Connect with us

Kota Banjarbaru

Madjudi, Lima Tahun Berkubang di Sungai untuk Memburu Cacing Sutra

Diterbitkan

pada

Madjudi sedang mencari cacing sutra di Sungai Kemuning, Banjarbaru Foto: Devi

BANJARBARU, Sungai Kemuning merupakn lokasi yang  menjadi favorit baru bagi kawula muda untuk bersantai. Namun ada satu pemandangan yang menarik bila bertandang ke tempat itu. Yakni seorang pria berpakaian lusuh yang sedang beraktivitas di sana. Dilengkapi jaring dan kotak stereofoam, ia menyisiri sungai dangkal tersebut. Apa yang dilakukan?

Madjudi (52), warga Sekumpul Kecamatan Martapura Kota itu nampak sibuk membolak-balik gumpalan tanah yang diambilnya dari dasar sungai, Kamis (3/5) sore. Kiranya, apa yang dilakukan itu demi untuk menemukan cacing sutra.

Baginya, menemukan cacing sutra bukan perkara susah bagi ayah dua anak itu. Di beberapa titik yang tak berjauhan, dia sudah menemukan ratusan cacing sutra. Cacing itu kemudian dimasukkan Madjudi ke kotak stereofom.

Menurutnya, perlu waktu dua jam untuk memenuhi bak berukuran 1×0,5 meter persegi itu dengan cacing sutra. “Cacing harus segera dibungkus dan dibawa pulang untuk dibersihkan. Selanjutnya cacing ditaruh di tempat beroksigen agar tidak mati,” jelasnya.

Pertanyaannya, buat apa cacing tersebut?

Kendati bagi sebagian orang dianggap menjijikkan, cacing itu bernilai ekonomi bagi Madjudi. Cacing dicari para pembibit ikan patin seperti dirinya. Cacing sutra dengan takaran berukuran 0,25 liter dihargai Rp 15 ribu.

Sehari Madjudi bisa mendapatkan 20 takar atau lima liter cacing senilai Rp 300 ribu. Lima tahun sudah Madjudi menghabiskan waktunya berendam di sungai di Banjarbaru. Dulunya,  dia seorang buruh bangunan ini banting setir menjadi pencari cacing sutra atau biasa di sebut cacing rambut karena saat ini dirasa  sedang “bagus” penjualannya.

Berangkat dari pukul 09.00-17.00 Wita, ia memasuki sungai dangkal yang ada di Banjarbaru seperti Sungai Kemuning. Namun tak jarang juga dia berpindah ke sungai yang ada di dekat bandara. Menurutnya, profesi sebagai pencari cacing sutra cukup menjanjikan dibanding dengan saat dulu dia bekerja sebagai buruh bangunan.

“Kalau lagi bagus cuacanya dapat banyak, harga jualnya juga bagus” ujarnya.

Apalagi menjualnya pun juga cukup mudah. Sebab di sekitar banjarbaru sendiri banyak yang menjadi peternak ikan. Dia mengaku banyak yang memandang sebelah mata profesinya. Karena harus meraba-raba di dalam sungai berlumpur dan dianggap jorok.

Cacing sutra (tubifex), sering juga disebut cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas, hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik.

Cacing rambut merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk memberi makan ikan yang anda pelihara, terutama pada saat fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias anda karena memiliki kandungan nutrisi yang baik dan cenderung seimbang dan sangat bagus untuk pertumbuhan ikan. Di dalam tubuh cacing sutra terkandung kira-kira 57% protein dan 13% lemak, yang oleh karena itu merupakan pakan yang baik untuk ikan, tidak terkecuali ikan yang dipelihara manusia seperti lele atau ikan hias.

Cacing sutra biasanya diperoleh dengan cara menambang/mengambilnya dari sungai. Kegiatan penambangan ada yang dilakukan dengan cara menyelam. Apabila seorang penyelam menemukan koloni cacing sutra di dasar sungai, maka koloni cacing tersebut akan ditambang  (diangkat) dari dasar sungai.

Perlu waktu 1-2 bulan bagi Madjudi untuk belajar mencari cacing sutra. Terutama untuk mengasah indra peraba dan feeling yang kuat dalam menentukan lokasi di mana koloni cacing itu berada. “Kalau diraba-raba itu kaya ada jelly di dalam lumpur langsung kukut (angkat-red) aja,” ujarnya. “Itu kemungkinan besar cacing sutra!” (devi)

Reporter: Devi
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->