Connect with us

ACT KALSEL

ACT Terus Optimalkan Rumah Layak bagi Pengungsi


Berkaca dari Upaya Lombok Bangkit Pasca Gempa (1)


Diterbitkan

pada

ACT terus mewujudkan hunian sementara yang layak bagi pengungsi di Lombok Foto : desy

Beberapa waktu lalu, Kanalkalimantan bersama ACT Kalsel meninjau upaya recovery penanganan pasca gempa di Lombok. Selama beberapa hari, sekretaris redaksi Kanalkalimantan.com Desy Arfianti meninjau sejumlah lokasi terdampak becana. Berikut catatan yang dihimpun di lokasi kejadian.

GEMPA yang teradi pada 29 Juli 2018 lalu, tak kemudian membuat masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat lantas menyerah. Sebaliknya, masyarakat bersama pemerintah, juga relawanan yang setia melakukan pendampingan, terus bahu-membahu melakukan pembenahan.

Salah satunya seperti dilakukan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dengan menyusun program bagi korban terdampak gempa menjadi 3 program. Pertama adalah rescue yang meliputi penanggulangan awal bencana. Hal ini diimplementasikan dengan membangun posko, Dapur umum, Rilief bantuan, dan membuat kegiatan bantuan psikososial (trauma healing).

Saat ini posko ACT sebanyak 215 + 1 food truck yang setiap harinya berkeliling lombok untuk membagi makanan siap makan. Rinciannya, Posko Induk 1, Posko Wilayah 17, Dapur Umum 141, dan posko unit 56.

Kini, ACT sudah memasuki program kedua yaitu recovery yang terdiri dari pembangunan shelter atau tempat hunian sementara.

“Pembangunan hunian sementara ini terus dipercepat, karena kondisi alam yang sangat panas dan sebentar lagi akan memasuki musim hujan. Tentu ini menjadi kekhawatiran pengungsi,” jelas Iqbal, Marketing Komunikasi ACT Nusa Tenggra Barat.

ACT sejauh ini telah membangun: 1 unit Integrated Community Shelter (ICS) di Desa Gondang Kecamatan Gangga Lombok utara. Terdiri dari 244 hunian, 1 unit Warung Wakaf, 1 Unit AHS, 4 unit MCK masing-masing 8 pintu. 1 unit masjid, 1 unit dapur umum dan 1 unit sekolah yang terdiri dari 3 ruang kelas. Family Shelter sebanyak 301 hunian yang terbagi di dua dusun, yakni di dusun Sambik Jengkel Barat sebanyak 149 hunian, dan di Dompu Indah sebanyak 152 hunian.

Kedua dusun ini berada di Desa Selengen Kecamatan Kayangan Lombok Utara. Knockdown Shelter 45 unit yang terbagi di tiga dusun. Yakni di Dusun Dasan Grisak Desa Anyar Kecamatan Bayan sebanyak 10 Unit. Dusun Batu Jompang Desa Bayan Kecamatan Bayan 15 unit. Dan di Dusun Lauk Rurung Barat Desa Sembalun Kecamatan Sembalun Lombok Timur sebanyak 20 unit.



Untuk membantu percepatan pembangunan ini ACT tidak hanya mendatangkan para ahli bangunan dan tukang dari daerah Jawa tapi juga langsung membangun 1 unit pabrik shelter yang berada di Jln TGH Faisal Kelurahan Turide, Mataram. Yang memproduksi 50 shelter perhari.

“Sekarang ini target perhari adalah 100 buah shelter yang harus dirampungkan. Dan waktu libur tidak ada waktu istirahatpun disela waktu shalat saja. Ini semua agar masyarkat Lombok bisa segera menempati hunian sementaranya dan persiapan bergeser untuk saudara kita di Sulawesi Tengah,” jelas Arifin selaku penanggungjawab pabrik.

Tidak berhenti pada pembuatan shelter saja di pabrik ini juga dibuat Knockdown shelter atau hunian yang bisa bongkar pasang. Pembangunan knockdown shelter pun berbeda dengan pembangunan kompleks ICS dan Family Shelter. Pembangunan knockdown shelter lebih praktis yaitu hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam dan lebih aman karena knockdown shelter tersebut dirancang tahan gempa dengan berbahan dasar besi holo dan lembar seng spandek. Jika Integrated Community Shelter (ICS) dibangun dengan mengandalkan MOU bersama pemerintah setempat sementara Knockdown shelter dibangun langsung diatas atau disamping rumah milik korban gempa.

Pembangunan Integrated Community Shelter (ICS) memerlukan lahan pinjam yang luas dan pekerja yang lebih banyak. Mulai dari tukang kayu, tukang bangunan untuk saat ini ACT memperkerjakan pekerja dari luar pulau Lombok untuk alasan kecepatan target kerja. Dan untuk pekerjaan biasa ACT memberdayakan masyarakat sekitar lokasi pembangunan.

Sebut saja Yanto tukang kayu yang berasal dari Jogjakarta ini rela meninggalkan sanak keluarganya untuk berjibaku bersama team ACT, “Bangga bisa ikut ACT membangun rumah bagi pengungsi.” Lain dengan Yanto masih dari Jogjakarta ada Pak Tum warga Bantul yang baginya ini adalah balas budi karena dulu dia dan keluarganya juga dibantu ketika gempa meluluhlantakan Bantul pada mei 2006 silam. “Senang bisa membangunkan rumah untuk pengungsi, karena saya dulu juga dibantu dibuatkan rumah,” terang Pak Tum, yang sudah tiga minggu menjadi relawan pembangunan hunian di Lombok.

“Akhir tahun ini, semua hunian baik itu Integrated Community Shelter (ICS) maupun Knockdown shelter bisa rampung,” ujar Iqbal yang hingga kini masih terlihat sibuk memfasilitasi program ACT di Lombok dan Nusa Tenggara Barat khususnya. Targetnya akan ada 10 ribu Integrated Community Shelter (ICS) yang akan dibuat oleh ACT untuk Lombok. (desy)

Reporter : Desy
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->