Connect with us

HEADLINE

Tri Fatimah, Dilema Gadis Bakumpai Berjuang Pertahankan Tradisi Menganyam Purun

Diterbitkan

pada

Tri Fatimah, bertahan dengan terus menganyam purun yang diwariskan dari orang-orang terdahulu. foto: retno

KANALKALIMANTAN.COM, MARABAHAN Tri  Fatimah, seorang gadis yang tinggal di RT 06, Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala. Tak ada yang istimewa dari gadis berusia 25 tahun itu. Kecuali keahlian menganyam purun yang telah terasah sejak ia duduk di bangkus kelas 5 SD.

Bakat menganyam bukan muncul begitu saja, namun diturunkan dari sang ibu, Barkati. Perempuan 50 tahun yang telah menjanda semenjak suaminya meninggal 6 tahun yang lalu. Ada pula peran nenek dan bibi yang mengajarkannya anyaman bermotif.

Sore itu, Jum’at (31/1/2020) Tri Fatimah dan ibunya tengah asyik menganyam purun saat Kanalkalimantan.com bertandang ke rumahnya. Sebuah bangunan kayu yang cukup tua, berada di tepi sungai kecil, salah satu anak Sungai Barito.

Produk hasil anyaman Tri Fatimah berupa tas. foto : retno

Sembari tetap menganyam, Tri berkisah tentang perjuangannya mempertahankan tradisi menganyam di Batola.

Tri telah akrab dengan purun sedari kecil. Nenek dan ibunya adalah pengrajin purun. Tri ingat, saat duduk di kelas 5 SD, ia sudah mulai belajar menganyam. “Pertama kali bikin kampil atau tikar berukuran kecil,” tuturnya.

Sejak saat itu Tri ikut membantu nenek dan ibunya membuat tikar dan bakul. Tikar dan bakul itu lalu dijual ke pasar. Begitu turun temurun.

Seiring berkembangnya zaman, Tri juga mulai belajar membuat anyaman bermotif dan berbentuk tas serta topi. Tahun 2017, tepatnya sejak purun mulai dikenal masyarakat luas, Tri kebanjiran orderan dari instansi pemerintah. Sejak saat itulah Ia mulai memberdayakan para tetangga yang semuanya ibu-ibu.

“Lumayan bisa nambah pendapatan keluarga,” ujarnya.

Di penghujung tahun 2018, Tri juga mulai belajar pasar online melalui instagram dan facebook. Namun, hingga sekarang baru ada tiga pemesanan dari luar daerah yang ia dapatkan. “Sempat ada yang pesan dari Jakarta, Semarang dan Yogyakarta,” ungkapnya. Selain itu tidak ada. Artinya dalam setahun hanya ada 3 orderan yang diterimanya melalui media online.

Topi purun, salah satu hasil anyaman Tri Fatimah. foto: retno

Tri mengaku pemasaran memang menjadi kendala besar selain kreasi dari produk anyaman purun itu sendiri. “Kami masih belum punya kemampuan membuat kreasi anyaman purun seperti kombinasi dengan pita atau sasirangan. Terbatasnya alat dan bahan baku tambahan juga jadi kendala,” imbuh salah satu guru di MA Darussalam itu.

Demi mempertahankan anyaman purun, Tri terus memacu kemampuannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan pemerintah. Namun, ia pun kerap diminta mengajar kelompok ibu-ibu di kecamatan lain, salah satunya di Desa Sungai Kali, Kecamatan Barambai.

Ia berharap anyaman purun di Batola bisa berkembang dengan baik, dari sisi kreasi ataupun pemasaran. Sehingga warga bisa memperbaiki ekonomi keluarga menjadi lebih sejahtera.

Rumah tempat tinggal Tri Fatimah mempertahankan tradisi menganyam purun secara turun temurun. foto: retno

Di satu sisi, perjuangan Tri mempertahankan anyaman purun juga mengalami hambatan dari keluarga. Menjadi pengrajin purun seutuhnya belum dilihat sebagai peluang ekonomi bagi sang ibu. “Pegawai,” lirih Barkati berkata ketika reporter Kanalkalimantan.com bertanya, beliau lebih suka Tri jadi pegawai atau pengrajin purun.

Bukan tak mau mendukung Tri jadi pengrajin purun. Barkati hanya berkata jujur. Hidup itu harus makan. Hanya mengandalkan purun untuk menghidupi keluarga telah dibuktikan Barkati selama hidupnya. Harga kerajinan purun di Batola memang tak seberapa. Dari tangan pengrajin, harga jual berkisar dari Rp 4 ribu sampai Rp 15 ribu saja.

Kini, waktu lah yang akan membuktikan. Setelah semua langkah perjuangan itu, apakah Tri akan mampu membuat pengrajin purun menjadi profesi yang menjanjikan di Batola?. (kanalkalimantan.com/retno)

Reporter : Retno
Editor : Bie

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->