Connect with us

Manaqib

KH Husin bin Syekh Ali Al Banjari (3)


Merintis Pembinaan Makam Datuk Kelampayan


Diterbitkan

pada

KH Husin Ali bersama dengan Tuan Guru Seman Mulya dan KH M Syarwani Abdan Bangil. Foto : net

KH Husin Ali termasuk salah seorang Pembina makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Pernah ditangkap tentara Jepang, dimasukkan dalam drum tertutup.

SEBAGAI seorang pengusaha permata yang termasuk berada, KH Husin Ali tak hanya memikirkan diri dan keluarga. KH Husin Ali juga memikirkan kemaslahatan orang banyak. Satu di antara kiprahnya yang masih bisa disaksikan adalah bangunan makam datuknya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

KH Husin Ali tercatat sebagai pembina makam Datuk Kelampayan di Desa Kelampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, di tahun 1960-1965 Masehi.

Tidak hanya itu, KH Husin Ali juga dikenal sebagai perintis jalan darat dan jembatan dari Astambul ke makam Datuk Kelampayan, yang semula hanya bisa ditempuh melalui transportasi sungai. Jalan itu sekarang dinamai Jalan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

“Dalam pembangunan makam Datu Kalampayan, KH Husin Ali dibantu pemborong H Gusti Muhammad, mamarina mantan Gubernur Kalsel Gusti H Hasan Aman,” ujar Ustadz Muhammad bin Husin.

Setelah kurang lebih 5 tahun pulang-pergi, terkadang bermalam di makam Datu Kalampayan, KH Husin Ali terpikir membina makam datuknya itu secara berkelanjutan.

Hasilnya, dibentuklah sebuah Yayasan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, yang pengurusnya terdiri dari dzuriyat (keturunan) Datuk Kelampayan sendiri.

Berkat KH Husin Ali, makam Datuk Kelampayan hingga kini terjaga dengan baik. Beberapa renovasi dari kepengurusan selanjutnya membuat bangunan makam lebih luas.

Tidak hanya itu, bangunan tersebut juga dimanfaatkan sebagai majelis taklim.

Selain pelopor pembina makam pengarang kitab fiqh Sabilal Muhtaddin, KH Husin Ali juga dikenal sebagai pengusaha permata di zaman penjajahan.

Di masa kekuasaan Jepang itu bagi KH Husin Ali adalah perkara yang sulit. Rakyat diperas, tak terkecuali pengusaha-pengusaha permata seperti KH Husin Ali.

Suatu ketika beliau ketahuan membeli intan sebesar 80 krat di Cempaka. Pasukan Jepang yang terkenal biadab menangkap KH Husin Ali, dan mengambil paksa intan miliknya.

“Intan tiga botol pada waktu itu diambil paksa Jepang,” ujar Ustadz Muhammad bin Husin.

KH Husin Ali lantas ditangkap tanpa perlawanan. Oleh Jepang, beliau dimasukkan ke dalam drum tertutup berisi air selama 3 hari. Untungnya, Tuhan memberikan keistimewaan, setelah 3 hari beliau ditemukan masih dalam keadaan bernyawa.

Setelah sekian lama berkutat dengan dunia pendidikan dan usaha, pada tahun 1965, KH Husin Ali tak lagi mengajar di Pondok Pesantren Darussalam atau berdagang.

Rutinitas beliau sehari-hari hanya mendekatkan diri kepada Allah, menjaga hafalan Alqur’annya, menggelar khataman setiap Kamis malam (malam Jum’at), dan pulang-pergi Makkah-Martapura.

“Kami kadang merasa heran dengan rutinitas beliau yang satu ini (pulang-pergi Makkah-Martapura). Apabila beliau beristiharah dan mendapatkan petunjuk mengunjungi Makkah, beliau pun berangkat. Kami tidak tahu dari mana biayanya, dan terkadang berangkat membawa keluarga,” ujar Ustadz Muhammad.

(Penulis: Ben Syaifi)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->