Connect with us

HEADLINE

Susahnya Nyari ‘Si Melon’, Mahal Pula, Hiswana Migas Tak Mau Disebut Langka

Diterbitkan

pada

Saah satu penjual LPG 3 KG yang sering kehabisan stok gas bersubsidi di Banjarmasin. Foto : mario

BANJARMASIN, Masyarakat resah kenaikan harga LPG 3 Kg yang melambung tinggi mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu. Jauh di atas harga yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Rp 17.500. Selain harga melambung, warga merasakan si melon ini menjadi semakin langka.

Para agen LPG mengatakan saat truk resmi datang mengantarkan LPG, hanya selang dua hingga tiga jam tabung-tabung tersebut telah ludes dibeli warga. Hal ini tentu karena harga LPG di tingkat agen memang telah sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Tidak kurang dan tidak lebih.

Sayangnya, harga ini menjadi permainan bagi para penjual gas bersubsidi pemerintah di tingkat eceran. Para pengecer gas khusus warga miskin itu berani menaruh harga tinggi demi meraup keuntungan lebih.

Sedangkan para pembeli mau tidak mau harus membeli tabung gas tersebut. Hal ini dikarenakan posisi tempat tinggal warga yang terhitung jauh dari agen resmi. “Ya daripada jauh, antre, dan biasanya cepat habis. Tidak apa-apa lah saya beli mahal, walau berat juga sih. Mau gimana lagi,” ungkap Marsinah, ibu rumah tangga yang mengaku sudah terbiasa membeli gas 3 Kg dengan harga tinggi.

Sekretaris Hiswana Migas Kalsel Irfani mengatakan, tidak tepat jika tabung hijau itu disebut langka di Kalsel. Sebab stok untuk Kalsel pun selalu ada. “Ini sekarang ada 1.200 tabung, sambil nunggu truk lainnya datang,” terang Irfani ketika diwawancari di kantor Hiswana Migas, jalan Belitung Darat.

Dalam satu bulan, Kalsel mendapat penyaluran hingga 350 matrix ton, jika dalam bentuk tabung mencapai angka 90 ribu tabung LPG 3 Kg. Seluruh tabung tersebut disalurkan ke 11 agen resmi yang ada di Banjarmasin dan 62 agen resmi di Kalsel.

Sumber permasalah, terang Irfani, biasanya ketika tabung-tabung telah sampai di tempat para agen. “Ya namanya barang subsidi, pasti dikejar orang terus,” tuturnya.

Selain harga di eceran yang relatif tinggi, tersebar kabar bahwa ada sopir-sopir nakal yang menarik jatah Rp 500 per satu tabung gas. Hal ini ditepis langsung oleh Irfani, para sopir resmi telah meneripa upah yang sesuai dan dilarang keras untuk menarik pungutan. Ia mengatakan, pungutan ini biasanya dilakukan oleh sopir ‘liar’ yang biasa mengangkut tabung gas dari agen ke eceran.

Selain harga eceran yang melambung, diakui Irfani pihaknya masih kewalahan menangani hal-hal sepeeti ASN yang kadang masih membeli tabung gas subsidi. “Ya meski (ASN) sudah dianjurkan untuk beli yang 5 atau 12 Kg, kadang kami dapat laporan dari agen biasanya mereka menyuruh pembantu atau anggota lain untuk beli yang 3 Kg,” beber Irfani.

Sementara itu, pihak dari Pertamina masih belum bisa dimintai komentar. Ujar Satpam yang tengah berjaga di kantor Pertamina Banjarmasin, para pemimpin sedang berada di luar kota untuk beberapa waktu.

Naiknya harga LPG ini membuat beberapa ormas turun ke jalan untuk menuntut penurunan harga. Ormas yang tergabung di dalam Pemuda Islam Indonesia meneriakan aspiarasinya di kantor Pertamina Banjarmasin, berlanjut ke Balaikota Banjarmasin, hingga kantor DPRD kota dan provinsi. (mario)

Reporter : Mario
Editor : Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->