Connect with us

Kota Banjarbaru

Sapardi Berbagi Tips Penulisan Puisi dengan Sastrawan Muda di Acara KBF

Diterbitkan

pada

Acara meet and great dengan sastrawan Sapardi Djoko Damono. Foto : devi

BANJARBARU, Prof Dr Sapardi Djoko Damono, penyair ‘Hujan Bulan Juni’  merupakan sastrawan ternama Indonesia yang dikenal melalui berbagai puisi-puisinya yang penuh dengan kata-kata sederhana. Kali ini, tokoh sastra tersebut menyempatkan hadir di Banjarbaru dalam rangkaian acara Kalsel Book Fair (KBF) yang berlangsung di Lapangan Murjani.

Sebuah moment langka, saat begawan sastra nasional ini dapat berbagi pengetahuan dengan masyarakat Kalsel dalam acara meet and greet, pada Sabtu (31/3) lalu. Pada kesempatan itu, Sapardi menyampaikan sebagai penulis puisi yang masih awal untuk memulai, langkah yang dapat dilakukan adalah meniru orang lain yang sudah berhasil.

Sama halnya balita, saat hendak belajar berjalan dia tidak memiliki buku panduan untuk berjalan melainkan melihat orang lain berjalan.

“Awal untuk memulai sebagai seorang penulis, kita harus bisa untuk meniru orang lain. Meniru di sini tidak menjiplak, namun kita meniru dan mengikuti penggunaan diksi yang di tuangkan dalam tulisannya. Sama seperti seorang balita yang belajar berjalan, dia tidak mempunyai buku panduan untuk berjalan namun dia melihat orang lain berjalan dan akhirnya dia bisa berjalan,” terangnya.

Saat ini sastra itu tidak hanya terdiri atas lembaran-lembaran kertas yang disusun menjadi sebuah buku. Namun sastra saat ini sudah berkembang menjadi berbagai bentuk seperti blog, vlog, dan masih banyak lagi.

“Tidaklah sulit bagi orang untuk mengembangkan minatnya di bidang sastra. Tidaklah terpaku bahwa sastra hanya berbentuk buku, saat ini sudah banyak bentuk sastra yang bisa ditulis seperti membuat blog,vlog, dan masih banyak lagi. Untuk urusan baik buruknya hasil tulisan kita, itu utusan nanti. Yang penting kita mulai menulis saja dari sekarang,” tambahnya.

Dalam kesempatan ini, Sapardi Djoko Damono juga menjelaskan bahwa menjadi penulis puisi tidak perlu takut bahwa tulisannya akan mendapat cibiran alay dan lebay. Karena sejatinya sastra berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

“Saat memulai menulis sebuah puisi, tidak perlu kita takut untuk menggunakan diksi atau frase yang akan dinilai alay atau lebay oleh pembaca. Karena pada hakekatnya sastra dapat berkembang mengikuti kemajuan jaman. Tidak mungkin saat ini saya menggunakan frase yang lama. Pasti saya akan menggunakan frase atau kosa kata baru yang saat ini sering didengar seperti ciyus kayak gitu,” imbuhnya.

Antusias peserta yang hadir dalam meet and greet itu pun beragam. Dari anak mudah hingga orang tua. Salah satu agenda dalam kegiatan KBF ini menjadi salah satu moment yang tak terlewatkan oleh para pecinta sastra. Seperti juga Padhil, yang ingin bertemu langsung dengan seoarang Sapardi Djoko Damono. “Kapan lagi bisa bertemu dengan beliau secara langsung, ini baru pertama nanti bakalan lebih banyak ketemu sama penulis ternama lainnya,” ujarnya.

Begitu juga dengan Hasan, warga Martapura ini sangat mencintai buku. Dalam setiap event, dia hadir untuk berburu berbagai macam buku yang menarik perhatiannya. Namun sayang dalam kesempatan itu dia tak bisa meminta tanda tangan Sapardi karena bukunya masih dipinjam teman, dan lupa dikembalikan. “Sedih cuman bisa foto bareng, bukunya ada di tempat teman dan masih belum dikembalikan,” sesal Hasan. (devi)

Reporter : Devi
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->