Connect with us

Kanal

Manfaatkan Musim Kemarau, Hasilkan Jutaan Rupiah lewat Perkebunan Sayur

Diterbitkan

pada

Musim kemarau dimanfaatkan petani di HSU untuk memaksimalkan perkebunan di lahannya. Foto: dew

AMUNTAI, Lahan pertanian di Desa Sungai Durait, Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) terbilang luas. Meski demikian, petani hanya dapat memanfaatkan lahan pertaniannya di musim kemarau saja. Hal ini lantaran wilayah HSU termasuk dataran rendah berupa rawa, baik yang tergenang secara monoton maupun yang periodik. Kurang lebih 570 km²nya adalah merupakan lahan rawa yang saat musim hujan berubah menjadi lahan yang selalu digenangi air.

Maka pada musim kemarau masyarakat setempat memanfaatkan lahan pertanian tersebut tidak hanya untuk menanam padi. Tapi juga untuk hasil perkebunan seperti sayuran serta buah-buahan. Seperti salah satu petani setempat, Mahyuni (35), yang mengaku memilih menanam buah Terong, Labu dan Cabei di lahan miliknya, lantaran mudah dan cepat masa panennya.

Dirinya mengaku di lahan yang terletak di Desa Sungai Durait Hilir Babirik, dengan luas sekitar setengah hektare, didekat lahan persawahannya untuk terong saja ia mampu menghasilkan Rp 10 juta setiap kali masa panen. “Setiap kali panen biasanya dapat menghasilkan Rp 10 juta dari kebun terong yang luasnya kurang lebih setengah hektare ini,” ujar Mahyuni.

Namun, hal ini hanya dapat dinikmati olehnya dan para petani lainnya pada musim kemarau. Saat musim penghujan, lahan yang selama ini dimanfaatkan kembali lagi digenangi air.

Dirinya mengaku dengan menanam sayur-sayuran yang bibit nya mudah didapat dari toko tani dan memulai tanam sejak bulan Mei, hasil yang diperoleh dari menanam sayuran tersebut dapat menambah penghasilannya selama ini, disamping menanam padi.

“Meski harga sayuran seperti terong di pasaran masih tergolong standar, namun itu sudah cukup peningkatan pendapatan tambahan selama ini,” ungkapnya.

Selama ini para petani terutama dikecamatan Babirik memanfaatkan hasil pertanian dan perkebunan disamping dapat dikonsumsi sendiri sebagai besar hasilnya dijual dan biasanya dibeli langsung oleh para tengkulak dengan harga standar perfariasi.

Sementara itu, Mahyuni mengaku biasa dirinya menjual dengan yang terbilang murah yakni harga Rp1500 perkilogram untuk terong, sementara labu dijual seharga Rp 20.000 perbiji, dan Rp4000 perkilogram buat cabe merah. (dew)

Repoter: Dew
Editor: Chelll


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->