Connect with us

Kabupaten Banjar

Bupati Khalilurrahman Ajak Jamaah Teladani Akhlak Tuan Guru H Zainal Ilmi

Diterbitkan

pada

Bupati banjar saat menghadiri haul Tuan Guru Zainal Ilmi Foto: humas

MARTAPURA, Bupati Banjar KH Khalilurrahman berbaur bersama ribuan jamaah memadati Musalla Hidayah (Samping rumah Tuan Guru H Zainal Ilmi) di Desa Dalam Pagar Ulu Martapura Timur Kabupaten Banjar, Senin (15/7). Mereka menghadiri haul ke-63 Almagfurlah Tuan Guru H Zainal Ilmi bin H Abdussamad.

Pada kesempatan tersebut, Guru Khalilurrahman mengatakan, melalui momentum hail ini, mengharapkan kepada seluruh stakelolder, para alim ulama, tokoh masyarakat, maupun tokoh pemuda agar menghargai satu dengan yang lainnya. Termasuk dengan meneladani akhlak Tuan Guru Zainal Ilmi.

Selain itu, Bupati juga mengharap masyarakat tidak terpengaruh dengan aliran yang ingin memecah belah umat Islam. “Mari bersama-sama berpartisipasi dalam mengantisipasi menyebarnya aliran-aliran, pemahaman yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita,” imbuhnya.

Sementara itu, Ustadz H Ahmad Daudi yang membacakan manakib atau riwayah Tuan Guru H Zainal Ilmi menceritakan, banyak keteladanan dari Tuan Guru H Zainal Ilmi. Beliau merupakan ulama yang sangat berpengaruh dikalangan masyarakat dan pejabat pemerintah. Lahir pada malam Sabtu pukul 04.30 wita, 7 Rabiul Awwal 1304 Hijirah di Desa Dalam Pagar.

Seorang ulama rendah hati, tawadu, serta pemurah. Tidak pernah marah, penuh kasih sayang terhadap keluarga dan murid, serta masyarakat. Kata-kata beliau sangat menyejukan hati, kerendahan hati Tuan Guru H Zainal Ilmi terdengar dalam ucapannya sehari-hari dengan kalimat seperti “inggh” dan “pun”. Selalu diakhiri dengan kalimat “pun”.

“Ini menunjukan kerendahan beliau yang patut dicontoh, tawadunya beliau. Tuan Guru H Zainal Ilmi seorang pemurah, menyantuni fakir miskin dan janda-janda, setiap beliah dalam hal ini tidak seorang pun mengetahui kecuali kepercayaan beliau yang menyampaikan dan menerima santunan, yang mengetahui hanya beliau dan penerima santunan,” ucap Ustad H Ahmad Daudi yang membacakan Manakib Tuan Guru H Zainal Ilmi.

Dilanjutkannya, setelah Tuan Guru H Zainal Ilmi wafat, barulah diketahui orang banyak dan masyarakat dalam pagar. Dalam catatan beliau, menulis nama-nama guru yang memberikan pendidikan terhadap Tuan Guru H Zainal Ilmi.

Yakni orang tua Tuan Guru H Zainal Ilmi sendiri yakni H Abdussamad selama enam tahun, menuntut ilmu kepada ulama H Muhammad Amin bin Qadii H Mahmud, Alalamah Alfadil Assyekh Abdurrahman Muda, Alalamah Alfadil H Abbas bin Alalamah Mufti H Abdul Jalil, Alalamah H Abdullah bin Alalamah HM Soleh dan H Muhammad Ali bin H Abdullah Albanjary.

“Pesan dari guru-guru beliau, jika berkehendak masuk kepada ilmu nahwu, fikih atau ushul yaitu mesti lebih dulu mengetahui yang isyarah atau yang sudah memahami serta takrif, supaya lindung penglihatanmu,” ucap H Ahmad Daudi.

Menurut riwayat atau cerita bahwa Tuan Guru H Zainal Ilmi adalah juga murid Alalamah Mufti H Abdurrahman Sidiq Tambilahan. Karena ketika H Abdurrahman Sidiq hendak berangkat ke Tambilahan, ditanya salah seorang yang tua di Desa Dalam Pagar.

“Siapa menggantikan Alalamah Mufti H Abdurrahman Sidiq Sapat jika pindah ke Tambilahan, kemudian dijawab yang menggantikan adalah Guru Zainal Ilmi sambil menepuk bahunya sampai tertunduk, maka sejak saat itulah, Tuan Guru H Zainal Ilmi selalu menunduk,” ujarnya.

H Ahmad Daudi juga mengatakan, bahwa Allah Swt memberikan kemulian terhadap para aulia dengan suatu karomah dan karomah tidak bisa diberikan Allah Swt kepada orang biasa. Karena karomah bisa didapat karena amaliah dan kebersihan hati dari sifat mazmumah seperti iri, dengki dan penyakit hati lainnya sehingga terpilih menjadi kekasih Allah dan diberikan Allah kelebihan beberapa karomah.

Karomah Tuan Guru Zainal Ilmi

Adapun karomah Tuan Guru H Zainal Ilmi, pada suatu malam rumah beliau didatangi oleh perampok yang ingin merampok di rumah beliau, namun beliau mengetahui kedatangan perampok tersebut. Beliau sambut kedatangan perampok tersebut yang membawa pistol sambil mengarahkan kearah Tuan Guru.

Tetapi dengan ucapan kalimat Tuan Guru H Zainal Ilmi dengan keras mengucapkan Allahuakbar, akhirnya tersungkur semua perampot tadi. Tidak bisa bergerak ketujuh perampok tersebut, seperti tidak bisa bergerak.

