Connect with us

Bisnis

Saat Para “Raksasa Bisnis” Menyuntik Go-Jek dengan Dana Rp 16 Triliun

Diterbitkan

pada

Masuknya Google, Astra, hingga Group Jarum dalam kerjasama dengan Go-Jek semakin memperkokoh unicorn asal Indonesia ini. Foto: Net

JAKARTA, Go-Jek semakin meneguhkan diri sebagai perusahaan kelas dunia. Masuknya Google, Astra, hingga Grup Djarum, membuat valuasi penyedia ride sharing tersebut meroket di kisaran 4 miliar dollar AS atau setara Rp 53 triliun.

Tapi, berapa sebenarnya kucuran dana yang diterima Go-Jek? Salah satu unicorn Indonesia ini tidak merinci berapa uang yang diperoleh dari sesi penggalangan dana terakhir. Beberapa investor mengungkap besaran dana yang mereka kucurkan, beberapa yang lain merahasiakan.

Astra, dalam sebuah acara yang digelar pada Senin (12/2) lalu, menyebut bahwa dana yang mereka kucurkan untuk Go-Jek di sesi pendanaan terakhir mencapai 150 juta dollar AS atau setara Rp 2 triliun.

Lalu, dalam waktu berurutan, anak usaha Grup Djarum, yaitu Global Digital Niaga, mengumumkan mengucurkan uang untuk Go-Jek di sesi pendanaan serupa. Namun, tidak diungkap besar dana tersebut.

Sebelum Astra dan GDN mengumumkan pendanaan, ada juga tiga perusahaan raksasa yang telah mengucurkan dana ke Go-Jek. Perusahaan tersebut adalah Google, Meituan-Dianping, dan Temasek. Hanya Google yang resmi mengungkap bahwa mereka mengucurkan dana ke Go-Jek. Selain itu, tidak diketahui besar dana yang dikucurkan masing-masing perusahaan.

Kabar yang beredar menyebutkan bahwa Google sang raksasa internet menanam modal 100 juta dollar AS atau lebih dari Rp 1,3 triliun di Go-Jek.

Informasi yang beredar menyebut, sesi pendanaan yang diikuti Astra, GDN, Google, Meituan-Danping, dan Temasek itu menghasilkan dana total 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 16 triliun.

Pada Maret 2017 lalu pun Go-Jek diketahui mendapat kucuran dana dari raksasa internet China, yakni Tencent, dan perusahaan e-commerce JD.com. Tencent mengungkap telah mengucurkan dana 150 juta dollar AS atau Rp 2 triliun, sedangkan JD.com senilai 100 juta dollar AS atau Rp 1,3 triliun.

Beberapa bulan sebelumnya, yaitu Agustus 2016, Go-Jek juga telah mendapatkan pendanaan kolektif senilai 550 juta dollar AS atau lebih dari Rp 7,2 triliun. Nama-nama investor yang menanam modalnya di Go-Jek pada kurun waktu tersebut adalah KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Markets.

Selain itu, ada juga investor-investor lama yang terus menggelontorkan dana ke Go-Jek, yaitu Sequoia India, Northstar Group, DST Global, NSI Ventures, Rakuten Ventures, dan Formation Group. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa sepanjang 2016 hingga 2018, Go-Jek telah menerima kucuran dana sekitar Rp 26,5 triliun. Ini baru yang diungkap ke publik saja, belum terhitung kucuran dana yang jika ada, tidak disampaikan ke publik.

Go-jek merupakan satu dari empat unicorn yang muncul di Indonesia. Unicorn merupakan sebutan bagi start-up atau perusahaan rintisan yang mempunyai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun (kurs Rp 13.500 per dollar AS). Adapun unicorn lainnya, adalah Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

CEO Go-Jek Nadiem Makarim menerangkan, pihaknya juga berencana menjalin kerja sama dengan para investor barunya. Kolaborasi dimaksudkan untuk memadukan kelebihan core business dari para investor dengan Go-Jek. Untuk Astra,  Nadiem mengatakan bentuk kerja sama antar kedua pihak di masa depan bisa mencakup hal-hal yang menjadi kekuatan bisnis inti Astra, terutama berkaitan dengan industri otomotif.

“Ada banyak hal terkait kendaraan seperti leasing, distribusi, asuransi, dan lain-lain yang bisa membantu kesejahteraan dan kenyamanan para driver kami dan konsumen,” ujar Nadiem dilansir kompas.com.

Selain itu, Nadiem turut mengungkap peluang Go-Jek melakukan ekspansi ke Papua, terutama karena dealer Astra juga sudah menjangkau daerah paling timur di Indonesia tersebut.

Untuk GDN, Nadiem menerangkan kerja sama dengan Go-Jek akan diawali dengan fokus ke para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), baik dalam bidang pembayaran, logistik, atau lain-lain yang sedang dieksplorasi oleh kedua pihak.

Sedangkan, dengan Google, Nadiem mengatakan  pihaknya berniat melakukan kolaborasi dengan sang raksasa internet, terutama dalam hal engineering dan kecerdasan buatan yang menjadi kekuatan utama Google. “Hal-hal yang berhubungan dengan AI (artificial intelligence, kecerdasan buatan), machine learning, dan berbagai otomatisasi sedang kami eksplorasi dengan Google,” pungkasnya. (cel/kom)

Reporter: Cel/kom
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->