Connect with us

Kuliner

Tak Terpengaruh Virus Corona, Kuliner ‘Kelelawar Bacem’ Tetap Laris

Diterbitkan

pada

kuliner ektream khas Jogja codot bacem yang masih digemari Foto: handayani

KANALKALIMANTAN.COM, YOGYAKARTA– Di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul ada sebuah warung khas masakan ekstrem. Salah satu menu yang disajikan adalah kelelawar bumbu bacem.

Kelelawar buah yang dipilih untuk dimasak bumbu bacem. Biasanya kelelawar buah disebut codot. Bukan kelelawar gua yang baunya sangat anyir. “Saya jual codot bacem sudah turun temurun, tetap banyak yang beli,” kata Sukarwanti, penjual codot bacem di Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul.

Menurut Sukarwanti kepada tempo.co, para pelanggan codot bacem meyakini justru mengonsumsi binatang itu bisa menyembuhkan penyakit terutama asma, asam urat dan diabetes. Meskipun saat ini tengah merebak adanya virus corona yang diduga ditimbulkan oleh kelelawar, namun warung itu tetap didatangi para pelanggan.

Sukarwanti meyakini codot bacem olahannya aman dikonsumsi. Sebab, proses pengolahannya lama. Mulai dari membedah kelelawar, membersihkan hingga mengulitinya. Setelah bersih, codot itu digodok hingga lama. Bumbu bacem dimasukkan dalam rebusan sehingga rasa daging sangat gurih lalu digoreng. Proses memasak yang lama itu diyakini tidak masalah jika daging codot dikonsumsi.

“Codot didapat dari warga yang berburu, di tegalan dan dekat pantai,” kata Sukarwanti.

Harga codot bacem juga tidak mahal, yaitu antara Rp 7.000-Rp 8.000 untuk ukuran kecil dan sedang. Untuk ukuran besar dijual Rp 15 ribu per ekor.

Para pembeli tidak hanya dari wilayah Gunung Kidul, namun juga banyak dari luar kota. Bahkan ada yang telepon untuk diantarkan codot bacem. Sukarwanti berpendapat, jika memang virus corona disebabkan oleh kelelawar, itu karena cara memasaknya. Bahkan di China ada yang mengonsumsi kelelawar mentah.

Slamet, warga Bantul yang menyukai makanan ekstrem mengaku sering makan kelelawar bacem masakan Sukarwanti ini. Ia juga percaya kalau memasaknya dengan benar, tidak akan menimbulkan penyakit justru menjadi obat. “Saya sudah langganan sejak gempa bumi Bantul 2006. Selain rasanya gurih, juga bisa mengurangi rasa sakit asam urat,” kata dia.(tempo)

 

Editor : Cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->