Connect with us

Kabupaten Banjar

#IndonesiaMakinCakapDigital: Gatalnya Jari-jemari, Berbahasa di Medsos Kian Memprihatinkan

Diterbitkan

pada

Diskusi literasi digital di Kabupaten Banjar Rabu (30/6/2021).Foto: ist

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Cakap digital itu bagaimana dapat menjaga perilaku di media sosial. Cakap digital juga soal etika dengan teman di dunia nyata saat beraktivitas digital.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Banjar untuk Indonesia, diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bertajuk “Aman dan Nyaman dalam Berbudaya di Internet”, Rabu (30/6/2021).

Webinar ini merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama yakni digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Nara sumber webinar Linda Widiachristy, seorang arsitek dan peneliti kota dalam bahasan digital culture mengenalkan budaya Indonesia melalui literasi digital.

 

 

Apa itu digital culture? yakni budaya plus teknologi jadi satu. “Mengapa literasi digital penting, karena mempengaruhi cara kita berpikir,” kata Linda. Saat ini informasi berlimpah di internet, membuat harus berpikir cepat dan kreatif.

Perlu kembali ke dasar wawasan kebangsaan dan bhineka tunggal ika sebagai landasan dalam dunia digital.
“Sebagai pengingat kita dalam dunia digital. Kita suka lupa budaya, ketika berada di media sosial,” kata Linda.

“Berhati-hati bersikap di dunia digital, jangan asal ngomong atau menulis apapun di media sosial. Itu akan menjadi cerminan kita sendiri,” kata mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Belanda ini.

Dikatakan Linda, memang orang punya hak berekpresi sebebas-bebasnya di dunia digital. “Tapi kita juga harus ingat kewajiban, tidak sampai menyinggung orang lain di dunia maya,” katanya.

Di luar negeri, ucap Linda, sangat jarang berkomentar di media sosial. “Karena orang di sini sudah sangat menghargai privasi seseorang,” kata Linda.

Beda dengan netizen atau warganet Indonesia, satu saja komentar, suporternya sangat banyak sekali.

Sementara itu, Rossi Rahardjo, peneliti lembaga konsultan komunikasi Nusakom Pratama, sekarang ini perlu adaptasi di masa pandemi. Adaptasi itu, diantaranya kecakapan masyarakat di dunia digital, kecakapan dengan membanjiri konten positif, waspada hoaks, konten negatif, dan UMKM on boarding.

Ya, internet sudah mengubah peta dunia kerja di dunia nyata. Bila dulu dadget hanya sekedar gaya-gayaan dan update status, sekarang sudah menjadi alat untuk promosi dan bisnis, kata Rossi.

Skill yang dibutuhkan di masa sekarang, kemampuan menguasai teknologi, kemampuan mengunakan media sosial, dan kemampuan berbahasa. “Teknologi ini tidak hanya bagi orang muda,” kata Rossi.

Nah, terkait etika berbahasa anak-anak muda sekarang ini, sungguh sangat memprihatinkan, kata Rossi Rahardjo.

“Anak-anak muda milineal di media sosial ketika menulis P, apa itu maksudnya, ini hal-hal yang ada di kehidupan kita, ayolah berbahasa itu penting dan beretika itu juga penting,” ingat Rossi.

Kecakapan digital di masa pendemi yang mendukung pembelajaran. “Anak-anak sekolah sudah banyak yang pakai zoom saat ini,” kata Rossi.

Key Opinian Leader webinar, Kevin Pradana, mengatakan, era pandemi bagi anak-anak milineal harus tetap kreatif. Peluang kesempatan anak milenial kreatif dan bijaksana dalam dunia internet atau digital.

“Kita tahu, milenial itu jari-jarinya gatal semua, postingan apapun dikomentari,” kata Kevin. Anak milenial sekarang memang suka mengkritik, tapi tidak bisa memberikan solusi.

“Perlu diingat, kritik itu tidak ditolak, tapi bagaimana kritik dengan benar dan dengan cara positif, berikan solusi,” sambung Kevin.
Khusus anak-anak milineal, sekarang ini medsos itu ajang pamer dan berkomunikasi.

Namun, kreatiflah dalam bersosial media. “Kreatif dalam mengomentari apapun itu, berprilaku positif di dunia digital, berprilaku kreatif juga di internet,” kata Kevin.
Rini Dwi Masmuda, penyiar LPPL Abdi Persada, etika berjejaring di media sosial. Etika berbahasa tidak dipergunakan lagi dalam media sosial, hal itu yang sudah dilupakan sekarang ini,

“Penggunaan bahasa yang baik dan benar di dunia digital sudah sangat parah, terutama anak-anak yang saat ini sangat dekat dengan dunia internet,” beber Rini.
Salah satu etika dalam dunia digital yang bisa dilakukan, janganlah memposting keluh kesah di media sosial. (kanalkalimantan.com/al)

Editor: kk


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->