Connect with us

HEADLINE

80% Lahan Gambut Berhasil Terselamatkan dari Pembakaran dalam 3 Tahun Terakhir


Menteri KLHK RI, Siti Nurbaya menyampaikan keberhasilan membawa 500 kasus kebakaran hutan dan gambut ke meja hijau, hal tersebut disampaikannya pada saat menghadiri Pertemuan Mitra Kerja Global Peatland Initiative di Brazaville, Ibu Kota Republik Kongo, pada bulan Maret lalu


Diterbitkan

pada

Upaya melindungi gambut menjadi konsesus bersama dalam Jambore Masyrakat Gambut di Kalsel. Foto: hendera

BANJAR, Sekitar 80 persen luasan lahan gambut terbakar berkurang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.  Di tahun 2015 luasan lahan gambut terbakar di Indonesia mencapai angka 2,6 juta hektare, terjadi penurunan sekitar 84,6% di tahun 2016 menjadi 400 ribu hektare. Dan di tahun 2017 berkurang 60% dari tahun 2016 menjadi 160 ribu hektare.

Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Hendroyono mengatakan, berkurangnya luasan lahan gambut yang terbakar dalam 3 tahun terakhir (2015-2018) berkat kerjasama yang dilakukan pemerintah pusat dengan provinsi dan kabupaten/kota, seluruh stakholders, TNI-Polri dan seluruh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Menurut Bambang, penataan dan pengelolaan gambut dalam pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan merupakan amanat Presiden RI Joko Widodo. Setiap awal tahun dilaksanakan Rakornas (rapat koordinasi nasional), dalam rakornas tersebut disampaikan terkait peran dari kepemimpinan di pusat, provinsi dan kabupaten bekerjasama dengan stakeholders untuk menata dan mengelola gambut, dengan memperioritaskan pada pemulihan ekosistem gambut.  Dalam pengendalian karhutla ada kegiatan membangun pencegahan kemungkinan terjadinya karhutla yang dilakukan oleh seluruh stakeholder di Indonesia, baik di areal-areal konsesi atau non konsesi.

“Peran serta masyarakat khususnya masyararakat gambut Indonesia yang hadir hari ini juga termasuk di dalamnya ketika melakukan patroli serentak dan terpadu untuk berniat tidak ada api lagi di daerah-daerahnya,” kata Bambang.

Bambang berharap agar menjaga fungsi ekosistem gambut agar tetap basah/lembab di musim kemarau dan tidak terjadi banjir di saat musim hujan.  Menurutnya, masyarakat mulai terus dibina, “Insyaallah di tahun 2018 karhutla tidak ada lagi, dan menjadi sebuah pelajaran berharga bagi Indonesia dalam mengelola gambut dengan kerja bersama seluruh stakeholder untuk menjaga ekosistem gambut,”pungkasnya.

Menurutnya, dengan mengelola gambut itu selain mencegah terjadinya karhutla, juga dapat meningkatkan produktifitas masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

“Jadi disamping tidak ada karhutla, diharapkan produktifitas rakyart juga meningkat,” harapnya.

Terkait siaga karhutla di, menurut Bambang, semua sudah sudah mempersiapkan diri siaga karhutla di awal tahun, karena menurut prakiraan BMKG ada kemungkinan kemarau yang agak sedikit lama, jadi sejak awal tahun sudah ada Rakornas terkait hal tersebut.

Menurut Bambang, seluruhnya diperintahkan menjalankan keberhasilan yang sudah ada dan menguatkan peran dari seluruh satgas, baik di pusat, provinsi dan kabupaten, juga menguatkan desa dengan membangun desa peduli api, “yang menjaga lingkungannya agar dalam mengelola hutan lahan sekecil mungkin tidak ada lagi penyiapan lahan dengan membakar,” pungkasnya.

Bambang menyampaikan, secara nasional hotspot mengalami penurunan begitu pula dengan luas areal terbakar, yang ini semua merupakan bagian dari restorasi gambut.  Dengan dilakukannya restorasi hidrologis dengan melakukan pembangunan sekat-sekat kanal dan pembangunan sumur bor dan sebagainya dapat menjaga kelembaban dan tata air di lahan gambut, sehingga keberadaan air di lahan gambut tidak terpusat pada suatu titik tetapi dapat terbagi secara merata, “sehingga dapat menjamin kehidupan tanaman maupun kehidupan masyarakatnya, ini akan terus dikembangkan agar produktifitasnya meningkat,” bebernya.


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->