Connect with us

NASIONAL

Filep Karma Sebut Gus Dur Presiden yang Paling Baik ke Papua

Diterbitkan

pada

Aktivis Papua Filep Karma menilai Presiden RI yang paling baik terhadap rakyat Papua adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Foto : Cnn Indonesia

JAKARTA, Aktivis Papua Merdeka, Filep Karma, menilai Presiden Republik Indonesia (RI) yang paling baik terhadap rakyat Papua adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. “Waktu Gus Dur tidak terdengar orang Papua ditembak,” kata Filep.

Filep mengatakan demikian karena menurutnya tak ada gejolak maupun tindakan represif yang dialami warga Papua selama pemerintahan Gus Dur yang singkat. Hal tersebut disampaikan Filep dalam kunjungannya ke kantor CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.

Gus Dur terpilih sebagai presiden RI lewat sidang umum MPR pada 1999 silam. Namun kepemimpinannya harus berakhir lebih cepat setelah dimakzulkan lewat Sidang Istimewa MPR pada Juli 2001. Setelah itu posisinya sebagai presiden digantikan Megawati Soekarnoputri yang semula menjabat Wakil Presiden RI.

Filep mengenang masa kepresidenan Gus Dur sebagai era kepemimpinan seseorang yang demokratis, manusiawi, dan pluralis.

“Kayak waktu itu TPM bisa masuk ke kota berunding dengan militer. Wow, saya juga terkaget-kaget mendengarnya. Artinya TPM ini yang selalu enggak bisa masuk ke kota, bisa didatangkan di kota,” ucap Filep.

Tak hanya itu, Filep juga mengenang keberanian Gus Dur yang mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua. Pengubahan nama itu pun ditandai Gus Dur dengan melakukan kunjungan ke Papua jelang akhir 1999 dan melihat matahari terbit pada 1 Januari 2000.

“Tahun 1999-2000, dia (Gus Dur) ingin menyaksikan matahari terbit pertama di Indonesia, di Papua. Beliau ke sana. Di situlah nama Papua kami dikembalikan,” ucap pria yang pernah dibui sebagai tahanan politik selama 11 tahun tersebut.

“Dulu kalau kami sebut kata Papua saja, ‘Wah, kamu separatis’ katanya. Cuma istilah Papua, nama Papua, itu (disebut) separatis. Belum kata ‘merdeka’, baru Papua, ‘Oh kamu separatis, kamu OPM’, langsung dituduh. Dan, itu perlakuan yang kami dapat. Intimidasi terus,” kata Filep.

Sementara itu, mengutip dari artikel yang dipublikasi NU Online 12 Desember 2018, pada 30 Desember 1999 Gus Dur melawat ke provinsi paling timur Indonesia itu dengan dua tujuan. Pertama berdialog dengan elemen masyarakat di sana, dan melihat matahari terbit pertama milenium kedua, 1 Januari 2000.

‘Pada 30 Desember 1999 dimulai jam 8 malam dialog dengan berbagai elemen dilakukan di gedung pertemuan Gubernuran di Jayapura. Meskipun dengan cara perwakilan, tetapi banyak sekali yang datang karena penjagaan tidak ketat,’ demikian dikutip dari artikel NU Online berjudul Alasan Gus Dur Ubah Nama Irian Jaya Menjadi Papua.

Gus Dur lalu mempersilakan mereka yang hadir untuk berbicara lebih dulu. Maka, mulailah mereka berpendapat. Dari yang memuji pemerintahan Indonesia, hingga keras menuntut kemerdekaan. Setelah semuanya, Gus Dur pun merespons itu, dan salah satunya menegaskan nama Irian Jaya diganti jadi Papua.

“Saya akan mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Alasannya? Pertama, nama Irian itu jelek. Kata itu berasal dari bahasa Arab yang artinya telanjang (Urryan). Dulu ketika orang-orang Arab datang ke pulau ini menemukan masyarakatnya masih telanjang, sehingga disebut Irian,” ujar Gus Dur kala itu.

Gus Dur lalu melanjutkan, “Kedua, dalam tradisi orang Jawa kalau punya anak sakit-sakitan, sang anak akan diganti namanya supaya sembuh. Biasanya sih namanya Slamet. Tapi saya sekarang ganti Irian Jaya menjadi Papua.”

Namun, kepada CNNIndonesia.com, Filep mengatakan nama Irian sebetulnya berasal dari bahasa Biak yang berarti daerah terpapar sinar matahari. Namun, sambungnya, Irian itu kemudian diartikan sebagai akronim. “Kemudian dibuat lagi singkatan ‘Ikut Republik Indonesia Anti Nederland’,” kata Filep.

Terlepas dari hal tersebut, Filep mengapresiasi kiprah Gus Dur yang memberikan keleluasaan terhadap masyarakat Papua untuk bicara apa saja. “Terus boleh mengibarkan bendera Bintang Fajar, tapi (syaratnya) lebih pendek, lebih rendah sedikit daripada Merah Putih, dan lebih kecil daripada Merah Putih,” kata Filep yang lalu berseloroh seandainya Gus Dur bisa dipilih kembali menjadi presiden.(kid/sur/cnni)

Reporter : Kid/sur/cnni
Editor : Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->