Connect with us

HEADLINE

‘Disuntik’ Mati Usia 12 Tahun, Ini Perjalanan Martapura FC dari Tarkam ke Kasta Kompetisi

Diterbitkan

pada

Skuad terakhir Martapura FC yang diunggah pada September 2020, di tengah berlanjutnya Liga 2 2020. Foto: Instagram/@martapurafc

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Klub sepak bola asal Banua Martapura FC berakhir. Tepat 11 hari setelah Martapura FC berusia 12 tahun diakusisi pemilik baru klub.

Pada Senin 22 Februari 2021, tim asal Kalimantan Selatan itu resmi berganti nama menjadi Dewa United.

Kabar duka ini jadi bak petir di siang bolong bagi warga Martapura dan Kalsel, terutama fans klub Monster, karena pada 11 Februari 2021, Martapura FC sejatinya merayakan hari jadi klub ke-12 tahun.

Memang usia klub berjuluk Laskar Sultan Adam ini tidak sepenuhnya 12 tahun. Sebelum berbadan hukum pada tahun 2009, Martapura FC sudah punya nama.

 

Sebelum 2009, Martapura FC sudah malang melintang di pentas sepak bola antar kampung (tarkam). Saat level tarkam ini, Martapura FC sudah sangat dikenal publik Kabupaten Banjar, khususnya kota Martapura.

Untuk bisa berpacu di pentas nasional, Macan Gaib -julukan lain Martapura FC- pun ‘berdarah-darah’ penuh kucuran keringat. Mereka melewati rintangan dari kasta paling terbawah, tak secara tiba-tiba berada di kasta kedua kompetisi.

Baca juga: Akuisisi Martapura FC Jadi Dewa United, Homebase Kini di Tangerang Selatan

Klub yang dilatih Frans Sintra Huwae (mantan pemain Barito Putera era 90-an) ini memulainya dari kompetisi Divisi III 2009-2010. Saat itu, Divisi III adalah kasta paling bawah piramida kompetisi sepak bola di Indonesia.

Semusim berlaga di Divisi III, Martapura FC naik kasta ke level Divisi II pada 2011-2012. Kompetisi kasta ketiga ini diikuti 100 tim dari seluruh Indonesia dari regional, provinsi, hingga nasional.

Seperti musim sebelumnya, Martapura FC pun berhasil naik kasta ke Divisi I pada 2013. Bak anak ajaib, Laskar Sultan Adam juga berhasil lolos ke Divisi Utama 2014.

Ketika di Divisi Utama atau kasta kedua kompetisi di Indonesia, Martapura FC kalah bersaing. Musim berikutnya, saat ingin naik kasta, malah PSSI disanksi FIFA.

Akhirnya, Martapura FC harus memendam hasratnya. Apalagi pada 2016 tak ada liga, yang ada hanya Indonesia Soccer Championship B, ajang turnamen rasa kompetisi.

Kala itu, klub yang berhomebase di Stadion Demang Lehman ini menempati posisi keempat. Pada babak semifinal, Martapura FC menyerah 1-2 dari PSCS Cilacap. Saat itu Martapura FC merasa dicurangi.

Memasuki Liga 2 tahun 2017, kompetisi resmi perdana yang diikuti, Martapura FC kembali menempati peringkat keempat. Martapura FC takluk 4-6 dari PSIS.

Selanjutnya, klub dengan kostum kebanggan putih dan merah ini tak bisa bersaing lagi. Krisis keuangan mulai melanda klub, sehingga tak bisa lagi jor-joran.

Pada Liga 2 2018, Martapura tak lolos dari babak grup. Selanjutnya, pada Liga 2 2019 lolos babak grup, tapi jadi juru kunci fase grup babak 8 besar.

Sejatinya, dalam Liga 2 2019, Martapura FC sudah nafas Senin-Kamis kembang kempis. Bahkan, sampai-sampai pemilik Barito Putera ‘suntik’ asupan dana Rp 1 miliar untuk gaji pemain.

Itulah kisah perjalanan 12 tahun Martapura FC. Mulai tahun ini tak akan ada lagi sebutan Laksar Sultan Adam. (kanalkalimantan.com/bie)

Reporter: bie
Editor : kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->