Connect with us

INTERNASIONAL

Ikon Perlawanan Myanmar, Suster Berlutut agar Militer Tak Tembak Demonstran

Diterbitkan

pada

Seorang suster Katolik bernama Nu Thawng dari ordo Saint Francis Xavier, kekinian menjadi ikon perlawanan rakyat Myanmar terhadap junta militer. Itu setelah fotonya berlutut agar militer tak menembaki demonstran viral di dunia.[Twitter]

KANALKALIMANTAN.COM, MYANMAR – Seorang suster Katolik bernama Nu Thawng dari ordo Saint Francis Xavier, kekinian menjadi ikon perlawanan rakyat Myanmar terhadap junta militer setelah yang disebut terakhir melakukan kudeta serta menahan mayoritas pemimpin sipil.

Suster Nu Thawng SFX menjadi ikon perlawanan Myanmar dan mendunia, setelah fotonya yang berlutut di hadapan militer serta polisi Myanmar tersebar di media-media sosial.

Dalam sejumlah foto yang disebar Kardinal Charles Bo tersebut, tampak Suster nu Thawng SFX menangis sembari berlutut di hadapan aparat militer Myanmar yang sedang berhadap-hadapan dengan demonstran.

Berdasarkan keterangan Kardinal Charles Bo, sang suster berlutut agar militer serta polisi Myanmar berhenti menembaki demonstran tak bersenjata.

“Suster Nu Thawng, seorang biarawati SFX, memohon kepada kepolisian untuk tidak menembak warga sipil yang memprotes kebebasan, hak asasi manusia, dan kebebasan mereka.” tulis Kardinal Charles Bo seperti dikutip Suara.com, Selasa (2/3/2021).

Seorang suster Katolik bernama Nu Thawng dari ordo Saint Francis Xavier, kekinian menjadi ikon perlawanan rakyat Myanmar terhadap junta militer. Itu setelah fotonya berlutut agar militer tak menembaki demonstran viral di dunia. [Twitter]

Dalam foto tersebut, yang hingga kini sudah 1.600 kali disebar ulang oleh warganet, terlihat Suster Nu berlutut sambil menangis.

Di depan polisi yang dilengkapi tameng, Suster Nu tampak berlutut untuk memohon agar aparat tidak menembak warga sipil yang ikut aksi demonstrasi.

Sementara di barisan polisi juga terlihat tentara beratribut lengkap memegang sepucuk senjata, persisnya di samping sebuah truk.

 

 

18 tewas

Para demonstran mulai turun ke jalan setelah Aung Sang Suu Kyi, pemimpin yang memenangkan pemilu diculik oleh militer pada 1 Februari 2021.

Ketika aksi protes semakin memanas, pasukan keamanan menjadi lebih agresif dalam menggunakan kekuatan.

Tiga pengunjuk rasa lainnya tewas awal Februari, sementara militer mengatakan seorang polisi juga tewas.

Perserikatan Bangsa Bangsa menyebutkan setidaknya 18 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap demonstran yang memprotes kudeta militer.

Menurut PBB, polisi melepaskan tembakan di berbagai bagian di Kota Yangon setelah granat kejut, gas air mata, dan tembakan di udara gagal membubarkan demonstran.

Myanmar Now mengunggah video seorang pria tergeletak di jalan dekat persimpangan Hledan Center di Yangon, dan memberikan ketereangan telah “ditembak di area dadanya oleh apa yang tampak seperti peluru tajam”.

Seorang pria yang menyaksikan penembakan itu mengatakan kepada majalah Frontier bahwa polisi sengaja melepaskan tembakan langsung ke pengunjuk rasa yang berlindung di terminal bus, dan “Satu orang tewas dan lainnya terluka”.

Menyadur Channel News Asia, Selasa (2/3/2021) seorang reporter Myanmar dilaporkan diserang dan ditahan oleh militer Myanmar.

Para jurnalis menjadi sasaran polisi dan tentara ketika mereka mencoba merekam kerusuhan di jalanan.

Dalam beberapa hari terakhir, beberapa telah ditangkap, termasuk seorang fotografer Associated Press di Yangon.

Reporter Suara Demokratik Burma (DVB) menyiarkan langsung serangan Senin malam di gedung apartemennya di kota Myeik.

Beberapa jam kemudian, DVB mengatakan di Twitter bahwa reporter Kaung Myat Hlaing telah dibawa dari rumahnya oleh pasukan keamanan.

DVB tidak tahu ke mana dia dibawa, dan otoritas militer mana yang membawanya,” demikian pernyataan itu.

Menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara bersiap untuk menggelar pertemuan khusus dengan militer yang berkuasa di Myanmar pada hari Selasa (2/3).

Pertemuan tersebut diadakan dua hari setelah terjadi kerusuhan paling berdarah sejak militer mengkudeta, menimbulkan kemarahan dan protes jalanan massal di seluruh Myanmar.

Jalan-jalan sebagian besar sepi di kota terbesar Yangon pada Selasa pagi menjelang apa yang dikatakan pengunjuk rasa akan menjadi demonstrasi besar lainnya.

Beberapa pusat perbelanjaan mengumumkan penutupan karena kerusuhan, beberapa di tempat-tempat protes terjadi.(Suara)

Editor : Suara

 

 

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->