Connect with us

Budaya

Perlunya “Infus” bagi Kesenian Tradisional Kalsel yang Terancam Punah

Diterbitkan

pada

Sejumlah kesenian tradisi di Kalsel terancam punuh karena berbagai faktor, di antaranya minimnya pentas kesenian. Foto: istimewa

BANJARBARU, Perkembangan zaman tak dipungkiri menyebabkan sejulah kesenian tradisional terpinggirkan. Keanggunan tradisi masa lalu, kini tergantikan oleh seni masa kini yang lebih menonjolkan glamour, massa, tanpa beban etika, dan instan.

Selebihnya, seni tradisional yang hidup segan mati pun tak mau, hidup dari pangung-panggung kecil, atau menggelar tikar di depan rumah makan modern. Jika pun beruntung, mereka masih diberikan ruang untuk sekadar meramaikan pentas hari jadi pemerintah.

Di Kalsel, banyak sekali jenis kesenian tradisional. Namun, beberapa kini kondisinya sudah hampir punah karena cukup jarang dipentaskan. Pemerhati budaya Ahmadi Sofyan kepada Kanalkalimantan.com mengatakan,  beberapa kesenian tradisi mulai ditinggalkan karena biasanya perlu banyak biaya untuk pementasan. Tak heran, jika perlu moment besar pula untuk bisa menghadirkan di tengah masyarakat.

“Besarnya biasa pentas juga mempengaruhi kesenian tradisional untuk dipentaskan. Tak seperti kesenian modern yang bisa lebih instan,” ujarnya.

Misalnya saja, penari Baksa Kembang paling tidak memerlukan dana sekitar Rp 5-10 juta untuk pentas. Orang awam mungkin kaget dengan biaya tersebut, hal ini lantaran perlu biaya untuk menyedikan bunga yang benar-benar masih fresh, hidup, dan banyak.

“Maka yang diperlukan saat ini adalah apresiasi dan kepedulian untuk saling memiliki seni budaya itu. Bukan saja pemerintah, tapi masyarakat juga harus berperan. Saya tidak alergi dengan diskusi dan seminar, namun yang kita perlukan sekarang adalah action. Perbanyak komunikasi, antara pemerintah masyarakat pelaku seni tersebut,” ujar Ahmadi Sofyan.

Memang, di satu sisi, sejumlah pelatihan dan worksop terus dilakukan untuk pelestarian kesenian dan budaya ini melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Namun masyarakat dan pemerintah dituntut untuk ikut menghidupunya pula.

Kasi Kesenian Provinsi Kalsel, Irwan Afiadin menambahkan, perlunya kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat dalam merawat seni tradisional menjadi kuncinya. “Saling menjaga seni kebudayaan yang terdeteksi sedang mengalami ancaman kepunahan perlu dilakukan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, untuk Kalsel bebepa kesenian yang masuk kategori terancam punah di antaranya Tari Tantayungan Banjar, Bagandut dari Tapin, Zapin Sigam asal Kotabaru. Upaya pendekatan dan pengembangan terus ditingkatkan dalam menjaga seni ini. “Masyarakat atau pemilik seni budaya tersebut, paling tidak harus menyimpan beberapa data dan property kebudayaan yang dimaksud,” ujar Irwan.


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->