Tuan Guru H Zainal Ilmi menyebelih ayam dua ekor, menyuruh istri memasak untuk memberi makan perampok tersebut. Setelah makanan sudah siap, perampok disuruh berdiri masuk ke dalam rumah beliau untuk menyantap makanan.

Sudah disiapkan makanan juga ada kopi dan rokok. Setelah semua perampok selesai semua menikmatinya, kemudian menyuruh perampok tidur di rumah Tuan Guru H Zainal Ilmi, namun para perampok merasa ketakutan dan memohon izin pulang meninggalkan rumah beliau.

Hal ini diketahui oleh Gubernur Wilono saat itu, kemudian memberikan pistol kepada Tuan Guru H Zainal Ilmi untuk keamanan beliau. Karena beliau merupakan orang yang berperan sekali pada ABRI, karena Tuan Guru H Zainal Ilmi selalu menerima keluhan dari ABRI setiap senjata yang hilang, ABRI selalu menanyakan kepada Tuan Guru H Zainal Ilmi dan mengetahui siapa yang mengambil tetapi jangan disiksa si pencurinya.

Di antara karomah Tuan Guru H Zainal Ilmi adalah, ketika terjadi kebakaran di suatu kampung anak murid beliau, tiba-tiba Tuan Guru turun ke sungai Desa Dalam Pagar dengan membawa sebuah ember. Setibanya di sungai langsung mengambil air dan menyiram tangga tempat turun ke sungai tersebut seakan-akan hendak membersihkan tangga tersebut berulang kali, sampai dilihat orang banyak hal kelakuan Tuan Guru yang sangat ganjil itu.

Keesokan harinya, datanglah murid yang mengalami musibah kebakaran tersebut menceritakan bahwa rumahnya terbakar, untung Tuan Guru datang menyiramnya sehingga api dapat dipadamkan.

Menjelang wafatnya Tuan Guru H Zainal Ilmi, didapat kejadian-kejadian terhadap diri beliau namun tidak dimengerti oleh orang lain. Sewaktu beliau hendak pergi ke Karang Intan dalam rangka berdakwah, maka menyuruh seseorang pergi ke rumah orang tua istri beliau yang muda, karena pada waktu itu istri beliau tersebut sedang menginap di rumah orang tuanya dengan pesan cepat pulang nanti tidak sempat.

“Tidak ada yang mengerti isi perkataan tersebut yang membuktikan Tuan Guru ahli ilmu kasaf,” imbuh H Ahmad Daudi.

Masih membacakan Manakib Tuan Guru H Zainal Ilmi, pada suatu hari ada seorang mempunyai kebun durian dan berniat jika berbuah hendak memberi kepada Tuan Guru H Zainal Ilmi sebanyak tiga biji durian. Setelah itu ternyata pohon duriannya berbuah, dan dititipkan tiga biji durian kepada seseorang yang dekat dengan rumah Tuan Guru H Zainal Ilmi.

Dalam perjalanan, orang yang mendapat amanah mengantar durian ke rumah Tuan Guru berkeinginan memakan durian tersebut, sehingga dimakannya satu biji durian. Setelah sampai di rumah, kemudian menyerahkan durian yang dititipkan kepada Tuan Guru yang hanya tersisa dua biji.

Setelah menerima dua biji durian, langsung membuka durian tersebut dan diberikan kepada orang yang membawakan durian, seraya bertanya apakah sama rasanya dengan durian yang dimakan lebih dulu saat di jalan. Terkejutlah orang tersebut, akhirnya yakinlah orang itu bahwa Tuan Guru H Zainal Ilmi memiliki ilmu kasaf.

Selain itu pula sebelum berangkat ke Karang Intan, beliau berkata lagi bahwa nanti banyak orang “pun” sampai dua kali, demikian perkataan itu, berangkatlah beliau ke Karang Intan. Setibanya di Karang Intan, maka dalam acara tersebut Tuan Guru H Zainal Ilmi membaca doa yang kemudian beliau mendadak sakit sehingga mengakibatkan wafatnya pada hari itu, persisnya Jumat 13 Zulqaidah 1378 H pukul 12.00 wita.

Saat itu sedang musim kemarau, sehingga untuk dimakamkam di Kelampayan samping makam orang tua beliau mendapat kendala yang cukup berat, karena ke Kelampayan tidak bisa menggunakan perahu maka terpaksa harus dibawa dengan berjalan kaki.

Banyak yang berpendapat, hendaklah memakamkan jenazah Tuan Guru H Zainal Ilmi ke dalam pagar dan ada pula dari kalangan ABRI mengusulkan agar dimakamkan di makam pahlawan karena dianggap sepuh ABRI.

“Namun apa yang terjadi, pada malam Sabtu hujan turun dengan derasnya, sehingga sungai yang dulunya kering menjadi berair dan dapatlah dilalui oleh perahu untuk membawa jenazah Tuan Guru ke Kelampayan pada Sabtu 14 Zulqaidah 1375 H,” ujar H Ahmad Daudi.

Seusai membaca manakib dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yaasin dan tahlil. Pada haul ke-63 Tuan Guru H Zainal Ilmi didahului dengan pembacaan maulid Habsy, pembacaaan ayat suci Alquran.

Selaku tuan rumah, H Sya’rani berterimakasih atas kedatangan jamaah di haul ke-63. Mudah-mudahan bagi yang hadir mendapat barokah tuan guru H Zainal Ilmi.(cel/trb)

Reporter:cel/trb
Editor:Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->