Connect with us

HEADLINE

‘Bom Survei’ Incumbent Nadjmi-Jaya Meledak di Masa Penjaringan Parpol


Jarak Elektoral Masih Sulit Dikejar Penantang


Diterbitkan

pada

Hasil survei Indikator menunjukkan posisi incumbent yang masih dominan saat ini. Foto: dok

BANJARBARU, Satu-demi satu peluru ditembakkan kubu incumbent Nadjmi Adhani-Darmawan Jaya Setiawan pasca manuver kandidat penantang Aditya Mufti Ariffin-AR Iwansyah, yang mengunci rapat pintu penjaringan di PPP Banjarbaru. Setelah pertemuan dengan sejumlah tokoh politik di Jakarta, termasuk di antaranya dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, pasangan Nadjmi-Jaya ‘mengebom’ dengan hasil survei yang dikeluarkan oleh Indikator Politik Indonesia besutan Burhanudin Muhtadi.

Hasil survei yang mengupas sejumlah aspek elektoral di Pilkada Banjarbaru (meliputi popularitas, aspek kinerja, efek elektoral, dan lainnya), secara umum masih memposisikan incumbent masih di atas penantang. Hal tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan Indikator pada tanggal 4-9 Oktober 2019.

Seperti dalam rilis yang disampaikan Burhanudin Muhtadi, survei tersebut dilakukan pada warga Banjarbaru yang punya hak pilih dalam pemilihan umum. “Yaitu yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 410 responden,” terangnya.

Survei dilakukan dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 410 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error — MoE) sekitar ±5% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh kecamatan yang terdistribusi secara proporsional.

Dari hasil survei, petahana Nadjmi Adhani merupakan tokoh dengan popularitas paling tinggi, hampir semua pemilih tahu Nadjmi Adhani, 94%. Kemudian Aditya Mufti Ariffin, namanya sudah dikenal oleh sekitar 82% pemilih Kota Banjarbaru. Dan Darmawan Jaya Setiawan, Wakil Walikota petahana ini juga sudah cukup populer di kalangan pemilih, 68%. Sementara nama lain popularitasnya masih jauh lebih rendah, secara umum baru sekitar 20% atau lebih rendah.

Popularitas Calon

Nadjmi Adhani : 94%
Aditya Mufti Ariffin : 82%
Darmawan Jaya Setiawan : 68%
AR Iwansyah : 36%
M Safwat Hadi : 20%
Emi Lasari : 16%

Selain paling populer, Nadjmi Adhani juga memiliki tingkat kedisukaan paling tinggi di antara pemilih yang mengenal masing-masing nama. Sekitar 83% pemilih yang mengenal sekaligus suka kepada Nadjmi Adhani. Darmawan Jaya Setiawan disuka oleh 75% yang mengenalnya, dan Aditya Mufti Ariffin disuka oleh sekitar 69% pemilih yang mengenalnya.

Kedua petahana memiliki tingkat kedisukaan yang cenderung tinggi karena memiliki citra kepemimpinan yang cenderung positif di mata publik. Hal ini terutama karena didorong oleh evaluasi publik atas kinerja kepemimpinannya di Kota Banjarbaru yang juga positif. Pelaksanaan pemerintahan dan kondisi perekonomian cenderung dinilai positif oleh publik.

“Di antara warga yang bisa menilai, pemerintahan Kota Banjarbaru di bawah kepemimpinan pasangan Nadjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan dinilai cukup bersih dari praktek korupsi dan suap,” kata Burhanuddin.

Di sisi lain, publik puas atas hasil kerja Nadjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan dalam mewujudkan pemerintahan yang mendengar aspirasi masyarakat (80%), dalam mengurangi kemiskinan (70%), dan dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (69%).

Lebih spesifik, cukup banyak publik yang aware dengan sejumlah program kerja pemerintah Kota Banjarbaru, dan di antara publik yang aware, mayoritas menilai program berjalan dengan baik. Lima misi pembangunan yang diusung pasangan petahana ketika maju dalam pencalonan tahun 2015 yang lalu (SDM, infrastruktur, perekonomian daerah, reformasi birokrasi, dan kenyamanan hidup bermasyarakat), diketahui oleh sekitar 34% pemilih. Di antara yang tahu menilai lima misi tersebut sudah dijalankan dengan baik hingga sejauh ini, 90%.

