

“Butuh perjuangan juga dia, menurut saya dalam menulis cerita masyarakat lampau itu butuh tenaga ekstra,” katanya. (ammar)

Reporter : Ammar
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->