Connect with us

WAJAH KOTA

Kisah Gang Penatu Banjarmasin: Dulu Banyak Jasa Penatu, Kini Jadi Kawasan Percetakan (1)

Diterbitkan

pada

Suasana di Gang Penatu Banjarmasin Foto : fikri

BANJARMASIN, Di Kota Berjuluk Seribu Sungai ini, dulunya terdapat sebuah gang yang isinya dipenuhi oleh jasa cuci dan setrika pakaian atau penatu. Laundry kalau bahasa kekiniannya. Pada masa lalu, di sepanjang gang yang terhubung dengan Jalan Hasanuddin HM dan Jalan Pangeran Samudera ini, dipenuhi jasa penatu. Terutama jika masuk gang ini dari Jalan Pangeran Samudera.

Tak heran, bagi sebagian besar warga Kota Banjarmasin,menyebutnya Gang Penatu. Nama gang ini masih digunakan hingga saat ini. Secara administratif, Gang Penatu masuk di wilayah Kelurahan Kertak Baru Ulu Kecamatan Banjarmasin Tengah, dan terbagi atas dua rukun tetangga (RT), yaitu RT 06 dan RT 07.

Jika dari Jalan Pangeran Samudera, Gang Penatu persis di seberang Bank BRI, atau di samping tempat parkir kendaraan roda empat untuk pengunjung Pasar Sudimampir saat ini. Sementara, jika dari Jalan Hasanuddin HM, Gang Penatu persis di seberang Bank BNI, melewati Pasar Sukaramai oleh warga sekitar menyebutnya.

Kanalkalimantan.com berkesempatan menyambangi Gang Penatu pada Sabtu (28/9) siang. Alih-alih jasa penatu, kini yang didapati hanya jasa percetakan. Kebanyakan. Namun ada juga yang menggeluti usaha pemahat batu, yang digunakan untuk prasasti peresmian gedung. Di gang yang hanya bisa dilewati sepeda motor ini, di sepanjang kiri dan kanan gang banyak ditemui jasa percetakan.

Sabriansyah, adalah salah satu warga Gang Penatu RT 06 Banjarmasin. Pria yang berprofesi sebagai pemahat batu ini memang sudah tinggal di Gang Penatu sejak kecil. “Banyak (jasa cuci) pakaian dulu,” kata Sabriansyah mengawali ceritanya.

Hilangnya jasa penatu di Gang Penatu ini karena tidak ada yang meneruskan. “Para tetuha sudah tidak ada lagi (yang meneruskan),” katanya.

Menurut Sabriansyah, awal mula meredupnya jasa penatu dan berkembangnya jasa percetakan di Gang Penatu dimulai pada era 1980an. (Tepatnya) tahun 1985. “Sekitar setahun itu, jadi semuanya berubah prosesnya,” tambahnya.

Pada masanya, Gang Penatu sama seperti kampung-kampung pada umumnya di Kota Seribu Sungai ini. “Kaya berusaha (cuci) baju-baju, juga setrikanya. Ramai dulu itu, tidak seperti saat ini,” ucapnya.

Orangtua Sabriansyah sendiri, meski tinggal di Gang Penatu, tidak ikut menggeluti jasa penatu. Hanya menjual minuman teh. “Berdagang usaha jual (minuman) teh saja dulu,” katanya.

Lalu, kenapa jasa penatu di gang ini menjadi kolaps? “Karena roda berputar, (harga) bahan segala macam naik. Jadi imbasnya kena (ke jasa penatu). Dulu itu nyaman saja mencari (uang), berapapun dapat saja,” katanya. “Tapi sekarang ini, paling hanya dua tahun terakhir saja yang berubah,” tambahnya.

Ketika ditanya kapan jasa penatu di Gang Penatu mulai marak, seingat Sabriansyah, bermula di era 1960an. “Sekitar (tahun) 1965. (Saat masuk era) 1980an, itu sudah merosot. Hanya ada satu-dua orang saja lagi yang mengerjakan (jasa penatu). Banyak yang berubah profesi menjadi usaha percetakan atau segala macamnya,” katanya. (Fikri)(Bersambung)

<

div class=”reporter”>
Reporter : Fikri
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->