Connect with us

HEADLINE

Menengok ‘Wajah Hitam’ Akibat Karhutla di Kalsel dari Udara

Diterbitkan

pada

Pantauan udara akibat Karhutla yang terjadi beberapa waktu lalu. Foto : Fikri

Datangnya hujan beberapa waktu terakhir mampu menurunkan intensitas kebakaran hutan dan lahan di Kalsel. Namun, dampak kebakaran yang terjadi selama ini menjadikan luka pada wajah hutan dan lahan di Banua. Berikut laporan jurnalis Kanalkalimantan.com, Gusti Fikri Izzudin Noor saat patroli bersama tim BNPB dari heli Bell 407 beberapa waktu lalu.

Kemarau yang datang relatif lama menjadi masalah tersendiri bagi Kalsel. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terutama di lahan gambut tak dapat dicegah, hingga menyebabkan kabut asap yang dikeluhkan masyarakat.

Jumat (4/10) lalu, Kanalkalimantan.com mendapat kesempatan untuk melihat karhutla beserta luasan lahan yang terdampak, yang terjadi selama dua bulan belakang ini. Dengan menumpang helicopter jenis Bell 407 registrasi PK-JCH yang dioperasikan oleh PT Purawisata Baruna ini, disewa oleh BNPB untuk patroli pemantauan karhutla di sejumlah wilayah di Kalsel.

Tepat pukul 13:50 WITA, helicopter mulai mengudara setelah sebelumnya mengantri lantaran kesibukan lalu lintas udara di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjarbaru. Setekah mendapatkan giliran, heli yang saya tumpangi pun langsung berbelok ke arah kiri bandara menuju kawasan Guntung Damar.

Nah, kawasan yang sebagian besar berlahan gambut ini menjadi prioritas oleh BPBD Provinsi Kalsel. Alasannya, karena lokasinya sangat dekat dengan bandara. Beberapa kali terjadi kebakaran lahan di sini, yang mengakibatkan bandara sempat tutup lantaran jarak pandang yang cukup rendah.

Setelah melewati Guntung Damar, helir pun mengarah ke Kota Martapura dengan menyisir kawasan Cindai Alus. Lagi-lagi kami mendapati terjadi kebakaran lahan yang diperkirakan berada di kawasan Tunggul Irang, di sisi timur ibukota Kabupaten Banjar ini.

Kemudian helir berputar balik ke arah barat dan menyisir kawasan Sungai Batang Martapura Barat. Ya, kebakaran lahan pun terpantau cukup banyak titiknya di kawasan ini. Setelah itu kami berputar ke arah selatan di atas wilayah Sungai Tabuk, menuju sisi selatan Landasan Ulin dan Liang Anggang. Di kawasan ini juga terdapat lahan gambut yang terbakar dan cukup luas. Lokasinya pun tidak begitu jauh dengan Bandara Syamsudin Noor.

Helikopter pun berputar ke  arah timur, menyisir perbatasan Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut, tepatnya Kecamatan Bati-bati yang juga didominasi oleh lahan gambut. Kami juga mendapati sejumlah titik api maupun lahan yang telah terbakar.

Helikopter pun kemudian berputar arah ke barat dan kembali menyisir wilayah Bati-bati dan mendapati sejumlah titik api. Nah, kami sempat tercengan, ketika melintasi pesisir Kabupaten Tanah Laut, tepatnya di wilayah Kurau, di mana ada lahan sawah yang kering terbakar. Tidak diketahui pasti apakah sengaja dibakar atau tidak.

Setelah itu, kami emudian berbelok arah ke utara, menyisir Sungai Barito dan melintasi wilayah Kota Banjarmasin. Memang, di ibukota Provinsi Kalsel ini tidak ada satupun titik api yang terlihat. Namun, di seberang Sungai Barito, saat kami melintas menuju arah Tamban Kabupaten Batola, kembali didapati satu titik api. Helikopter pun diarahkan ke Kota Marabahan, sebelum akhirnya berputar balik ke arah selatan.

Dalam perjalanan pulang ke Bandara Syamsudin Noor, kami kembali mendapati titik api di lahan pertanian, yang diperkirakan berada di antara wilayah Kabupaten Batola dan Kabupaten Banjar. Akhirnya, tepat pukul 16:00 WITA, helicopter PK-JCH pun mendarat di Bandara Syamsudin Noor, mengakhiri tugas patrol karhutla pada hari itu.

Kepala BPBD Kalsel Wahyudin mengatakan, dari 1 Januari hingga 6 Oktober 2019, dari 13 kabupaten dan kota di wilayah Kalsel, Kabupaten Tanah Laut menduduki peringkat pertama dari jumlah kejadian karhutla sebanyak 422 kali kejadian, dengan luasan lahan sebanyak 1.068,2 hektare. “Lalu disusul Kota Banjarbaru sebanyak 261 kali kejadian dengan luasan lahan sebanyak 451,15 hektare,” ungkapnya.

Kemudian, Kabupaten Banjar sebanyak 198 kali kejadian dengan luasan lahan terbakar sebanyak 1.054,68 hektare. Kabupaten Tapin dengan jumlah kejadian sebanyak 194 kali dengan luasan lahan terdampak 921,24 hektare. Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebanyak 187 kali dengan luasan lahan sebanyak 271,06 hektare. Kabupaten Balangan sebanyak 109 kali dengan luasan lahan 514,46 hektare.

Disusul Kabupaten Tabalong sebanyak 104 kali kejadian dengan luasan terdampak 258,93 hektare. Kemudian, Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 92 kali dengan luasan terdampak 387 hektare. Disusul Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 79 kali dengan luasan terdampak 180,18 hektare. Kabupaten Batola sebanyak 53 kali dengan luasan terdampak 261,1 hektare.

Kabupaten Kotabaru sebanyak 39 kali kejadian dengan luasan terdampak 109,4 hektare. Dua kawasan terakhir yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak 23 kejadian dan luasan terdampak 113,3 hektare. Dan Kota Banjarmasin sebanyak 18 kali kejadian dan luasan terdampak 36,85 hektare.

Sehingga, jika dikalkulasikan, sedikitnya 5.627,55 hektarelahan terbakar dengan jumlah kejadian sebanyak 1.779 kali kejadian karhutla. (fikri)

Reporter : Fikri
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->