Connect with us

Lingkungan

Fenomena “Sea-Snot” di Teluk Bima, Walhi Minta Lakukan Investigasi

Diterbitkan

pada

Kondisi teluk Bima yang berwarna coklat mirip padang pasir.  Foto: tribunnews

KANALKALIMANTAN.COM, BIMA– WALHI Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta dilakukan investigasi atas kejadian di Pantai Lawata, terkait fenomena keruhnya air laut. Kejadian ini tentu bukan peristiwa alam biasa. Apalagi di sana ada stasiun Pertamina dan Pelabuhan Bima.

Menurut Walhi, kejadian ini diduga limbah yang bersumber dari kegiatan usaha Pertamina yang berada di pantai laut di Kota Bima. Berdasarkan pengamatan warga setempat, peristiwa permukaan air laut yang tertutup kotoran yang diduga limbah tersebut sudah terjadi setidaknya sejak dua hari yang lalu, ditunjukkan dengan adanya perubahan warna air laut disepenjang Pantai Amahami.

Meskipun gejala tersebut belum menunjukkan perubahan bau yang menyengat di sepanjang area pantai dan perairan dimana tumpahan limbah terjadi, namun penampakan dan bentuk yang muncul semakin parah, dimana adanya busa dan buih yang sudah mengental berwarna kecoklatan di seluruh area pantai dan cenderung berbau.

“Pemerintah seharusnya segera melakukan tindakan dan upaya cepat. Sembari melakukan uji lab, pemerintah dan pihak Pertamina seharusnya segera melakukan upaya kongkrit langsung untuk penyelamatan lingkungan yang sudah tercemar,’’ kata Eksekutif Daerah WALHI NTB Amri Nuryadin, Kamis (28/4/2022) seperti dilansir Mongabay Indonesia.

 

Baca juga  : Astronom Bosscha Sebut Hilal 1 Syawal pada 1 Mei Tergolong Sulit Dideteksi

Amri menjelaskan, belajar dari pengalaman sebelumnya, pada tahun 2020 tumpahan minyak juga pernah terjadi di perairan laut Pelabuhan Bima hingga ke Kelurahan Kolo Kota Bima, pada saat pembongkaran Minyak Marine Fuel Oil (MFO) atau minyak hitam oleh Pelindo III Bima, Nusa Tenggara Barat.

Terjadinya persitiwa tersebut karena pihak Pertamina yang tidak menjalankan standar operasional prosedur (SOP) dalam bongkar-muat minyak di pelabuhan.

Di sisi lain, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Kementerian Kelautan dan Perikanan, langsung mengumpulkan data setelah menerima laporan. Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait. Dari hasil koordinasi diduga telah terjadi pencemaran laut di kawasan Pantai Amahami, Kota Bima mulai Rabu (27/4/2022).

Berdasarkan informasi para pihak di lokasi dan observasi visual terhadap foto-video yang beredar di media sosial maupun dibagikan para pihak di lapangan. Terlihat penampakan permukaan laut berwarna coklat, menutupi permukaan laut yang cukup luas, tidak seperti kenampakan normal permukaan laut. Terdapat obyek kapal tanker pada tepi permukaan laut berwarna coklat tersebut.

 

Baca juga  : BPOM RI Nyatakan Kinder Joy Negatif Salmonella, Sudah Boleh Beredar Lagi

“Material penutup permukaan laut berwarna coklat berbentuk seperti gel, tidak berbau minyak, tidak bercampur sempurna dengan air laut,” kata Permana dalam rilisnya.

Dari hasil penelusuran ditemukan beberapa ikan teler (mabuk) dan bahkan mati. Di lokasi kejadian (sangat dekat) terdapat terminal BBM Pertamina Kota Bima, yaitu pada koordinat Laut Flores -8.476664, 118.710046. Pada jarak sekitar 2 (dua) kilometer) terdapat Pelabuhan Umum Kota Bima di koordinat -8.447843, 118.7133118.

“Pernyataan dari PT Pertamina Kota Bima bahwa telah melakukan pengecekan seluruh fasilitas dan tidak ada penurunan tekanan ataupun indikasi kebocoran,’’ katanya.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima telah melakukan pengambilan sampel dan dalam proses pengujian baku mutu lingkungan. Pengambilan sampel lapisan permukaan, air di bawah permukaan, dan bangkai ikan telah dilakukan oleh pegawai Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB Wilayah Bima-Dompu dalam dalam proses uji laboratorium di Denpasar.

 

Baca juga  : Jelang Idul Fitri 1443 H, Sekda Ambo Sakka Turun Sidak di Pasar Modern 

Saat ini pengumpulan data lanjutan terus dilakukan, diantaranya dengan menghubungi secara lisan pegawai Badan Riset Osenografi dan Laut (BROL) untuk informasi dari Citra Penginderaan Jauh kondisi sebelum dan sesudah kejadian.

“Sementara ini bukan tumpahan minyak, tapi kemungkinan sea snot,’’ katanya.

Selain Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, DLH Kabupaten Bima juga turun langsung ke lapangan. Perairan Pantai Amahami berada di wilayah Kota Bima dan Kabupaten Bima. Kepala DLH Kabupaten Bima Jaidun turun langsung memantau.

Hasil pengamatan DLH Kabupaten Bima, dugaan sementara berasal dari lumut / ganggang laut. Untuk memastikan penyebab berkaitan dengan fenomena tersebut, pihak DLH Kabupaten Bima telah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut dianalisa lebih lanjut di laboratorium.

 

Baca juga  : Tim Satgas Pangan Tanbu Cek Kelayakan Barang di Rumah Kemasan dan Market Modern

‘’Namun untuk kesimpulan apa penyebab pasti dari fenomena tersebut baru bisa diketahui secara pasti setelah ada hasil dari laboratorium,’’ kata Jaidun.

Dari pengamatan sementara oleh tim DLH Kabupaten Bima, fenomena yang sekarang terjadi di Pantai Amahami, Teluk Bima lebih menjurus ke “Sea snot”. Sea snot ini suatu lendir laut atau ingus laut akibat sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip gelatin dan krim umumnya tidak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk E. Coli. Lendir laut sering muncul di laut timur tengah dan baru-baru ini menyebar ke Laut Marmara Turki.

‘’Salah satu penyebabnya karena pemanasan global, juga banyaknya buangan limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu yang terakumulasi selama ini menuju Teluk Bima serta akibat naiknya temperatur air laut,’’ katanya. (Kanalkalimantan.com/Mongabay)

Editor : cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->