Program Banjarbaru bersih, hijau dan sehat, diketahui oleh sekitar 53%, dan di antara yang tahu mayoritas menilai program sudah berjalan dengan baik, 96%. Program peningkatan kapasitas layanan kesehatan dan pendidikan, diketahui oleh sekitar 49% warga, dan di antara yang mengetahui mayoritas menilai program sudah berjalan dengan baik, 91%.

“Demikian juga program pembangunan infrastruktur perkotaan, diketahui oleh sekitar 50% warga, dan di antara yang mengetahui mayoritas menilai program sudah berjalan dengan baik, 94%,” terangnya.

Kepuasan

Bagi petahana, evaluasi publik atas kinerja selama menjabat merupakan hal yang sangat krusial, dan menjadi pertaruhan apakah pada saatnya nanti publik akan memberikan political reward atau punishment. Secara umum hingga sejauh ini, kepuasan terhadap Nadjmi Adhani terbilang sangat tinggi, sekitar 87% warga puas atas kinerjanya sebagai Walikota. Begitu juga terhadap Darmawan Jaya Setiawan, sekitar 87% puas atas kinerjanya sebagai Wakil Walikota.

Kepuasan Kinerja Petahana
—————————————
Nadjmi Jaya : 87%
Darmawan Jaya : 87%
——————————————–

Namun demikian, tingkat kepuasan yang tinggi tidak lantas menjamin petahana bisa kembali terpilih pada pemilu mendatang. Sementara ini, tingkat penerimaan terhadap Nadjmi Adhani untuk kembali terpilih sebagai Walikota periode mendatang sekitar 60%, tinggi, tapi jauh lebih rendah dibanding tingkat kepuasan atas kinerjanya.

Kepemimpinan Kembali Petahana
—————————————
Menginginkan kembali : 60%
Tidak menginginkan : 10%
Tidak tahu/tak menjawab : 30%
————————————————-
Pengalaman Pilkada, calon petahana biasanya unggul jauh dari calon lain sejak jauh hari. Dan pada umumnya, dukungan terhadap petahana cenderung menurun semakin mendekati hari pemilihan, karena efek sosialisasi calon penantang. “Jika mampu bertahan pada jarak yang cukup aman dengan para pesaingnya, maka peluang petahana menang pada Pilkada tetap terbuka,” terangnya.

Tapi, Burhanudin juga menegaskan, cukup banyak kasus di mana perubahan radikal bisa terjadi, terutama di wilayah perkotaan. Ini tantangan besar bagi petahana, distribusi dukungan ke depan akan sangat tergantung dari bagaimana petahana mempertahankan kinerja dan citra positifnya di mata pemilih.

Sementara ini, distribusi elektoral masih berpihak kepada petahana. Dukungannya jauh melampaui calon pesaing lainnya. Aditya Mufti Ariffin sejauh ini merupakan calon pesaing dengan modal elektoral yang paling besar, tapi masih jauh di bawah petahana dengan selisih yang konsisten sekitar 40% atau lebih.

“Pada posisi tingkat popularitas yang juga sudah tinggi, Aditya kemungkinan akan sulit memangkas jarak elektoral terhadap petahana dengan kualitas personal seperti saat ini,” tegas Burhanudin.

Kesenjangan popularitas antara Aditya dengan petahana tampak tidak memiliki efek elektoral yang kuat seandainya Aditya sudah sepopuler Nadjmi Adhani. Kualitas personal Aditya harus jauh lebih positif ke depan, tidak ada pilihan lain.

Simulasi Dua Nama
—————————————
Nadjmi Adhani : 63,7%
Aditya Mufti Ariffin : 20,9%
Tidak tahu/tidak jawab : 15,3%
———————————-
Di pihak petahana, kredibilitas yang dibangun melalui kinerja selama menjabat tampak beroleh hasil yang positif, paling tidak menurut persepsi publik. Bukan hal yang mudah bagi penantang untuk beroleh kemenangan melawan petahana pada situasi seperti saat ini.

Ke depan, kegiatan sosialisasi akan semakin luas menerpa pemilih. Evaluasi terhadap kualitas calon-calon yang bersaing akan semakin kuat di kalangan pemilih. Jika kualitas calon ke depan tidak banyak berubah, petahana kemungkinan besar akan kembali terpilih dalam pemilu mendatang.

“Tapi jika sebaliknya, penantang menjadi jauh semakin positif citra personalnya dan kredibilitas petahana tidak mampu dipertahankan, maka kelompok yang masih ragu terhadap petahana tidak akan bertahan, dan jika pengaruhnya semakin luas maka dampak negatif pada basis elektoral akan semakin besar,” terangnya. (tim/rls)

Reporter : tim/rls
Editor : Chell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->