Connect with us

HEADLINE

Bangkai Ikan Dibuang ke Sungai, Sungai Riam Kanan Berubah Pekat

Diterbitkan

pada

Ribuan ikan mati di sungai Riam Kanan membikin air tercemar. Foto : rendy

MARTAPURA, Ribuan ikan nila dan bawal milik pembudidaya keramba jala apung sejumlah desa di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar dibuang begitu saja di aliran sungai Riam Kanan.

Alhasil dampaknya membuat semakin parah dan meluasnya jangkauan penyakit ikan di karamba lain yang mengikuti saluran sungai Riam Kanan.

Tak hanya itu saja, dampak tercemarnya air sungai akibat bakal jutaan ekor ikan yang mati itu, membuat masyarakat di 8 desa harus kesusahan mencari air bersih.

Berdasarkan pantauan Kanalkalimantan pada Jum’at (18/10) sore, jutaan ikan yang mati akibat penyakit yang menyebar dan kadar oksigen dan PH air sangat rendah di sungai Riam Kanan, mengapung di sepanjang sungai. Tak hanya itu, bau bangkai ikan yang menyengat bahkan terasa hingga berpuluh-puluh meter kepermukaan tercium dan mengganggu kenyamanan warga yang bermukim di pinggiran sungai Riam Kanan.

Air sungai yang tercemar akibat bangkai ikan ini juga terlihat keruh, bahkan hingga berwarna ke hitam-hitaman. Air yang sebelumnya dapat digunakan warga untuk mandi dan konsumsi kebutuhan sehari-haripun tidak dapat digunakan lagi. Warga khawatir apabila menggunakan air sungai Riam Kanan akan berdampak pada kesehatan mereka.

Akhmad, salah seorang warga Desa Penyambaran, Kecamatan Karang Intan mengakui, ikan-ikan yang mati ini terpaksa dibuang dengan cara dilarutkan ke sungai, karena para petambak kebingungan jutaan ikan yang mati ini mau dikemanakan. Tidak hanya bangkai ikan milik pribadi, bahkan para petambak sudah mulai main tuding, pasalnya ikan yang mati dibuang ke sungai dimulai dari petambak yang berada di aliran teratas. Sehingga petambak yang berada dihilir ikut-ikutan membuang bangkai ikan ke aliran sungai.

“Sebelumnya kami membuang ikan ini di darat, namun karena petambak yang di aliran atas membuang ke sungai dan bangkainya mengalir ke sungai kami, ya kami ikut-ikutan saja membuang ikan ini ke sungai,” akunya.

Sementara itu, saat ini dirinya bersama warga yang lain kesusahan mencari air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Lantaran air yang biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan diambil dari sungai sekarang sudah tidak dapat dikonsumsi.

“Sekarang kami kesulitan untuk mencari air bersih, jadi sekarang terpaksa harus mengambil air di saluran irigasi yang jaraknya lumayan jauh, sekitar 10 menit apabila naik motor roda dua,” katanya.

Tanggapan serupa juga diutarakan Masyuri, dirinya mengaku dari 28 keramba jala apung miliknya, sekitar 2 ton ikan nila mati dalam musibah yang terjadi tahun ini. Sisa ikan lainya sudah nampak terlihat sekarat, mati segan hidup tak mau.

Baca: Kadar Oksigen dan PH Rendah, Ribuan Ton Ikan Karamba Mati di Sungai Riam Kanan

“Saya hanya bisa pasrah dengan keadaan ini, ya mau gimana lagi, kalau ditotal saya sendiri sudah merugi hingga puluhan juta rupiah,” akunya.

Sementara itu, bangkai ribuan ikan miliknya yang mati di keramba jala apungnya, terpaksa dibuang ke sungai, karena kebingungan mau dikemanakan bangkai ikan tersebut.

“Iya mau dikemanakan lagi bangkai ikan ini, kalau tetap didiamkan di jala apung, takutnya ikan yang lain mati semua, ya dibuang saja bangkainya ke sungai,” katanya.

Imbas itu semua, air menjadi tercemar tidak bisa lagi digunakan untuk keperluan sehari-hari. Masyuri mengatakan bernasib sama seperti warga lainnya, untuk kebutuhan MCK, dirinya mengambil air bersih di saluran irigasi Riam Kanan. (rendy)

Reporter : Rendy
Editor : Bie

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->