Connect with us

Historia

Jejak Tukang Cukur di Indonesia, dari Madura hingga Negeri China

Diterbitkan

pada

Tukang cukur rambut zaman dulu Foto : net

Lapak para tukang cukur rambut tradisional, saat ini mungkin telah tersingkir di pasar-pasar. Dulu, dikenal namanya tukang cukur keliling, yang membawa seperangkat kotak cukur, kursi lipat, dengan bersepeda keliling kampung. Tapi, di zaman sekarang peran mereka sudah banyak diambil alih oleh Barbershop!

Lalu, tahukah siapa pertama kali memopulerkan jasa cukur rambut di Indonesia? Sejauh ini memang belum ada catatan pasti kapan pertama kali sejarah para tukang cukur rambut muncul. Begitu juga di dunia, sejarah potong rambut disebut-sebut sudah sejak zaman purba, jauh sebelum Robert Hincliffe, pria Inggris Raya itu menemukan gunting pada 1761.

Di Indonesia, jejak tukang cukur jalanan bisa ditemukan pada dokumentasi foto-foto zaman kolonial Belanda. Misalnya dokumentasi foto Indonesia tempo dulu milik KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) yang bermarkas di Leiden, Belanda.

Lembaga itu menyimpan banyak koleksi foto para tukang cukur rambut jalanan di beberapa kota besar Indonesia mulai periode 1911 hingga 1930-an. Misalnya foto aktivitas orang Madura di Surabaya yang berprofesi sebagai tukang cukur pada 1911 dan tukang cukur rambut asal China di Medan pada 1931.

Tukang cukur memang pernah identik dengan orang Madura. Seperti ditulis Muh Syamsuddin dalam jurnalnya berjudul: Agama, Migrasi dan orang Madura pada 2007 lalu. Dia menganalisis bahwa perjalanan migrasi orang-orang dari pulau garam itu terjadi sejak konflik antara Trunojoyo dan Amangkurat II pada 1677. Konflik itu menyebabkan para pengikut Trunojoyo enggan kembali ke Madura.

Mereka akhirnya menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Orang-orang ini pada beberapa masa kemudian memilih mencari nafkah di sektor informal, seperti tukang soto, tukang sate, dan tukang cukur. Selain kuatnya tradisi migrasi itu merupakan bentuk jawaban terhadap kondisi ekologis pulau Madura yang gersang dan tandus.

Selain orang Madura, orang-orang China zaman dulu juga banyak yang menjadi tukang cukur. Persebaran orang-orang dari daratan China ini memang terjadi sejak berabad-abad lampau lamanya. Mereka bermigrasi dan menyebar ke banyak negara, termasuk ke pelosok-pelosok wilayah Nusantara.

Haryoto Kunto dalam bukunya berjudul: Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), pernah menuliskan bahwa orang China di Bandung pada masa lalu ternyata juga dikenal menguasai profesi sebagai pemangkas rambut dan mengorek kotoran telinga dengan alat yang disebut “kili-kili.”

Selain orang Madura dan China, dalam buku itu Haryoto juga menyebut bahwa beberapa orang Jepang juga memiliki toko pangkas rambut di alun-alun Bandung pada 1932, misalnya Toko Tjijoda, Toko Nanko, dan Toyama.

Selain daerah-daerah itu, tukang cukur belakangan juga identik dengan Garut. Ada ribuan tukang cukur lahir dari kota itu, dan menyebar ke banyak daerah. Konon, cerita banyaknya tukang cukur asal Garut ini lekat dengan kisah pemberontakan DI/TII yang dipimpin Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, antara 1949 hingga 1950-an.

Akibat konflik itu, banyak orang-orang garut bermigrasi ke daerah lain. Untuk bertahan hidup, mereka ada yang sekadar bekerja menjadi tukang cukur. Ternyata profesi itu menjanjikan, sehingga akhirnya banyak ditiru orang-orang Garut lainnya.

Bahkan, karena banyaknya orang Garut menjadi tukan cukur, sampai-sampai dijadikan ‘joke’ hakim yang memimpin sidang kasus pemberontakan Kartosoewirjo. Seperti ditulis dalam buku Tempo berjudul “Kartosoewirjo: mimpi negara Islam”.

Di buku itu ditulis cerita dari sumber resmi tentara yang banyak dikutip di koran-koran pada waktu itu, yang menyebutkan bahwa pada sidang perdana, Kartosoewirjo ditanyai soal kejelasan identitas dan perkara yang dia hadapi. “Jangan sampai yang dihadirkan dalam sidang ini adalah Kartosoewirjo tukang cukur, bukan Kartosoewirjo pemimpin gerombolan,” kata Hakim sidang waktu itu.(cel/mer/berbagai sumber)

Reporter: cel/mer/berbagai sumber
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->