Connect with us

HEADLINE

Air Banyak “Bocor”, Pengelolaan Irigasi Riam Kanan Belum Optimal


Awalnya pembangunan Daerah Irigasi (DI) Riam Kanan diharapkan bisa mengairi 25.900 hektare sawah. Namun kenyataannya, sejauh ini baru bisa mengairi areal lahan persawahan seluas 6.000 hektare saja. Kok bisa?


Diterbitkan

pada

Anak-anak bermain di saluran irigasi Riam Kanan yang sedang proses pengeringan. Foto: Rudiyanto

MARTAPURA, Meski sudah dibangun dan mengalirkan air dari pintu Bendung Mandi Kapau, di Desa Mandi Kapau Barat, Karang Intan sejak di penghujung era 1980-an, namun keberadaan Daerah Irigasi (DI) Riam Kanan belum banyak memberi manfaat bagi sektor pertanian.

Faktanya, dari target 25.900 hektare sawah yang mestinya dapat terairi dari saluran irigasi, hanya 8.000 hektare yang terealisasi hingga tahun 2007. Tahun bertambah, luasan lahan yang diairi saluran irigasi primer sepanjang 24 KM ini justru menyusut. Berdasarkan data pada Satuan Kerja Perangat Daerah Tugas Pembantuan Operasi Pemeliharaan DI Riam Kanan, luasan lahan persawahan yang terairi irigasi kini tersisa seluas 6.000 hektare saja.

Bahkan, keberadaan DI Riam Kanan kini justru tak ubahnya sebuah ironi. Pasalnya, jerit para petani kian melengking dari tengah pematang sawah yang kini tak lagi dapat digarap dampak dari buruknya tata kelola saluran. Termasuk pemanfaatan air aluran irigasi untuk sektor perikanan yang notabene di luar fungsi utama.

Seperti jerit para petani di empat desa; Desa Bincau di Kecamatan Martapura, Labuan Tabu dan Jinggah Habang di Kecamatan Karang Intan,  dan sebagian Desa Pingaran Ilir di Kecamatan Astambul yang tak lagi dapat menggarap sawahnya sejak tahun 2006 silam.

Padahal sebelum tahun 2006, menurut Fauzi, salah seorang petani di Desa Bincau belum lama tadi, ratusan hektare areal persawahan yang kini tak dapat digarap tersebut adalah lahan persawahan potensial dengan masa tanam dua kali salam satu tahun. Namun semenjak kolam-kolam ikan yang mengambil air dari saluran Irigasi Riam Kanan kian masif dan terus bertambah jumlahnya, ratusan hektare sawah milik petani tak lagi dapat digarap.

Air buangan dari kolam-kolam ikan, ujar Fauzi, membuat areal persawahan tak pernah kering. Air yang terus menggenang kendati musim sedang kemarau, membuat sebagian warga kehilangan mata pencaharian. Tak sedikit warga yang terpaksa alih profesi karena itu.

“Sekitar 200 hekare sawah yang nyaris tak pernah kering akibat air buangan dari kolam-kolam ikan yang tak pernah henti,” ujar Fauzi belum lama tadi.

Mansyuri, petani di Desa Bincau menambahkan, sebelum ada kolam-kolam ikan, ia dan petani lainnya rutin memanen padi dengan hasil memuaskan kendati padi yang ditanam dari jenis lokal seperti siam unus dan adil.


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->