Connect with us

HEADLINE

Diskusi Ilmiah Banjir Kalsel 2021: Sepanjang 2018-2020 73 Kali Banjir, 5 Kali Lipat Lebih Parah dari 2019!  

Diterbitkan

pada

Kondisi banjir Kalsel tahun 2010 dari Citra Landsad 7 ETM+ Akuisisi 16 April 2010.

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Diskusi ilmiah banjir Banjir Kalsel : Permasalahan dan Solusinya, Syam’ani, dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sampaikan pratinjau geospasial banjir di Kalsel.

Hasilnya mengejutkan hasil prediksi analisis 86 % sama dari banjir yang pernah terjadi sejak 2010 yang lalu.

“Kemarin saya dapat data dari BNPB mengenai sejarah banjir di Kalimantan Selatan, memang ada tren kenaikan banjir yang mana sejak tahun 2018 hingga 2020 ada 73 kali banjir yang terjadi di Kabupaten Balangan, Banjar, Tanah Laut, Kota Baru Tabalong hingga Hulu Sungai Selatan dan Utara, ada kemungkinan di tahun 2021 ini lebih banyak lagi titik banjirnya,” beber Syam’ani.

Lebih jauh secara geospasial Syam’ani juga mendata kejadian banjir di Kalsel sejak beberapa tahun yang lalu, didapati kejadian banjir terlama pernah terjadi pada 2010. Hasil ini didapati berdasarkan Citra Landsad 7 ETM+ Akuisisi 16 April 2010.

 

Diskusi ilmiah banjir Banjir Kalsel : Permasalahan dan Solusinya.

Banjir terbesar sebelum kejadian banjir di 2021 ini ada beberapa titik sungai yang mengalami banjir pada kala itu, seperti yang terjadi di Sungai Martapura, Sungai Kusan, Sungai Batulicin hingga Kabupaten HSU, ternyata sekarang beberapa banjir di titik ini terulang kembali pada saat sekarang.

“Intensitas hujan sekarang ini tentu lebih besar, namun sekarang kendati ketinggian air masih landai di bagian sebelah timur banjir di Sungai Kusan dan Sungai di Batulicin banjir tidak terlalu signifikan,” ujarnya.

Sementara jika dilihat dan dibandingkan dari tahun yang lebih dekat yakni di 2019, secara luasan banjir sekarang lebih besar bahkan 5 kali lipat yang mana 2019 yang lalu 11.674,45 hektare lahan terendam banjir di 13 kabupaten kota di Kalsel.

“Banjir di kalsel 2021 ini terjadi sejak Januari hingga sekarang sebagian daerah masih mengalami banjir, namun sangat disayangkan saat terjadi puncaknya banjir saat 13 hingga 14 Januari tidak ada citra satelit di atas Kalimantan Selatan, sehingga kami tidak bisa menyajikan geospasial puncak banjir pada kala itu,” akunya.

Jalan di Desa Datar Ajab, Kecamatan Hantakan, HST, terputus karena diterjang banjir bandang dan longsor pada 13 Januari 2021. Foto: tius

Hasil Analisis Polarimetri Citra Sentinel pada 8 hingga 20 Januari 2021

Banjir tidak terlalu berdampak besar di daerah Kotabaru hingga Tanah Bumbu, sehingga tidak menimbulkan kerugian hingga korban. Yang mana wilayah yang mengalami banjir terluas pada kala itu ada di Kabupaten Banjar dan Barito Kuala yang sama sama kurang lebih 16 ribu hektare.

“Secara luas banjir kali ini terjadi tidak hanya di dataran rendah, namun juga terjadi di dataran tinggi, yang mana untuk banjir kali ini terjadi di daerah barat yang didominasi dataran-dataran landai, ketinggian tempat titik banjir pada titik tertinggi pada permukaan laut ada di ketinggian 330 meter itu ada di Kabupaten HST,” paparnya.

Guna melihat dampak banjir terhadap penutupan atau penggunaan lahan Syahmani menjelaskan berdasarkan data di 2017 yang di tumpang susun kejadian banjir yang terjadi hingga 20 januari, dampak banjir Kalsel terbesar terjadi di lahan pertanian dengan presentase 66,08 persen.

“Selain itu saya juga overlay data banjir dengan RTRWP tahun 2015 sampai 2035 data ini mirip dengan penutupan lahan, ternyata kejadian banjir ini juga terjadi di lahan basah menyusul kawasan perkebunan. Kedalaman genangan air banjir di Kalsel saya juga melihat berdasarkan data di lapangan kedalaman genangan air hingga 20 Januari itu tercatat hingga 3 meter yang terdi,” katanya.

Banjir besar di Kalsel terparah sepanjang sejarah. Foto: dok.kanalkalimantan

Tambahnya lagi dampak penutupan lahan kondisi perubahan yang didapat sejak 1990 hingga 2017 berdasarkan kondisi hutan yang dapat dilihat terjadi deforestasi lebih dari 1 juta hektare,  yang mana terjadi cenderung lebih besar di wilayah lebih bagian barat Pegunungan Meratus Kalsel.

“Sebenarnya dibagian timur itu besar juga hanya saja bagian hutannya itu cenderung lebih basar di banding sebelah barat Kalsel, sementara saat yang sama penguhutanan kembali tidak sampai 11 ribu hektare. Desporesai terbesar itu terjadi pada tahun 2015 berdasarkan hasil riset Indonesian jurnal of geografy,” jelasnya.

Banjir juga menenggelamkan sejumlah ruas jalan di Kota Banjarmasin.

Sebelumnya bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Derah Provinsi Kalsel, pihaknya juga sudah melakukan penelitian kerawanan banjir di tahun 2010 yang mana mengejutkan dari 241 titik banjir yang ditemukan dilapagan pada saat ini, 86 persennya jatuh ditempat yang memang diprediksi rawan dan sangat rawan.

“Pihak PNBP juga sudah menyajikan kawasan kerawanan banjir dengan analisis cenderung lebih luas dari hasil analisis kami satu dekade yang lalu,” akunya. (kanalkalimantan.com/rdy)
Reporter: rdy
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->